Pembangunan Tol Bawen-Yogyakarta Petaka bagi Jateng
A
A
A
SEMARANG - Pemerintah pusat berencana akan merealisasikan pembangunan jalan tol dari Bawen-Yogyakarta. Namun, sejumlah kalangan menilai pembangunan jalan tol yang rencana akan membelah empat kabupaten di Yogyakarta dan Jawa Tengah justru akan bisa menjadi petaka bagi Jateng.
Pengamat transportasi Univeristas Katholik Soegijapranata (UNIKA) Semarang Djoko Setijowarno mengatakan, pembangunan Jalan Tol Bawen-Yogyakarta akan berdampak pada berkurangnya produk pangan di Jawa Tengah. Sebab, jalur tol akan membelah dan berada di atas lahan-lahan subur. "Otomatis mengurangi produk pangan," katanya, Selasa (4/12/2017).
Dia menyebutkan, jalur sepanjang Bawen sampai Yogyakarta adalah lahan yang cukup subur untuk pertanian dan perkebunan, karena berada di bawah Gunung Merapi. Lahan subur ini menjadi salah satu pemasok produk pangan untuk Jawa Tengah dan sekitarnya. "Belum lagi penggarap lahan subur kehilangan pekerjaan karena lahan mereka terdampak pembangunan tol," imbuhnya.
Menurut dia, masih ada alternatif lain selain pembangunan tol. Secara kondisi Jalan raya Bawen sampai Yogyakarta masih bisa dilebarkan sampai empat lajur. Selain itu alternatif lain adalah menghidupkan kembali jalur Kereta Api, Semarang-Yogyakarta.
Untuk mengaktifkan jalur KA, tidak dibutuhkan investasi besar, berbeda dengan investasi Jalan tol yang terlalu mahal, dan merusak ekologi yang sudah ada. "Masih ada alternatif lain yang lebih mudah dan murah, tidak merusak ekologi, ramah lingkungan, lahan subur masih tetap ada yaitu reaktivasi jalur KA," tandasnya.
Sementara itu, kalangan pengusaha justru sangat mendukung rencana pembangunan Jalan tol Semarang-Yogyakarta. Ketua Apindo Jateng Frans Kongi menilai, pembangun infrastruktur yang baik akan membuat pertumbuhan ekonomi semakin baik. Dengan adanya jalan tol proses distribusi barang dari satu tempat ke tempat lain menjadi lebih cepat sehingga harga bisa ditekan.
"Kedudukan Jawa Tengah sampai saat ini masih menjadi kawasan yang seksi untuk berinvetasi. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dari pemerintah untuk meningkatan pertumbuhan ekonomi Jateng," ujarnya.
Dengan adanya jalan tol di wilayah Selatan Jateng, menurut Frans akan semakin meningkatkan minat investasi di wilayah Jateng. Investasi pun tidak hanya terfokus di jalur pantura yang saat ini sudah cukup padat.
Untuk diketahui rencana pembangunan jalan tol Bawen-Yogyakarta, akan dibangun pada 2018 dan dioperasikan pada 2020. Jalan tol Bawean - Yogyakarta membelah empat Kabupaten di Jawa Tengah dan DIY, tiga Kabupaten di Jawa Tengah yaitu Kabupaten Semarang, Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, dan satu Kabupaten di DIY, yakni Kabupaten Sleman.
Pengamat transportasi Univeristas Katholik Soegijapranata (UNIKA) Semarang Djoko Setijowarno mengatakan, pembangunan Jalan Tol Bawen-Yogyakarta akan berdampak pada berkurangnya produk pangan di Jawa Tengah. Sebab, jalur tol akan membelah dan berada di atas lahan-lahan subur. "Otomatis mengurangi produk pangan," katanya, Selasa (4/12/2017).
Dia menyebutkan, jalur sepanjang Bawen sampai Yogyakarta adalah lahan yang cukup subur untuk pertanian dan perkebunan, karena berada di bawah Gunung Merapi. Lahan subur ini menjadi salah satu pemasok produk pangan untuk Jawa Tengah dan sekitarnya. "Belum lagi penggarap lahan subur kehilangan pekerjaan karena lahan mereka terdampak pembangunan tol," imbuhnya.
Menurut dia, masih ada alternatif lain selain pembangunan tol. Secara kondisi Jalan raya Bawen sampai Yogyakarta masih bisa dilebarkan sampai empat lajur. Selain itu alternatif lain adalah menghidupkan kembali jalur Kereta Api, Semarang-Yogyakarta.
Untuk mengaktifkan jalur KA, tidak dibutuhkan investasi besar, berbeda dengan investasi Jalan tol yang terlalu mahal, dan merusak ekologi yang sudah ada. "Masih ada alternatif lain yang lebih mudah dan murah, tidak merusak ekologi, ramah lingkungan, lahan subur masih tetap ada yaitu reaktivasi jalur KA," tandasnya.
Sementara itu, kalangan pengusaha justru sangat mendukung rencana pembangunan Jalan tol Semarang-Yogyakarta. Ketua Apindo Jateng Frans Kongi menilai, pembangun infrastruktur yang baik akan membuat pertumbuhan ekonomi semakin baik. Dengan adanya jalan tol proses distribusi barang dari satu tempat ke tempat lain menjadi lebih cepat sehingga harga bisa ditekan.
"Kedudukan Jawa Tengah sampai saat ini masih menjadi kawasan yang seksi untuk berinvetasi. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dari pemerintah untuk meningkatan pertumbuhan ekonomi Jateng," ujarnya.
Dengan adanya jalan tol di wilayah Selatan Jateng, menurut Frans akan semakin meningkatkan minat investasi di wilayah Jateng. Investasi pun tidak hanya terfokus di jalur pantura yang saat ini sudah cukup padat.
Untuk diketahui rencana pembangunan jalan tol Bawen-Yogyakarta, akan dibangun pada 2018 dan dioperasikan pada 2020. Jalan tol Bawean - Yogyakarta membelah empat Kabupaten di Jawa Tengah dan DIY, tiga Kabupaten di Jawa Tengah yaitu Kabupaten Semarang, Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, dan satu Kabupaten di DIY, yakni Kabupaten Sleman.
(wib)