Sensasi Melacak Tom, Orangutan Terbesar di Kalimantan
A
A
A
Suara motor speedboat terdengar menderu saat menyusuri sungai di Teluk Kumai. Keindahan alam hutan tropis langsung terpampang di sepanjang perjalanan begitu lepas dari Pelabuhan Kumai, tempat transit menuju Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP).
Tanjung Puting tersohor di dunia lantaran hutan yang berada di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah (Kalteng), ini menjadi hutan konservasi orangutan terbesar di dunia. Salah satu tantangan yang menarik, jika beruntung, pengunjung bisa bertemu dengan orangutan terbesar yang oleh warga sekitar diberi nama Tom.
Untuk menuju lokasi hutan lindung dengan luas sekitar 300.000 hektare ini para wisatawan bisa menggunakan kapal kelotok atau juga speedboat. Jika memakai kapal kelotok bisa mengangkut sekitar 20 orang. Biaya sewanya Rp4 juta dengan lama perjalanan empat jam. Adapun speedboat bisa lebih cepat karena hanya membutuhkan 1,5 jam perjalanan untuk 3 orang menyusuri teluk hingga sungai menuju hutan menyusuri Sungai Sekonyer. Ongkos sewanya Rp3 juta untuk 3 penumpang.
Sepanjang perjalanan, di pinggir sungai yang banyak bertengger monyet-monyet kecil berwarna cokelat putih yang disebut pekantan. Setelah satu setengah jam, akhirnya sampailah pada di dermaga Tanjung Puting. Selanjutnya wisatawan menyusuri jalur jalan dengan lintasan disusun dari kayu ulin.
Dari sinilah petualangan dimulai. Wisatawan harus berjalan sejauh 1,5 km menuju lokasi hunian orangutan kalimantan atau Pongo pigmaeus ini akan muncul. Para petugas meminta pengunjung untuk tidak berisik agar tidak membuat takut orangutan yang akan muncul saat waktunya makan. "Oooouuuuuw" teriakan sekaligus panggilan khas yang keluar dari para petugas terdengar berulang-ulang. Mereka memberi tahu orangutan bahwa waktunya makan sudah tiba.
Seusai diteriaki, terlihat orangutan besar yang menggendong anaknya mulai bergelantungan mendekati lokasi makan yang juga disebut feeding. Atraksi langka inilah yang diabadikan wisatawan dengan mengambil gambar para orangutan yang mulai datang. Selanjutnya muncul lagi orangutan lainnya.
Menurut Wakil Bupati Kotawaringin Barat Ahmadi Riansyah, di Taman Nasional Tanjung Puting ada orangutan besar yang dijuluki Tom. Meski demikian memang tidak semua pengunjung bisa bertemu. "Dia bernama Tom. Setiap hari pasti turun, namun waktunya tidak bisa dipastikan," ungkapnya.
Sayang, KORAN SINDO tak bisa bertemu dengan Tom. Sesaat setelah rombongan pulang, maskot TNTP itu baru muncul. Ahmadi menjelaskan bahwa waktu feeding dari jam 14.00 hingga pukul 16.00 menjadikan wisatawan harus sabar menanti kehadiran orangutan terbesar. "Tom adalah maskot orangutan di Kalimantan ini. Jadi memang kita harus sabar untuk bisa bertemu dengannya. Jadi kalau mau berburu Tom ya bisa sampai sore, tapi bisa juga siang hari," bebernya.
Setelah perburuan panjang melihat orangutan usai, para wisatawan kembali menyusuri hutan dan naik di kapal kelotok untuk pulang Kumai dan meneruskan perjalanan ke Kota Pangkalan Bun yang berjarak 13 km. Keberadaan TNPT ini membuat Pemkab Kotawaringin Barat terus berbenah. Pemkab yang dipimpin duet Bupati Mur Hidayah bersama Ahmadi Riasyah ini berusaha menggaet wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk datang ke Pangkalan Bun.
