Banyak Musibah, Basarnas Gandeng Polisi untuk Operasi SAR
A
A
A
SEMARANG - Banyaknya musibah dalam dua tahun terakhir di Jawa Tengah (Jateng) membutuhkan operasi SAR baik untuk pencarian maupun pertolongan korban. Setiap tahun, ratusan orang tewas akibat berbagai musibah baik bencana maupun kecelakaan lalu lintas.
Berdasarkan data Basarnas Jateng, terdapat 222 orang meninggal akibat beragam musibah pada 2016. Jumlah itu sedikit menurun pada 2017, karena korban tewas menjadi 195 orang. Sementara jumlah bencana alam mengalami kenaikan dari 16 kasus pada 2016 menjadi 19 kasus di 2017.
Kepala Basarnas Jateng, Noer Isrodin Muchlisin mengungkapkan,pada 2017, kecelakaan pelayaran ada 14 kasus, penerbangan satu kasus, kecelakaan butuh penanganan khusus ada tujuh kasus, bencana alam 19 kasus, dan kondisi membahayakan manusia 136 kasus.
Pada 2016, musibah pelayaran 11 kasus, penerbangan tiga kasus, kecelakaan butuh penanganan kuhus 11 kasus, bencana alam 16 kasus, dan kondisi membahayakan manusia 175 kasus.
Dia menambahkan, pihaknya sengaja menggandeng Polda Jateng untuk meningkatkan penyelenggaraan kegiatan pencarian dan pertolongan/SAR. Kerja sama itu dituangkan dalam memorandum Of understanding (MoU) atau nota kesepahaman antara Basarnas Jateng dengan Polda Jateng.
"Ruang lingkup kerja sama ini meliputi dalam situasi normal dan darurat. Sedangkan di situasi darurat, masing-masing kita bersinergi untuk pemanfaatan sumber daya yang dimiliki," kata Noer Isrodin Muchlisin, Selasa (13/3/2018).
Kapolda Jateng Irjen Pol Condro Kirono menyambut baik kerja sama itu dan berharap diimplementasikan di lapangan. Apalagi, Jateng selama ini dikenal memiliki karakteristik tingkat bencana tinggi sehingga perlu menerapkan standard operating procedure (SOP) sesuai yang tertuang dalam kerja sama tersebut.
"Poin-poin yang kita sepakati untuk kerja sama ini adalah sinergitas sumber daya manusia. Kalau ada pelatihan-pelatihan itu bisa kita sinergikan supaya ada pemahaman yang sama. Khususnya yang sering membidangi SAR seperti Sabhara, Ditpolair, Brimob, dan lain sebagainya," ungkap Condro.
Berdasarkan data Basarnas Jateng, terdapat 222 orang meninggal akibat beragam musibah pada 2016. Jumlah itu sedikit menurun pada 2017, karena korban tewas menjadi 195 orang. Sementara jumlah bencana alam mengalami kenaikan dari 16 kasus pada 2016 menjadi 19 kasus di 2017.
Kepala Basarnas Jateng, Noer Isrodin Muchlisin mengungkapkan,pada 2017, kecelakaan pelayaran ada 14 kasus, penerbangan satu kasus, kecelakaan butuh penanganan khusus ada tujuh kasus, bencana alam 19 kasus, dan kondisi membahayakan manusia 136 kasus.
Pada 2016, musibah pelayaran 11 kasus, penerbangan tiga kasus, kecelakaan butuh penanganan kuhus 11 kasus, bencana alam 16 kasus, dan kondisi membahayakan manusia 175 kasus.
Dia menambahkan, pihaknya sengaja menggandeng Polda Jateng untuk meningkatkan penyelenggaraan kegiatan pencarian dan pertolongan/SAR. Kerja sama itu dituangkan dalam memorandum Of understanding (MoU) atau nota kesepahaman antara Basarnas Jateng dengan Polda Jateng.
"Ruang lingkup kerja sama ini meliputi dalam situasi normal dan darurat. Sedangkan di situasi darurat, masing-masing kita bersinergi untuk pemanfaatan sumber daya yang dimiliki," kata Noer Isrodin Muchlisin, Selasa (13/3/2018).
Kapolda Jateng Irjen Pol Condro Kirono menyambut baik kerja sama itu dan berharap diimplementasikan di lapangan. Apalagi, Jateng selama ini dikenal memiliki karakteristik tingkat bencana tinggi sehingga perlu menerapkan standard operating procedure (SOP) sesuai yang tertuang dalam kerja sama tersebut.
"Poin-poin yang kita sepakati untuk kerja sama ini adalah sinergitas sumber daya manusia. Kalau ada pelatihan-pelatihan itu bisa kita sinergikan supaya ada pemahaman yang sama. Khususnya yang sering membidangi SAR seperti Sabhara, Ditpolair, Brimob, dan lain sebagainya," ungkap Condro.
(rhs)