Jabar Kebut Bangun Masjid Terapung Senilai Rp1 Triliun

Jum'at, 02 Maret 2018 - 11:03 WIB
Jabar Kebut Bangun Masjid Terapung Senilai Rp1 Triliun
Jabar Kebut Bangun Masjid Terapung Senilai Rp1 Triliun
A A A
BANDUNG - Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) mempercepat proyek prestisius Masjid Al-Jabbar di kawasan Gedebage, Kota Bandung. Masjid yang dibangun di atas kolam retensi ini digadang-gadang menjadi termegah di Indonesia.

Luas lahan yang dibutuhkan untuk membuat masjid ini mencapai sekitar 26 hektare (ha). Dibangun di atas danau buatan, masjid yang anggaran pembangunannya hampir mencapai Rp1 triliun ini bakal menjadi salah satu yang termegah dan terunik di Indonesia.

Kehadirannya melengkapi masjid-masjid megah lain yang dibuat pemerintah seperti Masjid Istiqlal dan Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari di Kota Jakarta, Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) di Kota Semarang, Masjid 99 Kubah di Makassar dan Masjid Al-Akbar di Kota Surabaya.

Pembangunan fisik telah dimulai sejak 29 Desember 2017 dan diharapkan pada akhir tahun ini masjid tersebut sudah bisa difungsikan. "Masjid ini akan mampu menampung 60.000 jamaah, baik di dalam maupun di plazanya. Untuk di dalam masjid bisa menampung 33.000 jamaah, sisanya bisa tersebar hingga ke plaza," papar Gubernur Jabar Ahmad Heryawan.

Lantaran terkendala cuaca, pembangunan masjid ini sempat tersendat. Hingga akhir Februari, pembangunan Masjid Al-Jabbar baru terealisasi 1,5% dari target 6,3%. Pemprov pun telah membuat skenario percepatan lalu lintas proyek, antara lain dengan membuka akses tol Padalarang-Cileunyi (Padaleunyi) Km 149. Sebelumnya titik ini juga pernah dibuka saat pembangunan Gelora Bandung Lautan Api (GBLA).

Aher, sapaan akrab Gubernur Ahmad Heryawan, mengatakan, nama Masjid Al-Jabbar berasal dari salah satu di antara 99 Asmaul Husna yang artinya Mahagagah atau Mahakuasa. Bangunan Masjid Al-Jabbar direncanakan terdiri atas bangunan utama, sarana penunjang, dan fasilitas ruang terbuka. Bangunan masjid semakin istimewa karena di lantai dasar masjid akan dibangun pula museum sejarah Nabi Muhammad SAW. Harapannya fasilitas tersebut juga akan menjadi pelengkap paket wisata religi di kawasan ini.

Dibangun seakan terapung, bangunan masjid ini akan memikat warga yang datang. Masjid dengan struktur atap bertumpuk simetris berwarna putih dan jendela warna-warni yang menutup sebagian besar dindingnya itu seakan-akan mengambang di atas danau. Di bagian depan masjid terdapat plaza yang dikelilingi empat menara yang dibangun dengan gaya modern minimalis.

Keempat menara itu pun seakan muncul dari dasar danau yang dikelilingi taman dan pepohonan. Bangunan masjid berupa atap dan jendela dibuat bertumpuk mirip atap pada masjid-masjid tradisional di Jabar. Tinggi menara 33 meter menggambarkan jumlah bacaan wirid atau tasbih, sedangkan tinggi 99 meter pada menara utama dan bentang atap baja mencerminkan 99 nama Asmaul Husna.

Menyatukan Umat

Proyek prestisius Pemprov Jabar ini pun mendapat dukungan dari berbagai kalangan. Selain tempat beribadah, masjid ini juga menjadi kebanggaan warga Jabar. Lebih dari itu, Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jabar Rafani Achyar berharap, masjid ini menjadi perekat umat. Nanti dalam pengelolaannya, kata Rafani, Pemprov Jabar harus melibatkan semua komponen umat yang diwakili organisasi masyarakat (ormas) Islam.

"Saya harapkan, siapa pun yang nanti jadi gubernur, masjid terapung itu nanti diarahkan sebagai sebuah kekuatan untuk merekatkan umat," kata dia.

Harapannya beralasan. Sebab umat Islam saat ini sudah terpolarisasi luar biasa. Jika kondisi ini terus dibiarkan akan terjadi taasuf atau fanatisme golongan atau kelompok. Gejalanya sudah tampak sekali. Misalnya kelompok-kelompok yang menyebarkan hoax di media sosial (medsos). Kelompok ini bukan dari nonmuslim atau luar agama Islam, tetapi pelakunya orang-orang Islam sendiri. "Masa harus seperti itu. Itu kan (polarisasi) jelas membuka ruang yang begitu lebar untuk terjadinya perpecahan. Nah, untuk menghadapi fenomena ini, pemerintah harus hadir," jelasnya.

Kehadiran Masjid Al-Jabbar yang sangat megah ini menjadi momentum tepat memperkuat persatuan umat. "Kalau dikuasai salah satu kelompok, saya kira tidak akan berfungsi dengan baik dan optimal nantinya. Intinya seperti itu harapan kami," ujar Rafani.

Pembangunan masjid ini di bawah kendali Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (BMPR) Provinsi Jabar. Pembebasan lahan Masjid Al-Jabbar, termasuk kolam retensi untuk mencegah banjir di kawasan Gedebage sudah dimulai sejak 2015 silam melalui Biro Pengelolaan Barang Daerah (PBD). Total tanah yang dibebaskan Dinas BMPR pada 2017 seluas 3.3556 ha.

Luas lahan untuk pekerjaan inlet BBWS Citarum pada 2016 seluas 1.509 ha dan total tanah yang dibebaskan tahun 2017, yakni 0.378 ha, sehingga total luas tanah yang telah dibebaskan adalah 22.1000 ha dan tanah yang akan dibebaskan tahun 2018 sekitar 3.8879 ha.

Sementara total luas lahan yang dibutuhkan 25.9879 ha. Kehadiran masjid ini juga bisa bersinergi dengan Stadion GLBA karena lokasinya berdekatan. Kapasitas GBLA saat ini hanya 40.000 sehingga jika Persib bertanding di GLBA, Al-Jabbar bisa menampung semua pendukung klub kebanggaan warga Bandung ini untuk salat berjamaah.

Kepala DBMPR Jabar Guntoro menuturkan, Masjid Al-Jabbar akan dibangun dengan lantai dasar seluas sekitar 11.291 meter persegi, lantai 1 seluas sekitar 8.329 meter persegi, dan lantai mezanin (balkon) seluas sekitar 2.232 meter persegi. Adapun ruang luar masjid seluas sekitar 17.429,6 meter persegi. Desain masjid unik ini melibatkan arsitek dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Masjid ini dibangun dengan nilai engineer estimate (EE) Rp913.874.490.000. Anggaran itu belum termasuk land scape dan ma'radh.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5050 seconds (0.1#10.140)