Rekan Dianiaya Oknum TNI, Puluhan Kades Geruduk Kantor Kodim
A
A
A
BIMA - Sekitar 40 Kepala Desa di Bima, Nusa Tenggara Barat menggeruduk kantor Dandim 1608 Bima dan Kantor Polisi Militer (PM), Rabu (13/6/2018) siang.
Kedatangan puluhan kades ini guna melaporkan serta mendesak tindakan kriminalitas salah seorang oknum TNI yang melakukan penganiayaan terhadap Muhammad Nur, Kepala Desa Kenanga, Kecamatan Bolo.
Selain ada 40 orang Kades, beberapa massa simpatisan kepala desa juga ikut hadir. Mereka meminta, agar oknum TNI yang diketahui bernama Umar, segera ditahan serta ditindak karena perbuatannya yang melawan hukum.
Menurut Komando Kesatuan Polisi Militer Bima, Lettu CPM Aris Munandar dalam pertemuan tersebut, menjelaskan jika yang bersangkutan tetap akan diproses oleh kesatuannya. Dijelaskan pula, bahwa yang bersangkutan bertugas Nusa Tenggara Timur (NTT) dan saat ini tengah melaksanaka cuti lebaran.
"Yang bersangkutan tetap kami amankan dan saat ini sedang kami proses di kantor PM. Untuk hukuman, tidak ada kewenangan kami karena dia bertugas di daerah NTT. Dan dipastikan, oknum ini tetap akan mendapat hukuman dari kesatuannya setelah menjalani sidang di Mahkamah Militir," jelas Aris di hadapan para kades dan massa yang datang.
Sementara itu, kasus penganiayaan Muhammad Nur, Kapala Desa Kenanga oleh Oknum TNI bernama Umra terjadi pada Selasa (12/6/2018) pagi di Kantor Koramil, Kecamatan Bolo. Saat itu, Nur tengah menghadiri panggilan kepala Koramil setempat guna klarifikasi penjualan rumah milik orang tua pelaku.
Setibanya di Kantor Koramil, Nur pun menjelaskan secara detail tentang penjualan rumah warganya atau orang tua pelaku kepada salah seorang warga yang membelinya.
"Karena saya sebagai kepala desa setempat, harus turut mengetahui dan menjadi saksi akan rencana orang tua Umar yang ingin menjual rumahnya," kata Nur di kantor Polisi Militer di Raba Kota Bima.
Namun setelah dijelaskan, lanjutnya, tiba-tiba Umar mengampirinya setelah melontarkan ucapan "kenapa saya sebagai anaknya tidak mengetahui dan dipanggil saat penjualan rumah orang tua saya". Pelaku pun mendekati korban dan tak lama langsung mendaratkan pukulan kearah wajah hingga berdarah.
"Saat dia mendekat, saya sempat ajak pak umar untuk mendatangi kediaman pembeli rumah orang tuanya. Namun tiba tiba saya dipukul bertubi-tubi hingga mengenai muka. Akibat pukulannya itu, wajah saya terluka hingga keluar darah. Baru dia berhenti memukul, setelah kepala koramil setempat melerainya," sebutnya.
Akibat tindakan kriminal oknum anggota TNI tersebut, Persatuan Kepala Desa di Bima pun murka. Bersama massa simpatisan, mereka langsung mendatangi kantor Kodim 1608 dan kantor Polisi Militer untuk melaporkan kejadian tersebut.
"Saya berharap, kejadian ini harus ditangani serius oleh korps nya. Pelaku harus mendapatkan hukuman yang setimpal akibat perbuatannya tersebut," pinta Nur.
Kedatangan puluhan kades ini guna melaporkan serta mendesak tindakan kriminalitas salah seorang oknum TNI yang melakukan penganiayaan terhadap Muhammad Nur, Kepala Desa Kenanga, Kecamatan Bolo.
Selain ada 40 orang Kades, beberapa massa simpatisan kepala desa juga ikut hadir. Mereka meminta, agar oknum TNI yang diketahui bernama Umar, segera ditahan serta ditindak karena perbuatannya yang melawan hukum.
Menurut Komando Kesatuan Polisi Militer Bima, Lettu CPM Aris Munandar dalam pertemuan tersebut, menjelaskan jika yang bersangkutan tetap akan diproses oleh kesatuannya. Dijelaskan pula, bahwa yang bersangkutan bertugas Nusa Tenggara Timur (NTT) dan saat ini tengah melaksanaka cuti lebaran.
"Yang bersangkutan tetap kami amankan dan saat ini sedang kami proses di kantor PM. Untuk hukuman, tidak ada kewenangan kami karena dia bertugas di daerah NTT. Dan dipastikan, oknum ini tetap akan mendapat hukuman dari kesatuannya setelah menjalani sidang di Mahkamah Militir," jelas Aris di hadapan para kades dan massa yang datang.
Sementara itu, kasus penganiayaan Muhammad Nur, Kapala Desa Kenanga oleh Oknum TNI bernama Umra terjadi pada Selasa (12/6/2018) pagi di Kantor Koramil, Kecamatan Bolo. Saat itu, Nur tengah menghadiri panggilan kepala Koramil setempat guna klarifikasi penjualan rumah milik orang tua pelaku.
Setibanya di Kantor Koramil, Nur pun menjelaskan secara detail tentang penjualan rumah warganya atau orang tua pelaku kepada salah seorang warga yang membelinya.
"Karena saya sebagai kepala desa setempat, harus turut mengetahui dan menjadi saksi akan rencana orang tua Umar yang ingin menjual rumahnya," kata Nur di kantor Polisi Militer di Raba Kota Bima.
Namun setelah dijelaskan, lanjutnya, tiba-tiba Umar mengampirinya setelah melontarkan ucapan "kenapa saya sebagai anaknya tidak mengetahui dan dipanggil saat penjualan rumah orang tua saya". Pelaku pun mendekati korban dan tak lama langsung mendaratkan pukulan kearah wajah hingga berdarah.
"Saat dia mendekat, saya sempat ajak pak umar untuk mendatangi kediaman pembeli rumah orang tuanya. Namun tiba tiba saya dipukul bertubi-tubi hingga mengenai muka. Akibat pukulannya itu, wajah saya terluka hingga keluar darah. Baru dia berhenti memukul, setelah kepala koramil setempat melerainya," sebutnya.
Akibat tindakan kriminal oknum anggota TNI tersebut, Persatuan Kepala Desa di Bima pun murka. Bersama massa simpatisan, mereka langsung mendatangi kantor Kodim 1608 dan kantor Polisi Militer untuk melaporkan kejadian tersebut.
"Saya berharap, kejadian ini harus ditangani serius oleh korps nya. Pelaku harus mendapatkan hukuman yang setimpal akibat perbuatannya tersebut," pinta Nur.
(nag)