Mahasiswa Unair Berhasil Ubah Limbah B3 Jadi Batu Bata

Kamis, 21 Juni 2018 - 16:32 WIB
Mahasiswa Unair Berhasil Ubah Limbah B3 Jadi Batu Bata
Mahasiswa Unair Berhasil Ubah Limbah B3 Jadi Batu Bata
A A A
SURABAYA - Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya berhasil membuat batu bata dari limbah B3 yang bernilai guna tinggi.

Mereka pun mencoba mengatasi pencemaran limbah B3 itu dengan konsep green technology. Caranya dengan menjadikan limbah B3 sebagai bahan baku batu bata tanpa pembakaran.

Melalui berbagai pengujian, batu bata dari limbah B3 ini memiliki kualitas standar, murah, praktis, dan ramah lingkungan.
Tiga mahasiswa dari prodi Teknik Lingkungan itu bernama Sri Eka Dewi Sukarelawati, Vindi Fatikasari, dan Wildani Mahmudah.

Melalui penelitian panjang, mereka mengambil fokus pada potensi limbah B3 Iron Slag sebagai bahan baku batu bata dengan Konsep Green Technology. Hasil penelitian itu berhasil lolos seleksi dan memperoleh hibah penelitian Kemenristekdikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2018 untuk bidang penelitian eksakta (PKMPE).

Ketua tim PKMPE Unair Sri Eka Dewi menuturkan, penelitian itu dilakukan berangkat dari aksi long march warga Desa Lakardowo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto. Mereka menyuarakan dugaan pencemaran limbah B3 oleh sebuah perusahaan pengolah limbah B3 yang dilapokan kepada Gubernur Jawa Timur Soekarwo beberapa waktu silam.

“Limbah B3 ini merupakan zat sisa suatu kegiatan yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik langsung dan tidak langsung dapat mencemarkan dan merusak lingkungan hidup,” ujar Sri, Kamis (21/6/2018).

Teknologi dalam penelitian, katanya, pihaknya memakai stabilisasi-solidifikasi untuk mengurangi dan menghilangkan karakteristik limbah B3 agar tidak berbahaya. Salah satunya diolah menjadi batu bata yang pembuatannya tidak melalui pembakaran.

Sebab pembakaran batu bata menggunakan kayu bakar atau batu bara juga menimbulkan masalah lingkungan tersendiri, yaitu polusi udara akibat timbulnya gas karbondioksida (CO2) yang tidak ramah lingkungan.

“Pembuatan batu bata tanpa pembakaran dapat mengurangi biaya pembuatannya, tidak berketergantungan dengan cuaca, namun menghasilkan produk dengan kualitas standar, murah, praktis dan ramah lingkungan,” ungkapnya.

Dengan konsep green technology tanpa pembakaran, katanya, dalam pembuatannya dilakukan dengan penambahan kapur, semen, dan soil hardener powder. Bahan tambahan itu berfungsi untuk pemadatan bata dan mempercepat waktu pengeringan.

Sri juga menjelaskan, penelitian ini merupakan inovasi dari beberapa penelitian sebelumnya yang mengolah limbah B3 iron slag menjadi batako. Selain itu mengolah B3 iron slag menjadi batu bata merah karena pembuatannya lebih mudah dari pada jenis bata lainnya. Selain iron slag juga terdapat bahan sludge kertas sebagai perekat dalam pembuatan batu bata ini.

”Kami sudah melakukan pengujian kualitas atas hasil batu bata ini dengan serangkaian pengujian. Diantaranya uji pandangan luar, uji ukuran dan toleransi, uji kuat tekan, uji garam yang membahayakan, uji kerapatan semu, uji penyerapan air, dan uji TCLP dengan variasi bahan yang digunakan yaitu campuran antara iron slag, sludge kertas dan bahan pemadat,” kata mahasiswi angkatan 2014 ini.

Berdasarkan eksperimen dalam penelitian ini ditemukan tiga variasi terbaik dengan nilai kandungan logam berat Zn yang berbahaya. Setelah proses stabilisasi-solidifikasi ditemukan nilainya dibawah baku mutu berdasarkan ketetapan PP No.101 Tahun 2014.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5871 seconds (0.1#10.140)