Over Kapasitas, Lapas Sleman Kembangkan Kampung Asimilasi
A
A
A
SLEMAN - Lembaga pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Sleman atau yang sering disebut Lapas Cebongan mengembangkan kampung asimilasi bagi warga binaan. Selain untuk pemberdayaan, langkah ini juga sebagai solusi mengatasi jumlah penghuni lapas yang melebihi daya tampung sekaligus embrio lapas terbuka.
Data Lapas Cebongan hingga Maret 2018 jumlah warga binaan sebanyak 258 orang. Padahal daya tampung hanya 196 orang atau kelebihan 62 orang. Situasi seperti itu, tentunya rawan terjadi gesekan di antara penghuni. Oleh karena itu, pengamanan diperketat dan monitoring serta pendekatan persuasif.
“Karena itu, selain dibekali rohani, para penghuni lapas juga kami berikan beberapa keterampilan yang nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai bekal setelah keluar dari tempat ini. Satu di antaranya pertanian,” terang mantan kalapas Sleman Turyanto seusai acara pisah sambut dengan kalapas Sleman baru Gunarto di kalapas setempat, Rabu (21/3/2018).
Menurtu Turyanto kampung asimilasi yang dikembangkan lapas Sleman tersebut lokasinya ada di dekat lapas. Untuk pengembangan kegiatan itu bekerja sama dengan bina insan pertanian (BIP). Dalam kampung asimilasi ini, warga binaan mendapatkan keterampilan tentang pengolahan pertanian, perikanan, dan tanaman bunga dalam pot (tabulapot). “Hasil dari kegiatan tersebut sebagian untuk tabungan warga binaan dan lainnya disetor ke kas negara,” terangnya.
Hanya saja untuk tahap awal ini belum semua warga binaan lapas mendapatkan kesempatan untuk program kampung asimilasi. Sebab mereka yang mendapatkan asimilasi harus memenuhi prosedur dan ketentuan yang berlaku. Di antaranya sudah menjalan setengah pidana dan persyaratan lainnya. Karena itu sekarang baru ada 3-4 orang warga binaan yang mendapat pelatihan di kampung asimilasi tersebut.
“Tapi kami harapkan program ini nantinya akan bermanfaat bagi warga binaan, termasuk embiro lapas terbuka sekaligus sebagai solusi kelebihan daya tampung,” terangnya.
Kepala Kanwil Kemenkumham DIY Gunarso mengatakan sangat mendukung dengan langkah dan program unggulan Lapas Sleman tersebut. Termasuk jika hasilnya bagus, tidak menutup kemungkinan program ini akan diterapkan di seluruh Lapas da Rutan yang ada di DIY sebagai program unggulan.
Data Lapas Cebongan hingga Maret 2018 jumlah warga binaan sebanyak 258 orang. Padahal daya tampung hanya 196 orang atau kelebihan 62 orang. Situasi seperti itu, tentunya rawan terjadi gesekan di antara penghuni. Oleh karena itu, pengamanan diperketat dan monitoring serta pendekatan persuasif.
“Karena itu, selain dibekali rohani, para penghuni lapas juga kami berikan beberapa keterampilan yang nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai bekal setelah keluar dari tempat ini. Satu di antaranya pertanian,” terang mantan kalapas Sleman Turyanto seusai acara pisah sambut dengan kalapas Sleman baru Gunarto di kalapas setempat, Rabu (21/3/2018).
Menurtu Turyanto kampung asimilasi yang dikembangkan lapas Sleman tersebut lokasinya ada di dekat lapas. Untuk pengembangan kegiatan itu bekerja sama dengan bina insan pertanian (BIP). Dalam kampung asimilasi ini, warga binaan mendapatkan keterampilan tentang pengolahan pertanian, perikanan, dan tanaman bunga dalam pot (tabulapot). “Hasil dari kegiatan tersebut sebagian untuk tabungan warga binaan dan lainnya disetor ke kas negara,” terangnya.
Hanya saja untuk tahap awal ini belum semua warga binaan lapas mendapatkan kesempatan untuk program kampung asimilasi. Sebab mereka yang mendapatkan asimilasi harus memenuhi prosedur dan ketentuan yang berlaku. Di antaranya sudah menjalan setengah pidana dan persyaratan lainnya. Karena itu sekarang baru ada 3-4 orang warga binaan yang mendapat pelatihan di kampung asimilasi tersebut.
“Tapi kami harapkan program ini nantinya akan bermanfaat bagi warga binaan, termasuk embiro lapas terbuka sekaligus sebagai solusi kelebihan daya tampung,” terangnya.
Kepala Kanwil Kemenkumham DIY Gunarso mengatakan sangat mendukung dengan langkah dan program unggulan Lapas Sleman tersebut. Termasuk jika hasilnya bagus, tidak menutup kemungkinan program ini akan diterapkan di seluruh Lapas da Rutan yang ada di DIY sebagai program unggulan.
(wib)