Mahasiswa Universitas Airlangga Ciptakan Sepatu Siklus Berjalan

Kamis, 28 Juni 2018 - 14:11 WIB
Mahasiswa Universitas Airlangga Ciptakan Sepatu Siklus Berjalan
Mahasiswa Universitas Airlangga Ciptakan Sepatu Siklus Berjalan
A A A
SURABAYA - Terjadinya cacat di bagian kaki kini bisa dicegah. Mahasiswa Teknik Biomedis Universitas Airlangga menciptakan sepatu yang dapat digunakan dalam analisis siklus berjalan, atau yang dikenal dengan istilah siklus gait.

Sepatu yang diberi nama SWAN (Shoes for Walking) ini dapat digunakan untuk memperoleh data berupa grafik tekanan telapak kaki ketika berjalan. Sensor tekanan yang digunakan ini ditanam di dalam sepatu, sehingga memudahkan bagi penggunaannya. Data ini tentu berguna bagi seseorang untuk mendeteksi awal ancaman pada kakinya.

Ketua kelompok tim Program Kreativitass Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) Claudia Litania menuturkan, timnya menciptakan SWAN karena selama ini alat yang digunakan dalam melakukan pengujian siklus gait memiliki dimensi besar. Bahkan, alat itu mengharuskan pemeriksaan dilakukan di tempat alat tersebut dipasang.

Bersama dua temannya yakni Ahda Nur Laila dan Yoga Fingki Andrian, ia mencoba menemukan fungsi lebih dari sepatu. Penggunaan sepatu dalam analisis siklus gait dapat memudahkan pengujian karena dapat dilakukan di mana saja.

Para pasien sendiri tidak akan merasa kesulitan dalam melakukan pemeriksaan karena pengujian hanya dilakukan dengan berjalan menggunakan sepatu yang telah dibuat. ”Selama ini pengujian ini (siklus berjalan) memang kurang populer di kalangan masyarakat umum,” ujar Claudia, Kamis (28/6/2018).

Di Indonesia pengujian siklus gait diakuinya belum banyak dilakukan oleh masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah ketersediaan alat di rumah sakit yang masih minim. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), kurang lebih 500.000 orang di Indonesia mengalami cacat tubuh akibat penyakit muskoskeletal.

Hal ini menyebabkan penyakit muskoskeletal menempati peringkat 9 yang menyebabkan orang hidup dalam kecacatan sepanjang sisa hidupnya.Kemudian 12 dari 100 orang Indonesia mengalami kesulitan berjalan jauh, diikuti dengan kesulitan untuk berdiri selama 30 menit.

Hal ini membuktikan bahwa abnormalitas pada Siklus Gait merupakan salah satu penyakit dengan urgensi tinggi di Indonesia, dengan tingkat penanganan yang rendah.”Kami berharap melalui inovasi ini dapat mempermudah dan membantu masyarakat dalam melakukan uji terhadap siklus gait. Sehingga ketika terdapat kelainan pada cara berjalan dapat dilakukan penanganan secara cepat dan tepat,” ucapnya.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5883 seconds (0.1#10.140)