Belum Teruji, Moreno Bisa Cepat Tenggelam di Pertarungan Pilgub Jatim
A
A
A
SURABAYA - Langkah Partai Gerindra untuk mengusung Moreno Suprapto sebagai Calon Gubernur (Cagub) di Jatim diprediksi gugur di tengah jalan. Sebab, kapasitas Moreno belum teruji dan sulit untuk diterima oleh partai dalam koalisi poros tengah lainnya.
Pakar Politik Universitas Trunojoyo Mochtar W Oetomo menuturkan, kiprah Moreno selama ini belum teruji dengan baik. Bahkan, ketika namanya sempat disebut dalam pertarungan pemilihan wali kota (Pilwali) Kota Malang pun banyak yang meragukannya.
“Apalagi ini levelnya di Pilgub Jatim yang luas dan berdarah-darah. Jadi kalau tetap memaksakan Moreno, saya rasa akan sulit diterima dan mendapatkan tempat dalam kesepakatan koalisi,” ujar Mochtar, Senin (25/12/2017).
Dia menambahkan, potensi poros tengah terbentuk memang cukup besar. Apalagi ketiga partai baik itu Gerindra, PAN, maupun PKS sepertinya punya chemistry yang baik pasca-kemenangan di Pilgub DKI Jakarta.
Bahkan di berbagai pertemuan selalu sepakat tetap dalam satu barisan koalisi, termasuk pada lima pilkada yang digelar saat ini. “Di Jatim sendiri sebenarnya sudah ada kesepakatan, tapi kayaknya hanya tertunda saja,” jelasnya.
Mochtar menilai, terkait munculnya nama Moreno dari Gerindra yang belum bisa diterima betul oleh PAN dan PKS dengan berbagai pertimbangan. “Jadi saya rasa peluang Moreno maju dikonstelasi Pilgub Jatim cukup kecil,” sambungnya.
Sementara untuk Suyoto sendiri masih memiliki potensi yang jauh lebih baik. Makanya, kalau saja PAN mengajukan nama Suyoto masih bisa diterima oleh Gerindra dan PKS. “Jadi kedua partai lainnya tidak akan keberatan. Kapasitas dan track record Suyoto selama menjadi bupati dua periode di Bojonegoro cukup bagus,” jelasnya.
Sekretaris DPW PAN Jatim Basuki Babussalam menuturkan, pihaknya mendukung penuh ketika nama Suyoto mulai masuk di bursa penantang serius Gus Ipul dan Khofifah. PAN sendiri masih mencari formula dari berbagai pemetaan yang sudah dibangun cukup lama. “Kami siap untuk mendukung kader terbaik PAN untuk menjadi salah satu peserta di Pilgub Jatim,” jelasnya.
Pakar Politik Universitas Trunojoyo Mochtar W Oetomo menuturkan, kiprah Moreno selama ini belum teruji dengan baik. Bahkan, ketika namanya sempat disebut dalam pertarungan pemilihan wali kota (Pilwali) Kota Malang pun banyak yang meragukannya.
“Apalagi ini levelnya di Pilgub Jatim yang luas dan berdarah-darah. Jadi kalau tetap memaksakan Moreno, saya rasa akan sulit diterima dan mendapatkan tempat dalam kesepakatan koalisi,” ujar Mochtar, Senin (25/12/2017).
Dia menambahkan, potensi poros tengah terbentuk memang cukup besar. Apalagi ketiga partai baik itu Gerindra, PAN, maupun PKS sepertinya punya chemistry yang baik pasca-kemenangan di Pilgub DKI Jakarta.
Bahkan di berbagai pertemuan selalu sepakat tetap dalam satu barisan koalisi, termasuk pada lima pilkada yang digelar saat ini. “Di Jatim sendiri sebenarnya sudah ada kesepakatan, tapi kayaknya hanya tertunda saja,” jelasnya.
Mochtar menilai, terkait munculnya nama Moreno dari Gerindra yang belum bisa diterima betul oleh PAN dan PKS dengan berbagai pertimbangan. “Jadi saya rasa peluang Moreno maju dikonstelasi Pilgub Jatim cukup kecil,” sambungnya.
Sementara untuk Suyoto sendiri masih memiliki potensi yang jauh lebih baik. Makanya, kalau saja PAN mengajukan nama Suyoto masih bisa diterima oleh Gerindra dan PKS. “Jadi kedua partai lainnya tidak akan keberatan. Kapasitas dan track record Suyoto selama menjadi bupati dua periode di Bojonegoro cukup bagus,” jelasnya.
Sekretaris DPW PAN Jatim Basuki Babussalam menuturkan, pihaknya mendukung penuh ketika nama Suyoto mulai masuk di bursa penantang serius Gus Ipul dan Khofifah. PAN sendiri masih mencari formula dari berbagai pemetaan yang sudah dibangun cukup lama. “Kami siap untuk mendukung kader terbaik PAN untuk menjadi salah satu peserta di Pilgub Jatim,” jelasnya.
(wib)