Anwar Sutan Saidi, Konglomerat Asal Agam
A
A
A
Banyak pengusaha berdarah Minangkabau yang namanya tercatat dalam perjalanan bangsa ini. Salah satunya, Anwar Sutan Saidi. Seperti apa sosoknya?
Anwar Sutan Saidi lahir di Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat, 19 April 1910. Anwar hanya menempuh jenjang pendidikan Sekolah Dasar 5 tahun di Payakumbuh.
Dikutip dari Wikipedia, Anwar terjun ke dunia bisnis pada usia 16 tahun. Pada mulanya ia bekerja dengan pamannya, kemudian mengembangkan usahanya sendiri. Salah satu usahanya adalah mengumpulkan hasil kerajinan tangan masyarakat Agam Tuo (Oud Agam).
Pada tahun 1930, Anwar Sutan Saidi mendirikan bank, yakni Bank Tabungan Saudagar di Bukittinggi. Bank ini kemudian berubah nama menjadi Bank Nasional Abuan Saudagar, yang pada akhirnya menjadi Bank Nasional.
Tahun 1938, Anwar Sutan Saidi memprakarsai berdirinya empat perusahaan, yaitu PT Inkorba, PT Bumi Putera, PT Andalas, dan PT Fort de Kock.
Di Bukittinggi, Anwar juga mendirikan perusahaan penerbitan NV Nusantara. Perusahaan ini banyak menerbitkan buku-buku sastra yang menjadi bacaan wajib anak-anak sekolah. Bersama putranya, Rustam Anwar, ia mengelola penerbitan ini hingga menjadi salah satu yang terbesar di Sumatera.
Anwar juga membangun Hotel Minang di Bukittinggi dan Danau Singkarak (Nagari Batu Taba). Pada tahun 1964, ia mengaktifkan kembali pabrik Tenun Padang Asli yang sudah lama ditutup.
Dikutip dari talogondan.wordpress.com, selain dikenal sebagai konglomerat, Anwar Sutan Saidi juga pernah terlibat dalam aktivitas pergerakan nasional. Awal ketertarikan Anwar karena kakaknya Djamaluddin Ibrahim adalah guru Sumatera Thawalib sekaligus aktivis Partai PARI. (Baca Juga: Syekh Ibrahim Musa Parabek, Pendiri Sumatera Thawalib
Selain itu, pada masa pendudukan Jepang, Anwar Sutan Saidi dikenal sebagai tokoh antifasisme Jepang. Anwar tidak sepaham dengan Muhammad Sjafei dan Chatib Sulaiman, yang mendirikan Gyugun (Laskar Rakyat) untuk membantu Jepang. Namun, setelah Gyugun diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Anwar malah berbalik aktif memberikan dukungan dana kepada organisasi militer tersebut.
Di masa kemerdekaan, Anwar duduk sebagai Dewan Eksekutif Komite Nasional Indonesia (KNI) Sumatera Barat, mendampingi Sutan Mohammad Rasjid dan Dr. Moh. Djamil. Pada tahun 1960, Anwar ditunjuk menjadi angota Dewan Perancang Nasional (Depernas) sebagai tenaga ahli, dan kemudian diangkat pula menjadi anggota MPRS.
Anwar Sutan Saidi meninggal dunia di Padang, 1 Juni 1976 pada usia 66. Setelah Anwar wafat, banyak perusahaannya yang mundur.
Anwar Sutan Saidi lahir di Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat, 19 April 1910. Anwar hanya menempuh jenjang pendidikan Sekolah Dasar 5 tahun di Payakumbuh.
Dikutip dari Wikipedia, Anwar terjun ke dunia bisnis pada usia 16 tahun. Pada mulanya ia bekerja dengan pamannya, kemudian mengembangkan usahanya sendiri. Salah satu usahanya adalah mengumpulkan hasil kerajinan tangan masyarakat Agam Tuo (Oud Agam).
Pada tahun 1930, Anwar Sutan Saidi mendirikan bank, yakni Bank Tabungan Saudagar di Bukittinggi. Bank ini kemudian berubah nama menjadi Bank Nasional Abuan Saudagar, yang pada akhirnya menjadi Bank Nasional.
Tahun 1938, Anwar Sutan Saidi memprakarsai berdirinya empat perusahaan, yaitu PT Inkorba, PT Bumi Putera, PT Andalas, dan PT Fort de Kock.
Di Bukittinggi, Anwar juga mendirikan perusahaan penerbitan NV Nusantara. Perusahaan ini banyak menerbitkan buku-buku sastra yang menjadi bacaan wajib anak-anak sekolah. Bersama putranya, Rustam Anwar, ia mengelola penerbitan ini hingga menjadi salah satu yang terbesar di Sumatera.
Anwar juga membangun Hotel Minang di Bukittinggi dan Danau Singkarak (Nagari Batu Taba). Pada tahun 1964, ia mengaktifkan kembali pabrik Tenun Padang Asli yang sudah lama ditutup.
Dikutip dari talogondan.wordpress.com, selain dikenal sebagai konglomerat, Anwar Sutan Saidi juga pernah terlibat dalam aktivitas pergerakan nasional. Awal ketertarikan Anwar karena kakaknya Djamaluddin Ibrahim adalah guru Sumatera Thawalib sekaligus aktivis Partai PARI. (Baca Juga: Syekh Ibrahim Musa Parabek, Pendiri Sumatera Thawalib
Selain itu, pada masa pendudukan Jepang, Anwar Sutan Saidi dikenal sebagai tokoh antifasisme Jepang. Anwar tidak sepaham dengan Muhammad Sjafei dan Chatib Sulaiman, yang mendirikan Gyugun (Laskar Rakyat) untuk membantu Jepang. Namun, setelah Gyugun diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Anwar malah berbalik aktif memberikan dukungan dana kepada organisasi militer tersebut.
Di masa kemerdekaan, Anwar duduk sebagai Dewan Eksekutif Komite Nasional Indonesia (KNI) Sumatera Barat, mendampingi Sutan Mohammad Rasjid dan Dr. Moh. Djamil. Pada tahun 1960, Anwar ditunjuk menjadi angota Dewan Perancang Nasional (Depernas) sebagai tenaga ahli, dan kemudian diangkat pula menjadi anggota MPRS.
Anwar Sutan Saidi meninggal dunia di Padang, 1 Juni 1976 pada usia 66. Setelah Anwar wafat, banyak perusahaannya yang mundur.
(zik)