Ritual Khusus Digelar Warga untuk Tenangkan Harimau Bonita yang Mengamuk
A
A
A
PEKANBARU - Harimau Bonita kembali menampakan diri lagi di kawasan kebun sawit PT Tabungan Haji Indo Plantation (THIP) Kecamatan Pelanggiran Kabupaten Inhil, Riau. Untuk 'menjinakan' harimau Sumatera tersebut, warga membuat ritual khusus.
Ritual ini juga melibatkan warga Pulau Muda yang berbatasan dengan Pelangiran. Dalam ritual itu warga memberikan sesaji. Sesaji itu berisi daging dan buah buahan. Di sekitarnya dinyalakan lilin. Selain masyarakat, ritual ini juga mengikut sertakan tim gabungan TNI, Polri, BBKSDA (Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam) Riau yang tergabung dalam tim rescue.
Ritual atau sesajen itu diadakan di Eboni Estate PT THIP. Kegiatan ini dipimpin oleh tokoh masyarakat. Dalam kegiatan juga dilaksanakan doa bersama untuk keselamatan semua.
"Bagi warga sekitar ritual ini diberi nama sema kampung. Kegiatan ini dipercaya warga untuk keselamatan warga termasuk kelangsungan hidup harimau Sumatera," ucap Humas BBKSDA Riau, Dian Indriati Rabu (4/4/2018).
Tim rescue menyatakan mendukung langkah apapun yang dilakukan warga demi keselamatan masyarakat. Dimana sudah dua warga meninggal diserang si raja hutan tersebut.
Sebelumnya, dua warga di Pelanggiran, Inhil tewas diserang harimau bernama Bonita. Peristiwa pertama terjadi pada 3 Januari 2018 dengan korban Jumiati, karyawati PT THIP.
Kemudian pada 10 Maret, harimau sumatera itu kembali menyerang warga bernama Yusri. Keduanya diterkam di bagian tengkuk.
Organisasi pencinta alam internasional WWF menyatakan, penyerangan harimau ke manusia di Inhil disebabkan hutan beralih fungsi menjadi perkebunan sawit oleh PT THIP dan Hutan Tanaman Industri (HTI) PT Arara Abadi yang merupakan anak perusahaan Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP). Petugas sudah beberapa kali menembak bius Bonita. Namun si raja hutan ini bangun lagi, walau sempat tergeletak.
Setelah lama menghilang karena diburu warga, pada 2 April 2017 Bonita kembali menampakan diri di area PT THIP. Seorang pekerja bernama Iwan dikejar. Warga asal Nias, Sumatera Utara ini berhasil selamat dari kejaran si belang karena melompat ke dalam parit.
Ritual ini juga melibatkan warga Pulau Muda yang berbatasan dengan Pelangiran. Dalam ritual itu warga memberikan sesaji. Sesaji itu berisi daging dan buah buahan. Di sekitarnya dinyalakan lilin. Selain masyarakat, ritual ini juga mengikut sertakan tim gabungan TNI, Polri, BBKSDA (Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam) Riau yang tergabung dalam tim rescue.
Ritual atau sesajen itu diadakan di Eboni Estate PT THIP. Kegiatan ini dipimpin oleh tokoh masyarakat. Dalam kegiatan juga dilaksanakan doa bersama untuk keselamatan semua.
"Bagi warga sekitar ritual ini diberi nama sema kampung. Kegiatan ini dipercaya warga untuk keselamatan warga termasuk kelangsungan hidup harimau Sumatera," ucap Humas BBKSDA Riau, Dian Indriati Rabu (4/4/2018).
Tim rescue menyatakan mendukung langkah apapun yang dilakukan warga demi keselamatan masyarakat. Dimana sudah dua warga meninggal diserang si raja hutan tersebut.
Sebelumnya, dua warga di Pelanggiran, Inhil tewas diserang harimau bernama Bonita. Peristiwa pertama terjadi pada 3 Januari 2018 dengan korban Jumiati, karyawati PT THIP.
Kemudian pada 10 Maret, harimau sumatera itu kembali menyerang warga bernama Yusri. Keduanya diterkam di bagian tengkuk.
Organisasi pencinta alam internasional WWF menyatakan, penyerangan harimau ke manusia di Inhil disebabkan hutan beralih fungsi menjadi perkebunan sawit oleh PT THIP dan Hutan Tanaman Industri (HTI) PT Arara Abadi yang merupakan anak perusahaan Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP). Petugas sudah beberapa kali menembak bius Bonita. Namun si raja hutan ini bangun lagi, walau sempat tergeletak.
Setelah lama menghilang karena diburu warga, pada 2 April 2017 Bonita kembali menampakan diri di area PT THIP. Seorang pekerja bernama Iwan dikejar. Warga asal Nias, Sumatera Utara ini berhasil selamat dari kejaran si belang karena melompat ke dalam parit.
(sms)