Bulan Bung Karno Momentum Luruskan Sejarah Soekarno
A
A
A
SURABAYA - Suasana ruangan Kantor Pos Kebon Rojo, Rabu (6/6/2018) tampak berbeda. Jika biasanya kantor ini disibukkan dengan layanan pengiriman, namun hari ini dipenuhi dengan aneka potret Presiden pertama RI, Soekarno.
Bahkan, berbagai potret Soekarno dalam bentuk perangko juga dipamerkan di pagelaran bertajuk 'Tjamkan Pantja Sila' ini.
Acara di gedung cagar budaya ini digelar dalam rangka memperingati 117 tahun Bung Karno, panggilan akrab Soekarno. Salah satu penyelenggaranya yakni Komunitas Jas Merah atau jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Komunitas ini dimotori oleh kader PDIP, Rieke Diah Pitaloka. Acara ini juga sekaligus memperingati bulan Bung Karno dimana pada Juni, Bung Karno dilahirkan dan meninggal dunia.
“Sejarah itu penting bagi peradaban bangsa. Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa, maka hancurkanlah peradabannya. Begitu kata sastrawan dari Ceko, Milan Kundera,” kata Wasekjen PDIP, Ahmad Basarah.
Peringatan bulan Bung Karno ini, kata dia, sangat penting. Ini merupakan acara untuk mengingat semangat ideologi yang dibangun pendiri bangsa.
Sayangnya, oleh Orde Baru, ajaran Pancasila mencoba dihancurkan. Namun, seiring dengan reformasi, maka dua tahun ini, ajaran-ajaran Bung Karno yang tertuang dalam Pancasila bisa diperingati.
“Selama Orde Baru, ada semacam proyek de-Soekarnoisasi yang dilakukan pemerintah saat itu,” ujarnya.
Salah satu buktinya adalah, munculnya TAP MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 yang menuduh Soekarno melindungi tokoh-tokoh Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G-30-S/PKI).
Namun, tuduhan itu tidak pernah bisa dibuktikan di pengadilan hingga Soekarno wafat. Bung Karno membawa beban sejarah yang sangat berat. Meninggal membawa beban berkhianat dengan bangsa dan negara yang dimerdekakan.
“Setelah Soekarno wafat, proses de-Soekarnoisasi masih terus berlanjut. Salah satu caranya dengan memakamkan Soekarno di Blitar,” terang Basarah.
Pemakaman Soekarno di Blitar ini lebih bersifat politis. Pemerintah Orde Baru ini membuat persepsi pada masyarakat bahwa Soekarno dekat dengan orang PKI.
Sebab, Blitar saat itu merupakan basis utamanya partai berlambang palu arit tersebut. Akibat de-Soekarnoisasi ini, lanjut Basarah, masyarakat banyak yang mendapatkan pemahaman yang salah soal sosok Soekarno.
“Oleh karena itu, pelurusan sejarah ini menjadi bagian tugas masyarakat bersama. Saya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk meluruskan sejarah mengenai Presiden RI Soekarno,” timpal Basarah.
Sementara itu, Rieke Diah Pitaloka acara peringatan Bulan Bung Karno ini penting bagi peradaban bangsa.
Dia mengaku menemukan pidato Muhammad Yamin yang menyebut Pancasila pertama kali diajarkan oleh Bung Karno .
Dia ingin ke depan membuat arsip berupa dokumen Pancasila menjadi pesan penting untuk pembelajaran para generasi muda bangsa. Pancasila tidak boleh menjadi tontonan tapi menjadi pesan yang penting untuk tapak Indonesia ke depan.
“Pemilihan lokasi acara Kantor Pos Kebon Rojo karena ini merupakan tempat sekolah Bung Karno di usia 15 tahun. Sewaktu jaman penjajahan Belanda, bangunan ini merupakan sekolah Hogere Burger School (HBS),” kata Duta Arsip Nasional ini.
Bahkan, berbagai potret Soekarno dalam bentuk perangko juga dipamerkan di pagelaran bertajuk 'Tjamkan Pantja Sila' ini.
Acara di gedung cagar budaya ini digelar dalam rangka memperingati 117 tahun Bung Karno, panggilan akrab Soekarno. Salah satu penyelenggaranya yakni Komunitas Jas Merah atau jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Komunitas ini dimotori oleh kader PDIP, Rieke Diah Pitaloka. Acara ini juga sekaligus memperingati bulan Bung Karno dimana pada Juni, Bung Karno dilahirkan dan meninggal dunia.
“Sejarah itu penting bagi peradaban bangsa. Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa, maka hancurkanlah peradabannya. Begitu kata sastrawan dari Ceko, Milan Kundera,” kata Wasekjen PDIP, Ahmad Basarah.
Peringatan bulan Bung Karno ini, kata dia, sangat penting. Ini merupakan acara untuk mengingat semangat ideologi yang dibangun pendiri bangsa.
Sayangnya, oleh Orde Baru, ajaran Pancasila mencoba dihancurkan. Namun, seiring dengan reformasi, maka dua tahun ini, ajaran-ajaran Bung Karno yang tertuang dalam Pancasila bisa diperingati.
“Selama Orde Baru, ada semacam proyek de-Soekarnoisasi yang dilakukan pemerintah saat itu,” ujarnya.
Salah satu buktinya adalah, munculnya TAP MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 yang menuduh Soekarno melindungi tokoh-tokoh Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G-30-S/PKI).
Namun, tuduhan itu tidak pernah bisa dibuktikan di pengadilan hingga Soekarno wafat. Bung Karno membawa beban sejarah yang sangat berat. Meninggal membawa beban berkhianat dengan bangsa dan negara yang dimerdekakan.
“Setelah Soekarno wafat, proses de-Soekarnoisasi masih terus berlanjut. Salah satu caranya dengan memakamkan Soekarno di Blitar,” terang Basarah.
Pemakaman Soekarno di Blitar ini lebih bersifat politis. Pemerintah Orde Baru ini membuat persepsi pada masyarakat bahwa Soekarno dekat dengan orang PKI.
Sebab, Blitar saat itu merupakan basis utamanya partai berlambang palu arit tersebut. Akibat de-Soekarnoisasi ini, lanjut Basarah, masyarakat banyak yang mendapatkan pemahaman yang salah soal sosok Soekarno.
“Oleh karena itu, pelurusan sejarah ini menjadi bagian tugas masyarakat bersama. Saya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk meluruskan sejarah mengenai Presiden RI Soekarno,” timpal Basarah.
Sementara itu, Rieke Diah Pitaloka acara peringatan Bulan Bung Karno ini penting bagi peradaban bangsa.
Dia mengaku menemukan pidato Muhammad Yamin yang menyebut Pancasila pertama kali diajarkan oleh Bung Karno .
Dia ingin ke depan membuat arsip berupa dokumen Pancasila menjadi pesan penting untuk pembelajaran para generasi muda bangsa. Pancasila tidak boleh menjadi tontonan tapi menjadi pesan yang penting untuk tapak Indonesia ke depan.
“Pemilihan lokasi acara Kantor Pos Kebon Rojo karena ini merupakan tempat sekolah Bung Karno di usia 15 tahun. Sewaktu jaman penjajahan Belanda, bangunan ini merupakan sekolah Hogere Burger School (HBS),” kata Duta Arsip Nasional ini.
(sms)