Mahasiswa Universitas Brawijaya Mampu Olah Ekstrak Pindang Jadi Penyedap Rasa
A
A
A
MALANG - Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Brawijaya (UB) Malang, mampu mengolah ekstrak pindang ikan layang menjadi penyedap rasa yang menyehatkan. Hasil karya mereka diberi nama Organic Glutamic Acid (OGLA).
OGLA, berhasil diciptakan oleh tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) FPIK UB Malang, yang beranggotakan Bagas Prasetya, Faizatus Sholihah, Alfin Bagaswara Pratama, M. Fadhel Bolkiah, dan Ipin Orshella Nurwilis.
Ketua tim PKM FPIK UB Malamg, Bagas Prasetya mengatakan, selama ini masyarakat banyak memanfaatkan penyedap rasa yang mengandung MSG. Meskipun, penggunaannya menyisakan kontroversi, utamanya apabila digunakan secara berlebihan.
Food and Drug Administration(FDA), atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, telah mengakui bahwa MSG hanya akan aman apabila dikonsumsi dalam takaran yang sesuai, namun dapat menimbulkan alergi terhadap orang yang berkebutuhan khusus atau sensitif terhadap MSG.
Menyikapi kondisi tersebut, dan melihat tingginya kebutuhan penyedap rasa di masyatakat. Bagas mengaku, bersama anggota kelompoknya mulai melakukan diskusi, dan penelitian pemanfaatan bahan-bahan ramah lingkungan dan kesehatan, untuk bahan penyedap rasa yang sehat dikonsumsi.
Sumber daya perikanan, menjadi pilihan untuk membuat bahan penyedap rasa tersebut, karena dinilai bisa menyehatkan. "Kami memilih bahan dasar dari perikanan, karena bahannya yang melimpah, dan juga menyehatkan bagi manusia," ujar Bagas.
Kelompok ini, memilih memanfaatkan limbah air rebusan ikan layang sebagai bahan utama penyedap rasa yang mereka buat. Ikan layang dimanfaatkan oleh nelayan untuk diolah menjadi pindang. Sementara air rebusannya, selama ini belum dimanfaatkan, dan hanya dibuang menjadi limbah.
Air rebusan pindang ikan layang, menurutnya memiliki kandungan asam glutamat yang tinggi. Asam glutamat mampu menghasilkan rasa gurih alami. "Akhirnya air rebusan yang selama ini menjadi limbah, kami pilih sebagai bahan utama penyedap rasa. Tentunya, harus bebas dari formalin," ungkapnya.
Anggota tim lainnya, Ipin Orshella Nurwilis menjelaskan, OGLA diproduksi dari ekstrak pindang yang ditambahkan rempah-rempah sebagai pengawet alami, kemudian diproses melalui perebusan dan pengeringan mengguanakan alat spray dryer. "Bentuk produk ini ialah bubuk, sangat familiar dengan penyedap rasa lainnya," katanya.
Dia mengaku, telah melakukan uji organoleptik terhadap OGLA. Selain itu, juga dilakukan uji rasa ke mahasiswa, dosen, dan ibu rumah tangga. Hasilnya, OGLA dinilai memiliki tekstur halus, rasa gurih, dan asin khas ikan, serta aroma yang sedap.
OGLA juga telah melalui proses pengujian nilai gizi di Laboratorium Gizi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Hasilnya, OGLA memiliki kandungan protein dan serat yang tinggi. "Saat ini, OGLA kami coba pasarkan dalam kemasan botol ukuran 80 gram, dan kemasan sachet ukuran 10 gram," ujar anggota tim lainnya, M. Fadhel Bolkiah.
OGLA, berhasil diciptakan oleh tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) FPIK UB Malang, yang beranggotakan Bagas Prasetya, Faizatus Sholihah, Alfin Bagaswara Pratama, M. Fadhel Bolkiah, dan Ipin Orshella Nurwilis.
Ketua tim PKM FPIK UB Malamg, Bagas Prasetya mengatakan, selama ini masyarakat banyak memanfaatkan penyedap rasa yang mengandung MSG. Meskipun, penggunaannya menyisakan kontroversi, utamanya apabila digunakan secara berlebihan.
Food and Drug Administration(FDA), atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, telah mengakui bahwa MSG hanya akan aman apabila dikonsumsi dalam takaran yang sesuai, namun dapat menimbulkan alergi terhadap orang yang berkebutuhan khusus atau sensitif terhadap MSG.
Menyikapi kondisi tersebut, dan melihat tingginya kebutuhan penyedap rasa di masyatakat. Bagas mengaku, bersama anggota kelompoknya mulai melakukan diskusi, dan penelitian pemanfaatan bahan-bahan ramah lingkungan dan kesehatan, untuk bahan penyedap rasa yang sehat dikonsumsi.
Sumber daya perikanan, menjadi pilihan untuk membuat bahan penyedap rasa tersebut, karena dinilai bisa menyehatkan. "Kami memilih bahan dasar dari perikanan, karena bahannya yang melimpah, dan juga menyehatkan bagi manusia," ujar Bagas.
Kelompok ini, memilih memanfaatkan limbah air rebusan ikan layang sebagai bahan utama penyedap rasa yang mereka buat. Ikan layang dimanfaatkan oleh nelayan untuk diolah menjadi pindang. Sementara air rebusannya, selama ini belum dimanfaatkan, dan hanya dibuang menjadi limbah.
Air rebusan pindang ikan layang, menurutnya memiliki kandungan asam glutamat yang tinggi. Asam glutamat mampu menghasilkan rasa gurih alami. "Akhirnya air rebusan yang selama ini menjadi limbah, kami pilih sebagai bahan utama penyedap rasa. Tentunya, harus bebas dari formalin," ungkapnya.
Anggota tim lainnya, Ipin Orshella Nurwilis menjelaskan, OGLA diproduksi dari ekstrak pindang yang ditambahkan rempah-rempah sebagai pengawet alami, kemudian diproses melalui perebusan dan pengeringan mengguanakan alat spray dryer. "Bentuk produk ini ialah bubuk, sangat familiar dengan penyedap rasa lainnya," katanya.
Dia mengaku, telah melakukan uji organoleptik terhadap OGLA. Selain itu, juga dilakukan uji rasa ke mahasiswa, dosen, dan ibu rumah tangga. Hasilnya, OGLA dinilai memiliki tekstur halus, rasa gurih, dan asin khas ikan, serta aroma yang sedap.
OGLA juga telah melalui proses pengujian nilai gizi di Laboratorium Gizi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Hasilnya, OGLA memiliki kandungan protein dan serat yang tinggi. "Saat ini, OGLA kami coba pasarkan dalam kemasan botol ukuran 80 gram, dan kemasan sachet ukuran 10 gram," ujar anggota tim lainnya, M. Fadhel Bolkiah.
(vhs)