Setelah berasyik-ria dengan orangutan, wisatawan masih bisa menikmati keindahan Kota Pangkalan Bun. "Kami siapkan Kampung Pelangi, yaitu kampung asli di tepi sungai yang sudah kami tata. Kemudian juga water front city untuk kawasan pinggir kali," jelas Ahmadi.
Tanjung Puting tersohor di dunia lantaran hutan yang berada di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah (Kalteng), ini menjadi hutan konservasi orangutan terbesar di dunia. Salah satu tantangan yang menarik, jika beruntung, pengunjung bisa bertemu dengan orangutan terbesar yang oleh warga sekitar diberi nama Tom.
Untuk menuju lokasi hutan lindung dengan luas sekitar 300.000 hektare ini para wisatawan bisa menggunakan kapal kelotok atau juga speedboat. Jika memakai kapal kelotok bisa mengangkut sekitar 20 orang. Biaya sewanya Rp4 juta dengan lama perjalanan empat jam. Adapun speedboat bisa lebih cepat karena hanya membutuhkan 1,5 jam perjalanan untuk 3 orang menyusuri teluk hingga sungai menuju hutan menyusuri Sungai Sekonyer. Ongkos sewanya Rp3 juta untuk 3 penumpang.
Sepanjang perjalanan, di pinggir sungai yang banyak bertengger monyet-monyet kecil berwarna cokelat putih yang disebut pekantan. Setelah satu setengah jam, akhirnya sampailah pada di dermaga Tanjung Puting. Selanjutnya wisatawan menyusuri jalur jalan dengan lintasan disusun dari kayu ulin.
Dari sinilah petualangan dimulai. Wisatawan harus berjalan sejauh 1,5 km menuju lokasi hunian orangutan kalimantan atau Pongo pigmaeus ini akan muncul. Para petugas meminta pengunjung untuk tidak berisik agar tidak membuat takut orangutan yang akan muncul saat waktunya makan. "Oooouuuuuw" teriakan sekaligus panggilan khas yang keluar dari para petugas terdengar berulang-ulang. Mereka memberi tahu orangutan bahwa waktunya makan sudah tiba.
Seusai diteriaki, terlihat orangutan besar yang menggendong anaknya mulai bergelantungan mendekati lokasi makan yang juga disebut feeding. Atraksi langka inilah yang diabadikan wisatawan dengan mengambil gambar para orangutan yang mulai datang. Selanjutnya muncul lagi orangutan lainnya.
Menurut Wakil Bupati Kotawaringin Barat Ahmadi Riansyah, di Taman Nasional Tanjung Puting ada orangutan besar yang dijuluki Tom. Meski demikian memang tidak semua pengunjung bisa bertemu. "Dia bernama Tom. Setiap hari pasti turun, namun waktunya tidak bisa dipastikan," ungkapnya.
Sayang, KORAN SINDO tak bisa bertemu dengan Tom. Sesaat setelah rombongan pulang, maskot TNTP itu baru muncul. Ahmadi menjelaskan bahwa waktu feeding dari jam 14.00 hingga pukul 16.00 menjadikan wisatawan harus sabar menanti kehadiran orangutan terbesar. "Tom adalah maskot orangutan di Kalimantan ini. Jadi memang kita harus sabar untuk bisa bertemu dengannya. Jadi kalau mau berburu Tom ya bisa sampai sore, tapi bisa juga siang hari," bebernya.
Setelah perburuan panjang melihat orangutan usai, para wisatawan kembali menyusuri hutan dan naik di kapal kelotok untuk pulang Kumai dan meneruskan perjalanan ke Kota Pangkalan Bun yang berjarak 13 km. Keberadaan TNPT ini membuat Pemkab Kotawaringin Barat terus berbenah. Pemkab yang dipimpin duet Bupati Mur Hidayah bersama Ahmadi Riasyah ini berusaha menggaet wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk datang ke Pangkalan Bun.
Setelah berasyik-ria dengan orangutan, wisatawan masih bisa menikmati keindahan Kota Pangkalan Bun. "Kami siapkan Kampung Pelangi, yaitu kampung asli di tepi sungai yang sudah kami tata. Kemudian juga water front city untuk kawasan pinggir kali," jelas Ahmadi.
(amm)