Pertumbuhan Jalan Tak Sebanding, Kemacetan Ancam Semarang

Minggu, 18 Maret 2018 - 18:20 WIB
Pertumbuhan Jalan Tak Sebanding, Kemacetan Ancam Semarang
Pertumbuhan Jalan Tak Sebanding, Kemacetan Ancam Semarang
A A A
SEMARANG - Kemacetan di Kota Semarang semakin hari semakin meningkatan. Berdasarkan hasil penelitian lembaga riset Inrix, rata-rata tingkat kemacetan di Kota Semarang mencapai 37 jam dalam setahun.

Seperti yang tertera di situs inrix.com dalam INRIX Global Traffic Scorecard lama waktu yang dibutuhkan pengendara saat macet adalah 17%. Pada jam sibuk, persentase waktu berkendara meningkat menjadi 21% dan 19% di luar jam sibuk.

Kota Semarang menempati urutan kesembilan di antara kota besar di Indonesia. Secara berurutan, Jakarta menempati rangking pertama. Disusul Bandung, Malang, Yogyakarta, Medan, Pontianak, Tarogong, Surabaya, Semarang, dan Sungai Pinang.

Wakil Ketua DPRD Kota Semarang, Joko Santoso mengatakan, kemacetan menjadi ancaman terbesar di Kota Semarang. Menurut dia, pertumbuhan infrastruktur jalan dengan pertumbuhan kendaraan di Kota Semarang yang tidak berimbang menjadi salah satu penyebabnya.

Kemudian, kata dia, pemerintah sudah seharusnya mulai melakukan langkah antisipasi, mumpung kemacetan di Kota Semarang belum parah. Hal itu bisa dimulai dengan mulai mengkaji potensi kemacetan, sampai solusinya. Jika hal itu tidak segera dilakukan bukan tidak mungkin kemacetan di Kota Lunpia, akan menyamai Kota Jakarta dan Bandung.

"Prinsipnya, adalah bagaimana caranya agar pemerintah memiliki strategi untuk mengatasi kemacetan. Termasuk mengoptimalkan penggunanaan angkutan masal. Supaya masyarakat banyak menggunakan angkutan masal," katanya di Semarang, Jawa Tengah, Minggu (18/3/2018).

Terkait dengan pertumbuhan kendaraan yang semakin hari terus mengalami peningkatan, Joko menilai, hal itu tidak lepas dari mudahnya, membeli sepeda motor atau mobil, sementara pemerintah sendiri tidak mampu mengendalikannya. "Memang tidak mudah mengatasi pertumbuhan kendaraan karena kewenangan ada di pemerintah pusat," ujar dia.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Semarang, Muhammad Khadik mengakui kapasitasi jalan di Kota Semarang tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan kendaraan.

Berdasarakan data dari Dinas Perhubungan, pertumbuhan kendaraan di Kota Semarang mencapai 12% per tahun. Sedangkan pertumbuhan jalan hanya 0,9 % per tahun. Saat ini, sedikitnya tercatat ada 1,6 juta kendaraan roda dua dan 500 ribu kendaraan roda empat di Kota Semarang.

"Persoalan kemacetan dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya, adanya kesenjangan cukup besar antara kapasitas jalan dengan pertumbuhan kendaraan di Kota Semarang," katanya.

Secara terpisah, Pakar Transportasi Universitas Katholik Soegijapranata (Unika) Semarang Djoko Stijowarno mengatakan, kemacetan di Kota Semarang semakin hari semakin meningkat.

Menurut dia, selain tidak seimbangnya pertumbuhan jalan dengan pertumbuhan kendaraan, kemacetan juga disebabkan tidak maksimalnya penggunaan Bus Rapit Transit (BRT) Trans Semarang sebagai salah satu moda transportasi masal.

Menurut dia, BRT yang mulai diluncurkan sejak tahun 2009 dan sudah 6 koridor bahkan akan bertambah jadi 7 koridor, belum bisa mengurangi kemacetan di Kota Semarang. Kemacetan kian bertambah, seolah tidak ada manfaatnya BRT sebagai solusi atasi kemacetan.

"Ada salah rancang rute atau trayeknya. Mestinya, trayeknya menghubungkan setiap kawasan perumahan dan permukiman menuju pusat kota. Melewati perkantoran, pusat bisnis, sekolah dan kampus," ujarnya.

Dia menambahkan, pengelolaan BRT juga masih amburadul. Dicontohkannya, manajemen kelola yang seharusnya operator eksisting, tapi diberikan operator baru. Akhirnya, ada tumpang tindih dengan rute angkot. Beberapa daerah kawasan bangkitan penumpang tidak disediakan halte, khawatir bentrok dengan angkot. "BRT jadi mubazir, sering kosong, sementara subsudi tetap berjalan," jelasnya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5962 seconds (0.1#10.140)