Kafe Sawah dan Gerabah Potensi Desa yang Perlu Dikawal

Senin, 21 Mei 2018 - 20:58 WIB
Kafe Sawah dan Gerabah...
Kafe Sawah dan Gerabah Potensi Desa yang Perlu Dikawal
A A A
MALANG - Setiap desa memiliki potensi untuk bisa dikembangkan menjadi aset kemandirian dan kemajuan desa. Butuh inovasi dan terobosan, dalam memetakan dan mengelola potensi desa tersebut.

Potensi desa ini, sangat penting untuk terus digali sebagai modal membangun desa mandiri dan membangun kesejahteraan masyarakatnya. Seperti amanat UU No6/2014 tentang Desa yang sudah berjalan empat tahun ini.

Beberapa desa di Kabupaten Malang telah mengidentifikasi dan mengelola potensinya hingga mampu membangun ekonomi desa serta masyarakatnya. Salah satunya di Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon.

Desa ini berada di antara lereng Gunung Kawi, dan Gunung Anjasmoro. Tidak banyak aset yang dimiliki, kecuali tanah bengkok. Tetapi, berkat kreativitas dan inovasinya, mampu memaksimalkan keberadaan tanah bengkok tersebut menjadi tempat usaha kafe sawah.

Kepala Desa Pujon Kidul, Udi Hartoko mengaku, pengembangan kafe sawah ini dimulai sejak satu tahun yang lalu. “Lahan yang digunakan mencapai seluas 7.000 meter persegi. Kami manfaatkan area persawahan untuk kafe, tanpa menghilangkan sawahnya. Sehingga, pengunjung bisa menikmati makanan di tengah sawah, dan melihat pemandangan alam,” sebutnya, Senin (21/5/2018) .

Tempat wisata ini, dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sumber Sejahtera, Desa Pujon Kidul. Ada sebanyak 45 pekerja yang terlibat mengelola kafe sawah.Mereka para pemuda desa, yang tidak mampu melanjutkan sekolah dan selama ini mereka banyak menganggur.

Kehadiran tempat wisata ini, juga mampu meningkatkan nilai pendapatan asli desa. Selama ini, lahan aset desa tersebut tidak produktif. Kini, setelah dijadikan tempat wisata, lahan tersebut mampu menjadi lahan bisnis bersama yang memberdayakan masyarakat desa.

Pada hari libur, tingkat kunjungannya mencapai sekitar 5.000orang. Sementara, pada hari biasa bisa mencapai 3.000 orang. Perputaran uangnya, bisa mencapai Rp30-50 juta per hari.

Berbeda dengan Desa Pujon Kidul, yang telah mampu menemukan terobosan pegembangan potensi desanya. Di Desa Pagelaran, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, terdapat Kampung Gethak. Yakni, kampung yang mampu memproduksi berbagai jenis kerajinan gerabah. Di antaranya, cobek, pot bunga, gentong, vas bunga, guci, dan tempayan. Sayangnya, potensi ini belum mampu dikelola menjadi lebih maju.

Sutrisno, 50, salah seorang pengrajin gerabah mengungkapkan, pada era 1980-an, pusat kerajinan gerabah ini mengalami masa keemasan, dengan banyaknya pesanan membuat pot bunga. “Awalnya ada sekitar 200 pengrajin di sini. Akibat sepinya permintaan pot bunga, akhirnya mereka gulung tikar. Yang tersisa tinggal sekitar 180 pengrajin saja,” tuturnya.Sutrisno berharap, bisa membetuk koperasi untuk para pengrajin, sehingga bisa meringankan beban para pengrajin.Selain itu, koperasi tersebut juga diharapkan mampu memperluas jaringan pemasaran.
Potensi lainnya, yang belum bisa tergarap maksimal adalah Embung Desa Gedangan. Embung tersebut, sebenarnya sudah ada sejak 20 tahun silam. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan air warga, serta irigasi lahan persawahan. Sebelum adanya embung, warga di kawasan tersebut kesulitan untuk mendapatkan air bersih.

“Dahulu kami kalau mandi, dan mencuci di sungai. Harus jalan kaki menuruni bukit untuk mencapai sungai. Sejak adanya embung, air bisa dialirkan ke rumah-rumah, sehingga kami bisa mandi dan mencuci di rumah,” ujar Suparni, 60, warga RW 11, RT 3 Desa Gedangan, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang.

Sekretaris Desa Gedangan, Matwin mengaku, keberadaan embung desa tersebut, mampu melayani kebutuhan air untuk sekitar 1.000 jiwa warga yang tersebar di lima RT . “Kami memanfaatkan gravitasi bumi, untuk melayani air bersih masyarakat yang rumahnya berlokasi di dataran rendah,” ujarnya. Dia berharap, embung desa ini bisa dijadikan tempat wisata desa yang dikelolan BUMDes. Tentunya, dengan penambahan sejumlah fasilitas pendukung.

Sementara, masyarakat petani kopi di wilayah Desa Ampelgading, Kecamatan Tirtoyudo, memilih untuk mengembangkan potensi kebun kopinya menjadi tempat wisata edukasi. “Wisata edukasi kopi ini, kami dirikan dengan tujuan memberikan nilai lebih pada kegiatan berkebun kopi,” ujar Marliadi,penggagas wisata edukasi kopi.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya (UB) Malang, Wildan Syafitri mengaku, kebutuhan pendampingan terhadap desa, agar bisa mengembangkan potensi desanya masing-masing, menjadi kebutuhan mendesak.

Dia menjelaskan, setiap desa memiliki potensi untuk membangun kemandirian. Termasuk membangun BUMDes. “Potensi di masing-masing desa ini, harus dikembangkan dengan proses pendampingan yang baik. Agar pengembangan potensi desa bisa terarah,” ujarnya.

Hadirnya wisata desa berbasis pada pemberdayaan masyarakat, dan menjaga keberlanjutan ekologi. Menurutnya, merupakan bentuk wisata baru yang sehat, dan sangat menarik kehadiran wisatawan untuk berkunjung.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5042 seconds (0.1#10.140)