Sejarah dan Masuknya Islam ke Bengkulu
A
A
A
Masuk dan berkembangnya dakwah Islam di Bengkulu memang sedikit terlambat dibandingkan dengan masuknya dakwah Islam di daerah-daerah lain di nusantara yang telah tersentuh ajaran Islam pada abad ke-7.
Hal ini ada kemungkinan disebabkan oleh letak geografis Bengkulu yang berada di tepi Samudera Hindia bukan berada di antara selat pulau, dengan kondisi seperti tersebut, membuat pelayaran mengalami kesulitan untuk berlayar menuju Bengkulu.
Persentuhan Bengkulu dengan Islam saat Bengkulu masih terbentuk dalam sistem pemerintahan berupa kerajaan-kerajaan kecil yang berada di kawasan dataran tinggi ataupun berada di wilayah pesisir provinsi Bengkulu.
Berdasar pada beberapa data yang ada, salah satunya menurut Azra, penyebaran Islam yang berasal dari Timur Tengah dan sekitarnya menuju kepulauan nusantara, terlebih dahulu singgah di Malaka. Dari Malaka inilah kemudian Islam tersebar menuju nusantara.
Dari Malaka Islam tersebar ke pulau Sumatera melaui Sriwijaya (Palembang) lalu menyebar ke daerah-daerah lainnya di Sumatera. Dari Malaka Islam juga dibawa ke Aceh (Samudera Pasai) dan menyebar ke daerah sekitarnya di pulau Sumatera. Sedangkan Sumatera Barat menerima Islam melalui Palembang dan Aceh.
Bila melihat jalur penyebaran agama Islam di nusantara tersebut, ada kemungkinan Islam masuk ke Bengkulu melalui Minangkabau (1500) atau melalui Palembang, dan pada masa-masa tersebut Bengkulu masih berbentuk dalam tata pemerintahan berupa kerajaan-kerajaan.
Salah satu kerajaan tertua di Bengkulu adalah Kerajaan Sungai Serut dengan raja pertamanya Ratu Agung (1550 1570) yang berasal dari Gunung Bungkuk.
Dari sumber lokal yang terhimpun dalam Gelumpai diperoleh keterangan bahwa pada tahun 1417 M seorang dai dari Aceh bernama Malim Mukidim datang ke Gunung Bungkuk Sungai Serut Awi, kawasan Lematang Ulu. Malim Mukidim berhasil mengislamkan raja Ratu Agung penguasa Gunung Bungkuk saat itu . Menurut sumber lain, agama Islam masuk di Bengkulu sekitar abad ke- 16 .
Persentuhan Palembang dengan Islam, sangat memungkinkan Palembang menjadi salah satu pintu masuknya Islam ke Bengkulu. Hal ini sebagaimana yang di kemukakan oleh Badrul Munir Hamidy, "Masuknya Islam ke Bengkulu melalui lima pintu yaitu, pintu pertama melalui kerajaan Sungai Serut yang dibawa oleh ulama Aceh Tengku Malim Mukidim, pintu kedua melalui perkawinan Sultan Muzafar Syah dengan putri Serindang Bulan, inilah awal masuknya Islam ke tanah Rejang pada pertengahan abad XVII.
Pintu ketiga melalui datangnya Bagindo Maharajo Sakti dari Pagaruyung ke kerajaan Sungai Lemau pada abad XVII, pintu keempat melalui dakwah yang dilakukan oleh dai-dai dari Banten, sebagai bentuk hubungan kerjasama kerajaan Banten dan kerajaan Selebar, pintu kelima masuknya Islam ke Bengkulu melalui daerah Mukomuko setelah menjadi kerajaan Mukomuko".
Kerajaan Pagaruyung di Sumatera Barat mempunyai kekuasaan yang luas dari Sikilang Aia Bangih adalah batas Utara, sekarang di daerah Pasaman Barat, berbatasan dengan Natal, Sumatera Utara.
Taratak Aia Hitam adalah daerah Bengkulu (daerah pesisir Selatan hingga ke Mukomuko). Durian Ditakuak Rajo adalah wilayah di Kabupaten Bungo, Jambi yang terakhir, Sialang Balantak Basi adalah wilayah di Rantau Barangin, Kabupaten Kampar, Riau sekarang .
Selain jalur-jalur ataupun pintu masuknya dakwah Islam ke Bengkulu yang dikemukakan di atas, salah satu jalur masuknya Islam ke Bengkulu adalah adanya hubungan kerajaan Sungai Lemau dengan Singaran atau Suanda yang berasal dari Palembang.
Pada tahun 1527 M datang seseorang yang berasal dari Lembak Beliti, Dusun Taba Pingin Pucuk Palembang yang bernama Singaran atau Suanda kepada Baginda Sebayam Raja Sungai Lemau dengan tujuan untuk meminta suaka politik. Pengganti Baginda Sebayam adalah putranya yang tertua bernama Baginda Sana yang bergelar Paduka Baginda Muda.
Pada masa pemerintahan Paduka Baginda Muda datang seorang laki-laki dari dusun Taba Pingin yang bernama Abdul Syukur yang masih termasuk kerabat Singaran (Suanda). Abdul Syukur inilah yang mula-mula mengembangkan agama Islam di wilayah Sungai Itam hingga ke Lembak Delapan.
