Masjid di Tengah Jalan Tol Ini Jadi Persinggahan Pemudik
A
A
A
SEMARANG - Masjid Baitul Mustaghfiin yang berlokasi di Kampung Beringin Kulon, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah ini masih berdiri kokoh di tengah jalur tol Batang-Semarang. Tentu saja, keberadaannya menarik perhatian para pemudik yang melewati, tepatnya di KM 443.
Tak sedikit para pemudik menyempatkan singgah di masjid bercat hijau itu untuk sekadar beristirahat dan ataupun menjalankan ibadah salat. "Terus terang saya kaget kok masih ada bangunan (masjid) yang berdiri di tengah jalan tol. Ya sekalian berhenti untuk salat," ujar Dewi Permatasari, pemudik asal Jakarta yang hendak menuju Solo, Selasa (12/6/2018).
Masjid Baitul Mustaghfiin ini memang menjadi satu-satunya bangunan yang belum dibongkar. Dari pengamatan SINDOnews di lokasi, tampak di sisi kiri bangunan dua lantai tersebut juga telah dibangun jalan lebar secara permanen. Karena masih ada bangunan di tengah jalan, pengendara harus memutari masjid melalui jalan yang dibangun di sampingnya.
"Masjid ini masih digunakan untuk beribadah sehari-hari oleh warga sekitar. Sebenarnya warga belum rela masjid dibongkar jika belum ada penggantinya" kata Nur Qosyim, salah satu takmir Masjid Baitul Mustaghfiin.
Menurutnya, hingga saat ini masjid pengganti yang berada di sekitar 300 meter dari seberang lokasi masjid Baitul Mustaghfiin belum selesai dibagun. Sehingga warga masih menggunakan masjid tersebut untuk beribadah.
Dia mengakui jika pembangunan masjid pengganti memang telah menunjukkan progres. Namun hingga memasuki arus mudik lebaran ini belum juga selesai.
Sementara, Kepala Seksi Pengadaan Tanah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Semarang, Wibowo Suharto saat dikonfirmasi membenarkan bahwa pembebasan lahan Jalan Tol Semarang-Batang Seksi V hingga kini ada yang belum selesai.
"Masih ada dua persen lahan yang belum bisa dibebaskan dan masih berada tepat di tengah ruas tol," beber Wibowo. Lahan tersebut, meliputi lahan Masjid Baitul Mustaghfirin dan lahan makam seluas 5.302 meter persegi di Plampisan, Kelurahan Purwoyoso, Kecamatan Ngaliyan.
Menurutnya, proses relokasi kedua lahan tersebut tidak bisa diganti dengan uang, melainkan dengan lahan pengganti karena merupakan lahan hibah.
Tak sedikit para pemudik menyempatkan singgah di masjid bercat hijau itu untuk sekadar beristirahat dan ataupun menjalankan ibadah salat. "Terus terang saya kaget kok masih ada bangunan (masjid) yang berdiri di tengah jalan tol. Ya sekalian berhenti untuk salat," ujar Dewi Permatasari, pemudik asal Jakarta yang hendak menuju Solo, Selasa (12/6/2018).
Masjid Baitul Mustaghfiin ini memang menjadi satu-satunya bangunan yang belum dibongkar. Dari pengamatan SINDOnews di lokasi, tampak di sisi kiri bangunan dua lantai tersebut juga telah dibangun jalan lebar secara permanen. Karena masih ada bangunan di tengah jalan, pengendara harus memutari masjid melalui jalan yang dibangun di sampingnya.
"Masjid ini masih digunakan untuk beribadah sehari-hari oleh warga sekitar. Sebenarnya warga belum rela masjid dibongkar jika belum ada penggantinya" kata Nur Qosyim, salah satu takmir Masjid Baitul Mustaghfiin.
Menurutnya, hingga saat ini masjid pengganti yang berada di sekitar 300 meter dari seberang lokasi masjid Baitul Mustaghfiin belum selesai dibagun. Sehingga warga masih menggunakan masjid tersebut untuk beribadah.
Dia mengakui jika pembangunan masjid pengganti memang telah menunjukkan progres. Namun hingga memasuki arus mudik lebaran ini belum juga selesai.
Sementara, Kepala Seksi Pengadaan Tanah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Semarang, Wibowo Suharto saat dikonfirmasi membenarkan bahwa pembebasan lahan Jalan Tol Semarang-Batang Seksi V hingga kini ada yang belum selesai.
"Masih ada dua persen lahan yang belum bisa dibebaskan dan masih berada tepat di tengah ruas tol," beber Wibowo. Lahan tersebut, meliputi lahan Masjid Baitul Mustaghfirin dan lahan makam seluas 5.302 meter persegi di Plampisan, Kelurahan Purwoyoso, Kecamatan Ngaliyan.
Menurutnya, proses relokasi kedua lahan tersebut tidak bisa diganti dengan uang, melainkan dengan lahan pengganti karena merupakan lahan hibah.
(nag)