Jika Tak Pro Rakyat, Komunitas Kersem Slawi Siap Kritik Ganjar Pranowo
A
A
A
TEGAL - Gubernur Jateng nonaktif, Ganjar Pranowo beramahtamah dengan komunitas Kersem di Desa Procot, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, Rabu (30/5/2018). Mereka berdiskusi sembari menyeruput kopi hangat di bawah pohon kersen atau kersem, sesuai penyebutan warga Tegal.
Anggota Komunitas Kersem, Hasan Supriyadi menjelaskan, komunitas tersebut merupakan kumpulan sejumlah elemen masyarakat. Sebut saja seniman, jurnalis, akademisi, buruh, dan sebagainya.
"Kami kumpul, berdiskusi di bawah pohon kersem, pak. Rasan-rasan kebijakan pemerintah, rasan-rasan permasalahan warga, dan lain-lain. Kalau saat ini, obrolan yang hangat ya Pilkada," kata Hasan disela-sela ramah tamah dengan Ganjar.
Dia berujar, diskusi dan solusi yang sering dilakukan membuahkan sejumlah program kerja. Salah satunya adalah Gerak Sedekah Tegal (GST).
Perlu diketahui, GST sudah mendapat sumbangan berupa dua unit mobil ambulance. Mobil itu digunakan untuk membantu warga duafa. Misalnya, untuk mengantar warga berobat ke rumah sakit, secara gratis.
"Lalu kegiatan kami lainnya masih ada lagi, pak. Semisal Pak Ganjar nanti jadi gubernur, lalu membuat kebijakan yang tidak pro rakyat, maka kami kritik," kata Hasan disambut riuh tawa warga, termasuk Ganjar.
Sementara itu, Ganjar mengatakan dalam berkomunitas yang penting adalah partisipasi. Yang mahal adalah ide. "Komunitas adalah kekuatan masyarakat berwujud voluteerism. Saya ingin mereka nantinya tidak sekadar kritik, tapi berpikir realistik juga," kata dia.
Pemerintah, kata Ganjar, tidak selalu mengerti persoalan dan keluhan terkini masyarakat. Calon Gubernur Jawa Tengah nomor urut 1 itu menjamin warga dapat melaporkan semua keluhan langsung ke gubernur.
"Saya ada sistemnya. Murah, mudah, cepat. Warga cukup melapor ke media sosial pemerintah Jawa Tengah atau Twitter saya," kata alumnus UGM itu.
Ganjar bercerita, kali pertama menjadi gubernur pada 2013 mendapati banyak pejabat dinas yang lumpuh. Maksudnya lumpuh adalah suka dilayani, jarang bergerak.
"Saya jadi gubenur juga dilayani, menurut saya pelayanan itu berlebihan. Saya tidak nyaman dengan kondisi itu. Saya pun pesan ke mereka. Jangan jadi pejabat lumpuh. Seharusnya mereka melayani warga, bukan malah dilayani," tutur Ganjar.
Solusi menghadapi pejabat lumpuh, Ganjar berkata memerintahkan semua dinas membuat akun Twitter. Tugasnya melayani warga yang membutuhkan bantuan.
Ganjar berharap setiap daerah tumbuh komunitas seperti Kersem yang menjadi episentrum gempa kesenian di wilayahnya masing-masing. Selain itu Ganjar juga sejak lama menggagas acara Ngunduh Seni yang keliling di tiap kab kota.
"Kalau ada acara saya seneng juga diundang, tidak hanya datang tapi juga main yang asyik-asyik" tandasnya.
Anggota Komunitas Kersem, Hasan Supriyadi menjelaskan, komunitas tersebut merupakan kumpulan sejumlah elemen masyarakat. Sebut saja seniman, jurnalis, akademisi, buruh, dan sebagainya.
"Kami kumpul, berdiskusi di bawah pohon kersem, pak. Rasan-rasan kebijakan pemerintah, rasan-rasan permasalahan warga, dan lain-lain. Kalau saat ini, obrolan yang hangat ya Pilkada," kata Hasan disela-sela ramah tamah dengan Ganjar.
Dia berujar, diskusi dan solusi yang sering dilakukan membuahkan sejumlah program kerja. Salah satunya adalah Gerak Sedekah Tegal (GST).
Perlu diketahui, GST sudah mendapat sumbangan berupa dua unit mobil ambulance. Mobil itu digunakan untuk membantu warga duafa. Misalnya, untuk mengantar warga berobat ke rumah sakit, secara gratis.
"Lalu kegiatan kami lainnya masih ada lagi, pak. Semisal Pak Ganjar nanti jadi gubernur, lalu membuat kebijakan yang tidak pro rakyat, maka kami kritik," kata Hasan disambut riuh tawa warga, termasuk Ganjar.
Sementara itu, Ganjar mengatakan dalam berkomunitas yang penting adalah partisipasi. Yang mahal adalah ide. "Komunitas adalah kekuatan masyarakat berwujud voluteerism. Saya ingin mereka nantinya tidak sekadar kritik, tapi berpikir realistik juga," kata dia.
Pemerintah, kata Ganjar, tidak selalu mengerti persoalan dan keluhan terkini masyarakat. Calon Gubernur Jawa Tengah nomor urut 1 itu menjamin warga dapat melaporkan semua keluhan langsung ke gubernur.
"Saya ada sistemnya. Murah, mudah, cepat. Warga cukup melapor ke media sosial pemerintah Jawa Tengah atau Twitter saya," kata alumnus UGM itu.
Ganjar bercerita, kali pertama menjadi gubernur pada 2013 mendapati banyak pejabat dinas yang lumpuh. Maksudnya lumpuh adalah suka dilayani, jarang bergerak.
"Saya jadi gubenur juga dilayani, menurut saya pelayanan itu berlebihan. Saya tidak nyaman dengan kondisi itu. Saya pun pesan ke mereka. Jangan jadi pejabat lumpuh. Seharusnya mereka melayani warga, bukan malah dilayani," tutur Ganjar.
Solusi menghadapi pejabat lumpuh, Ganjar berkata memerintahkan semua dinas membuat akun Twitter. Tugasnya melayani warga yang membutuhkan bantuan.
Ganjar berharap setiap daerah tumbuh komunitas seperti Kersem yang menjadi episentrum gempa kesenian di wilayahnya masing-masing. Selain itu Ganjar juga sejak lama menggagas acara Ngunduh Seni yang keliling di tiap kab kota.
"Kalau ada acara saya seneng juga diundang, tidak hanya datang tapi juga main yang asyik-asyik" tandasnya.
(pur)