Sumber:
wikpedia
diolah dari berbagai sumber
Hal ini ada kemungkinan disebabkan oleh letak geografis Bengkulu yang berada di tepi Samudera Hindia bukan berada di antara selat pulau, dengan kondisi seperti tersebut, membuat pelayaran mengalami kesulitan untuk berlayar menuju Bengkulu.
Persentuhan Bengkulu dengan Islam saat Bengkulu masih terbentuk dalam sistem pemerintahan berupa kerajaan-kerajaan kecil yang berada di kawasan dataran tinggi ataupun berada di wilayah pesisir provinsi Bengkulu.
Berdasar pada beberapa data yang ada, salah satunya menurut Azra, penyebaran Islam yang berasal dari Timur Tengah dan sekitarnya menuju kepulauan nusantara, terlebih dahulu singgah di Malaka. Dari Malaka inilah kemudian Islam tersebar menuju nusantara.
Dari Malaka Islam tersebar ke pulau Sumatera melaui Sriwijaya (Palembang) lalu menyebar ke daerah-daerah lainnya di Sumatera. Dari Malaka Islam juga dibawa ke Aceh (Samudera Pasai) dan menyebar ke daerah sekitarnya di pulau Sumatera. Sedangkan Sumatera Barat menerima Islam melalui Palembang dan Aceh.
Bila melihat jalur penyebaran agama Islam di nusantara tersebut, ada kemungkinan Islam masuk ke Bengkulu melalui Minangkabau (1500) atau melalui Palembang, dan pada masa-masa tersebut Bengkulu masih berbentuk dalam tata pemerintahan berupa kerajaan-kerajaan.
Salah satu kerajaan tertua di Bengkulu adalah Kerajaan Sungai Serut dengan raja pertamanya Ratu Agung (1550 1570) yang berasal dari Gunung Bungkuk.
Dari sumber lokal yang terhimpun dalam Gelumpai diperoleh keterangan bahwa pada tahun 1417 M seorang dai dari Aceh bernama Malim Mukidim datang ke Gunung Bungkuk Sungai Serut Awi, kawasan Lematang Ulu. Malim Mukidim berhasil mengislamkan raja Ratu Agung penguasa Gunung Bungkuk saat itu . Menurut sumber lain, agama Islam masuk di Bengkulu sekitar abad ke- 16 .
Persentuhan Palembang dengan Islam, sangat memungkinkan Palembang menjadi salah satu pintu masuknya Islam ke Bengkulu. Hal ini sebagaimana yang di kemukakan oleh Badrul Munir Hamidy, "Masuknya Islam ke Bengkulu melalui lima pintu yaitu, pintu pertama melalui kerajaan Sungai Serut yang dibawa oleh ulama Aceh Tengku Malim Mukidim, pintu kedua melalui perkawinan Sultan Muzafar Syah dengan putri Serindang Bulan, inilah awal masuknya Islam ke tanah Rejang pada pertengahan abad XVII.
Pintu ketiga melalui datangnya Bagindo Maharajo Sakti dari Pagaruyung ke kerajaan Sungai Lemau pada abad XVII, pintu keempat melalui dakwah yang dilakukan oleh dai-dai dari Banten, sebagai bentuk hubungan kerjasama kerajaan Banten dan kerajaan Selebar, pintu kelima masuknya Islam ke Bengkulu melalui daerah Mukomuko setelah menjadi kerajaan Mukomuko".
Kerajaan Pagaruyung di Sumatera Barat mempunyai kekuasaan yang luas dari Sikilang Aia Bangih adalah batas Utara, sekarang di daerah Pasaman Barat, berbatasan dengan Natal, Sumatera Utara.
Taratak Aia Hitam adalah daerah Bengkulu (daerah pesisir Selatan hingga ke Mukomuko). Durian Ditakuak Rajo adalah wilayah di Kabupaten Bungo, Jambi yang terakhir, Sialang Balantak Basi adalah wilayah di Rantau Barangin, Kabupaten Kampar, Riau sekarang .
Selain jalur-jalur ataupun pintu masuknya dakwah Islam ke Bengkulu yang dikemukakan di atas, salah satu jalur masuknya Islam ke Bengkulu adalah adanya hubungan kerajaan Sungai Lemau dengan Singaran atau Suanda yang berasal dari Palembang.
Pada tahun 1527 M datang seseorang yang berasal dari Lembak Beliti, Dusun Taba Pingin Pucuk Palembang yang bernama Singaran atau Suanda kepada Baginda Sebayam Raja Sungai Lemau dengan tujuan untuk meminta suaka politik. Pengganti Baginda Sebayam adalah putranya yang tertua bernama Baginda Sana yang bergelar Paduka Baginda Muda.
Pada masa pemerintahan Paduka Baginda Muda datang seorang laki-laki dari dusun Taba Pingin yang bernama Abdul Syukur yang masih termasuk kerabat Singaran (Suanda). Abdul Syukur inilah yang mula-mula mengembangkan agama Islam di wilayah Sungai Itam hingga ke Lembak Delapan.
Sumber:
wikpedia
diolah dari berbagai sumber
(nag)