Polda Jatim Serahkan Korban Bom Surabaya kepada Keluarga
A
A
A
SURABAYA - Polda Jatim akhirnya menyerahkan jenazah Aloysius Bayu Rendra Wardana (38) pada keluarga. Ini setelah hampir 10 hari tim Disaster Victim Identification (DVI) Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Polda Jatim mengidentifikasi salah satu korban ledakan bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB) pada Minggu (13/5/2018) tersebut.
Penyerahan jenazah dipimpin oleh Kapolda Jatim, Irjen Pol Machfud Arifin dan diserahterimakan kepada perwakilan keluarga, yakni adik sepupu korban, Yossy Martono.
Serahterima ini juga diikuti dengan penyerahan berkas surat kematian pria yang menjadi relawan di gereja SMTB tersebut. Kapolda Jatim juga memberi taliasih untuk membantu pemakaman Bayu.
“Almarhum Bayu ini merupakan yang terakhir korban ledakan bom yang berhasil diidentifikasi. Prosesnya memang agak sedikit lama. Proses pencocokan DNA saudara Bayu dengan pihak keluarga ini tidak mudah karena kondisi jenazah sudah tidak lagi utuh," katanya, Selasa (22/5/2018).
Penyerahan jenazah Bayu ini merupakan korban terakhir ke-13. Sebelumnya, RS Bhayangkara Polda Jatim telah menyerahkan 12 jenazah korban lain yang telah berhasil diidentifikasi lebih dahulu.
Usai proses serah terima berkas dan tali asih, tangis dari keluarga Bayu pun pecah. Yossy Murtono yang sebelumnya tampak tegar, tak kuasa menahan tangis.
Kesedihannya dia luapkan dengan memeluk dr Andi Fanny Sujuti dari RS Bhayangkara yang mendampingi keluarga korban. Perempuan berambut lurus dan mengenakan baju hitam ini enggan diwawancarai wartawan.
Tangis Yossy Martono kian keras, saat peti jenazah Bayu dimasukkan ke ambulan. Tak hanya isak tangis histeris, Martono juga pingsan. Anggota keluarga dan petugas RS Bhayangkara pun menggendongnya ke mobil.
Tak lama kemudian, mobil ambulan yang membawa jenazah Bayu meninggalkan RS Bhayangkara. Jenazah Bayu akan disemayamkan di rumah duka Jalan Gubeng Kertajaya 1 Nomor 15 A. Setelah diterima oleh pihak keluarga, rencananya jenazah Bayu baru dimakamkan pada Rabu (23/5/2018) di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Keputih.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan, Bayu ini adalah korban yang menghadang dua pelaku bom bunuh diri di gereja SMTB yang ada di Jalan Ngagel Madya.
Yakni Yusuf Fadil (18) dan Firman Halim (16). Bayu, kata dia, yang menghadang dari depan. Sehingga akibat ledakan bom itu, kondisi tubuhnya tidak utuh. Saat terjadi ledakan, pengggemar fotografi itu sedang bertugas sebagai panitia misa gereja seksi keamanan.
“Dalam rekaman video CCTV dari lokasi ledakan di halaman gereja, terlihat Bayu dari arah sebelah kiri bergerak menuju motor pelaku bom yang melaju dengan kecepatan tinggi. Saat menghadang berada tepat di sisi kiri motor bom meledak,” urai Barung.
Yusuf Fadil dan Firman Halim merupakan putra kandung dari otak pelaku bom tiga gereja di Surabaya, Dita Oepriarto. Saat meledakkan bom, kedua pelaku yakni Yusuf dan Firman membawa bom yang dipangku di atas motor.
Kondisi tubuh dua pelaku dan Bayu tercerai berai akibat ledakan high eksplosive. Sehingga sedikit menyulitkan proses identifikasi. Sedangkan Dita Oepriarto melakukan serangan bom bunuh diri di Gereja Pantekosta Jalan Arjuna korban. Ledakan bom tersebut menewaskan delapan orang, termasuk satu pelaku.
Penyerahan jenazah dipimpin oleh Kapolda Jatim, Irjen Pol Machfud Arifin dan diserahterimakan kepada perwakilan keluarga, yakni adik sepupu korban, Yossy Martono.
Serahterima ini juga diikuti dengan penyerahan berkas surat kematian pria yang menjadi relawan di gereja SMTB tersebut. Kapolda Jatim juga memberi taliasih untuk membantu pemakaman Bayu.
“Almarhum Bayu ini merupakan yang terakhir korban ledakan bom yang berhasil diidentifikasi. Prosesnya memang agak sedikit lama. Proses pencocokan DNA saudara Bayu dengan pihak keluarga ini tidak mudah karena kondisi jenazah sudah tidak lagi utuh," katanya, Selasa (22/5/2018).
Penyerahan jenazah Bayu ini merupakan korban terakhir ke-13. Sebelumnya, RS Bhayangkara Polda Jatim telah menyerahkan 12 jenazah korban lain yang telah berhasil diidentifikasi lebih dahulu.
Usai proses serah terima berkas dan tali asih, tangis dari keluarga Bayu pun pecah. Yossy Murtono yang sebelumnya tampak tegar, tak kuasa menahan tangis.
Kesedihannya dia luapkan dengan memeluk dr Andi Fanny Sujuti dari RS Bhayangkara yang mendampingi keluarga korban. Perempuan berambut lurus dan mengenakan baju hitam ini enggan diwawancarai wartawan.
Tangis Yossy Martono kian keras, saat peti jenazah Bayu dimasukkan ke ambulan. Tak hanya isak tangis histeris, Martono juga pingsan. Anggota keluarga dan petugas RS Bhayangkara pun menggendongnya ke mobil.
Tak lama kemudian, mobil ambulan yang membawa jenazah Bayu meninggalkan RS Bhayangkara. Jenazah Bayu akan disemayamkan di rumah duka Jalan Gubeng Kertajaya 1 Nomor 15 A. Setelah diterima oleh pihak keluarga, rencananya jenazah Bayu baru dimakamkan pada Rabu (23/5/2018) di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Keputih.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan, Bayu ini adalah korban yang menghadang dua pelaku bom bunuh diri di gereja SMTB yang ada di Jalan Ngagel Madya.
Yakni Yusuf Fadil (18) dan Firman Halim (16). Bayu, kata dia, yang menghadang dari depan. Sehingga akibat ledakan bom itu, kondisi tubuhnya tidak utuh. Saat terjadi ledakan, pengggemar fotografi itu sedang bertugas sebagai panitia misa gereja seksi keamanan.
“Dalam rekaman video CCTV dari lokasi ledakan di halaman gereja, terlihat Bayu dari arah sebelah kiri bergerak menuju motor pelaku bom yang melaju dengan kecepatan tinggi. Saat menghadang berada tepat di sisi kiri motor bom meledak,” urai Barung.
Yusuf Fadil dan Firman Halim merupakan putra kandung dari otak pelaku bom tiga gereja di Surabaya, Dita Oepriarto. Saat meledakkan bom, kedua pelaku yakni Yusuf dan Firman membawa bom yang dipangku di atas motor.
Kondisi tubuh dua pelaku dan Bayu tercerai berai akibat ledakan high eksplosive. Sehingga sedikit menyulitkan proses identifikasi. Sedangkan Dita Oepriarto melakukan serangan bom bunuh diri di Gereja Pantekosta Jalan Arjuna korban. Ledakan bom tersebut menewaskan delapan orang, termasuk satu pelaku.
(vhs)