Bertemu Pemuka Agama Katolik, Sudirman-Ida Janji Tingkat Pembangunan SDM
A
A
A
SEMARANG - Pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah, Sudirman Said-Ida Fauziah melakukan pertemuan dengan dengan pemuka dan ormas Katolik, di Rumah Retret Griya Paseban, Jalan Dr Ismangil, Bongsari Semarang, Minggu (4/2/2018).
Bahasan, pembangunan sumber daya manusia menjadi fokus dalam pertemuan diinisiasi Penghubung Karya Kerasulan Kemasyarakataan Keuskupan Agung Semarang dan dihadiri seluruh tokoh Katolik seluruh Jawa Tengah, dari gereja maupun ormasnya.
Sudirman mengatakan, dirinya bersama Ida Fauziyah, sudah satu suara dalam hal pembangunan sumber daya manusia (SDM). Bahkan menurut dia, pembangunan SDM tidak boleh kalah dengan pembangunan infrastruktur. "Kami satu suara, bahwa fokus pada bagian terbawah masyarakat merupakan kehendak banyak pihak termasuk elemen gereja Katolik," ucapnya.
Dia juga menyampaikan, meski selama berkarir menghabiskan banyak waktu di luar daerah, namun jiwanya adalah Jawa Tengah. Oleh karena itu, ia bertekad untuk membawa Jawa Tengah lebih baik.
"Takdir yang membawa saya berkelana. Setelah lulus SMA pendidikan yang saya raih berasal dari beasiswa, sampai akhirnya lulus dari STAN dan berkeliling sampai akhirnya di ESDM, dan lulus lebih dua tahun, karena normalnya lima tahun," katanya.
Sementara itu, Bakal Calon Wakil Gubernur Jawa Tengah, Ida Fauziah mengaku mendapat amanat agar persoalan kemiskinan dan perempuan jangan sampai dikesampingkan.
"Soal perempuan, kemiskinan di Jateng juga banyak terdiri dari kaum hawa, Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi pengirim terbanyak TKW," katanya.
Berdasarkan data BP3TKI, jumlah TKI adalah Jateng tahun 2014 sebanyak 92.629, tahun 2015 turun menjadi 57.107, tahun 2016 menjadi 49.581 dan pada semester awal 2017 sebanyak 30.469. Setiap bulan Jateng rata-rata mengirim 5.000 TKI.
Problem lanjutan dengan banyaknya TKI maupun TKW adalah nasib pendidikan anaknya. Selain pendidikan anak, tingkat perceraian juga tinggi.
Selain itu, ada juga angka kekerasan pada perempuan dan anak cukup tinggi. Saya kira untuk konteks ini pendekatannya cukup banyak. Ada pendekatan individual, sosial, hukum dan kesehatan.
Berdasarkan data Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak/P2TP2A “CITRA”, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dari tahun ke tahun terus meningkat. Hingga November 2017, jumlahnya mencapai 101 kasus, tahun 2016, jumlahnya sebesar 108 kasus.
"Pendekatan hukum sebenarnya kita punya undang-undang tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. DPR juga sedang membuat Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual. Dan selanjutnya diturunkan menjadi Perda," tuturnya. Namun, kata Ida, yang paling penting adalah pemerintah mendorong masyarakat untuk ambil bagian dalam penyelesaian ini.
Bahasan, pembangunan sumber daya manusia menjadi fokus dalam pertemuan diinisiasi Penghubung Karya Kerasulan Kemasyarakataan Keuskupan Agung Semarang dan dihadiri seluruh tokoh Katolik seluruh Jawa Tengah, dari gereja maupun ormasnya.
Sudirman mengatakan, dirinya bersama Ida Fauziyah, sudah satu suara dalam hal pembangunan sumber daya manusia (SDM). Bahkan menurut dia, pembangunan SDM tidak boleh kalah dengan pembangunan infrastruktur. "Kami satu suara, bahwa fokus pada bagian terbawah masyarakat merupakan kehendak banyak pihak termasuk elemen gereja Katolik," ucapnya.
Dia juga menyampaikan, meski selama berkarir menghabiskan banyak waktu di luar daerah, namun jiwanya adalah Jawa Tengah. Oleh karena itu, ia bertekad untuk membawa Jawa Tengah lebih baik.
"Takdir yang membawa saya berkelana. Setelah lulus SMA pendidikan yang saya raih berasal dari beasiswa, sampai akhirnya lulus dari STAN dan berkeliling sampai akhirnya di ESDM, dan lulus lebih dua tahun, karena normalnya lima tahun," katanya.
Sementara itu, Bakal Calon Wakil Gubernur Jawa Tengah, Ida Fauziah mengaku mendapat amanat agar persoalan kemiskinan dan perempuan jangan sampai dikesampingkan.
"Soal perempuan, kemiskinan di Jateng juga banyak terdiri dari kaum hawa, Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi pengirim terbanyak TKW," katanya.
Berdasarkan data BP3TKI, jumlah TKI adalah Jateng tahun 2014 sebanyak 92.629, tahun 2015 turun menjadi 57.107, tahun 2016 menjadi 49.581 dan pada semester awal 2017 sebanyak 30.469. Setiap bulan Jateng rata-rata mengirim 5.000 TKI.
Problem lanjutan dengan banyaknya TKI maupun TKW adalah nasib pendidikan anaknya. Selain pendidikan anak, tingkat perceraian juga tinggi.
Selain itu, ada juga angka kekerasan pada perempuan dan anak cukup tinggi. Saya kira untuk konteks ini pendekatannya cukup banyak. Ada pendekatan individual, sosial, hukum dan kesehatan.
Berdasarkan data Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak/P2TP2A “CITRA”, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dari tahun ke tahun terus meningkat. Hingga November 2017, jumlahnya mencapai 101 kasus, tahun 2016, jumlahnya sebesar 108 kasus.
"Pendekatan hukum sebenarnya kita punya undang-undang tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. DPR juga sedang membuat Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual. Dan selanjutnya diturunkan menjadi Perda," tuturnya. Namun, kata Ida, yang paling penting adalah pemerintah mendorong masyarakat untuk ambil bagian dalam penyelesaian ini.
(kri)