2 Wanita Terduga Teroris Sidoarjo Dikenal Kalem oleh Tetangganya
A
A
A
SIDOARJO - Warga Urangagung, Sidoarjo belum bisa percaya kalau sosok Betty (21) dan Yanti (25) yang dikenalnya kalem merupakan terduga teroris. Selama empat tahun tinggal di Sidoarjo, keduanya selalu akrab dengan warga.
Ketua RT 2 RW I Urangagung, Winarno menuturkan, baik Betty dan Yanti sering berkomunikasi dengan warga. Keduanya kerap ngobrol dengan akrab bersama para warga. Bahkan, dirinya tak pernah mendapat keluhan pada dua warganya itu.
“Tiap pagi sering ketemu. Mereka juga punya barang dagangan seperti jilbab dan busana muslim lainnya. tiap hari berdagang di Pasar Gading Fajar,” ujar Winarno ketika ditemui di lokasi penemuan bom, Senin (14/5/2018).
Dia melanjutkan, selama menyewa sebuah rumah yang biaya sewa tiap tahunnya Rp1 juta, keduanya jarang menerima tamu. Kalau pun ada, biasanya satu rombongan mobil yang berisi banyak perempuan. “Pernah sesekali ada lelaki yang datang. Tapi biasanya datangnya malam hari,” ungkapnya.
Sri Rejeki, salah satu tetangga mengatakan, dirinya sering berkomunikasi dengan Betty maupun Yanti. Keduanya pun enak untuk diajak bicara. Mereka berdua selalu kalem ketika berkomunikasi dengan warga.
“Nggak menyangka kalau mereka menjadi bagian dari teroris. Dulu mereka nggak pakai cadar, tapi akhir-akhir ini saja mereka memakainya,” ucapnya.
Bahkan, katanya, dirinya sering bertanya tentang harga jilbab yang dijualnya di pasar. Betty maupun Yanti selalu bisa menjawab dan memberi tahu bahan jilbab yang bagus untuk dibeli.
“Kami kaget ketika mereka menyimpan bom. Kami semua takut, semua warga di kampung langsung berlari ketika ada pengerebekan dari polisi,” tandasnya.
Ketua RT 2 RW I Urangagung, Winarno menuturkan, baik Betty dan Yanti sering berkomunikasi dengan warga. Keduanya kerap ngobrol dengan akrab bersama para warga. Bahkan, dirinya tak pernah mendapat keluhan pada dua warganya itu.
“Tiap pagi sering ketemu. Mereka juga punya barang dagangan seperti jilbab dan busana muslim lainnya. tiap hari berdagang di Pasar Gading Fajar,” ujar Winarno ketika ditemui di lokasi penemuan bom, Senin (14/5/2018).
Dia melanjutkan, selama menyewa sebuah rumah yang biaya sewa tiap tahunnya Rp1 juta, keduanya jarang menerima tamu. Kalau pun ada, biasanya satu rombongan mobil yang berisi banyak perempuan. “Pernah sesekali ada lelaki yang datang. Tapi biasanya datangnya malam hari,” ungkapnya.
Sri Rejeki, salah satu tetangga mengatakan, dirinya sering berkomunikasi dengan Betty maupun Yanti. Keduanya pun enak untuk diajak bicara. Mereka berdua selalu kalem ketika berkomunikasi dengan warga.
“Nggak menyangka kalau mereka menjadi bagian dari teroris. Dulu mereka nggak pakai cadar, tapi akhir-akhir ini saja mereka memakainya,” ucapnya.
Bahkan, katanya, dirinya sering bertanya tentang harga jilbab yang dijualnya di pasar. Betty maupun Yanti selalu bisa menjawab dan memberi tahu bahan jilbab yang bagus untuk dibeli.
“Kami kaget ketika mereka menyimpan bom. Kami semua takut, semua warga di kampung langsung berlari ketika ada pengerebekan dari polisi,” tandasnya.
(sms)