Waspadai Serangan Teror Menjelang Pilkada 2018
A
A
A
SEMARANG - Serangan dan teror menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak 2018 harus diwaspadai karena berpotensi mengganggu stabilitas keamanan. Apalagi, beberapa hari terakhir terdapat serangan teror di beberapa daerah terhadap pemuka-pemuka agama.
"Dalam dua pekan terakhir ini contohnya di Jawa Barat telah terjadi penyerangan terhadap ustaz. Kemudian, beberapa hari lalu juga terjadi penyerangan umat saat misa di Gereja Lidwina, Bedog, Sleman. Kabar terakhir serangan juga terjadi di Tuban Jatim dan Jambi," kata Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jateng, Budiyanto, Rabu (14/2/2018).
Menurutnya, serangan teroris juga pernah terjadi di Tanah Air, menjelang pelaksanaan Pilpres 2009. Saat itu terjadi ledakan bom di hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan sekira pukul 07.47 WIB. Padahal, kala itu warga tengah menimbang untuk memilih di antara tiga pasangan yakni Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto.
"Kami ditugasi negara menjaga Jateng tetap aman terkendali, kondusif dari ancaman paham radikalime dan terorisme, tugas berat. Harus dilakukan bersama. Kita bisa melakukan jika bersama pemda provinsi, kabupaten, kota didukung masyarakat, dan seluruh elemen kepemudaaan. Aksi teror ini kalau berhasil akan membawa dampak kematian manusia dan rusaknya objek vital," jelasnya.
Dia mengatakan, untuk mencegah sekaligus deteksi dini aksi terorisme pihaknya menjalin kerja sama dengan Kemenhan Jateng dan organisasi kepemudaan seperti Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Jateng, Kota Semarang, serta Kabupaten Kendal. Dengan menggandeng anak-anak muda, maka penyebaran paham radikal dan terorisme yang menyasar generasi muda bisa dicegah.
“Apapun alasannya, melakukan perusakan rumah ibadah maupun penganiayaan pemuka agama, kami mengutuk keras. Karena, perbuatan itu tidak sesuai dengan ajaran agama dan nilai humanisme,” ujar Sekretaris FKPT Jateng, Syamsul Huda, sekaligus Ketua Dewan Ahli Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Cabang Kabupaten Demak.
"Dalam dua pekan terakhir ini contohnya di Jawa Barat telah terjadi penyerangan terhadap ustaz. Kemudian, beberapa hari lalu juga terjadi penyerangan umat saat misa di Gereja Lidwina, Bedog, Sleman. Kabar terakhir serangan juga terjadi di Tuban Jatim dan Jambi," kata Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jateng, Budiyanto, Rabu (14/2/2018).
Menurutnya, serangan teroris juga pernah terjadi di Tanah Air, menjelang pelaksanaan Pilpres 2009. Saat itu terjadi ledakan bom di hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan sekira pukul 07.47 WIB. Padahal, kala itu warga tengah menimbang untuk memilih di antara tiga pasangan yakni Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto.
"Kami ditugasi negara menjaga Jateng tetap aman terkendali, kondusif dari ancaman paham radikalime dan terorisme, tugas berat. Harus dilakukan bersama. Kita bisa melakukan jika bersama pemda provinsi, kabupaten, kota didukung masyarakat, dan seluruh elemen kepemudaaan. Aksi teror ini kalau berhasil akan membawa dampak kematian manusia dan rusaknya objek vital," jelasnya.
Dia mengatakan, untuk mencegah sekaligus deteksi dini aksi terorisme pihaknya menjalin kerja sama dengan Kemenhan Jateng dan organisasi kepemudaan seperti Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Jateng, Kota Semarang, serta Kabupaten Kendal. Dengan menggandeng anak-anak muda, maka penyebaran paham radikal dan terorisme yang menyasar generasi muda bisa dicegah.
“Apapun alasannya, melakukan perusakan rumah ibadah maupun penganiayaan pemuka agama, kami mengutuk keras. Karena, perbuatan itu tidak sesuai dengan ajaran agama dan nilai humanisme,” ujar Sekretaris FKPT Jateng, Syamsul Huda, sekaligus Ketua Dewan Ahli Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Cabang Kabupaten Demak.
(rhs)