Burung di Sleman Terancam Punah
A
A
A
SLEMAN - Keberadaan burung di alam bebas wilayah Sleman, DIY, terancam punah. Indikasinya burung-burung tersebut sekarang mulai langka, bahkan jarang dijumpai di alam bebas. Termasuk burung punglor (anir merah) yang merupakan satwa khas Sleman.
“Saya mengajak masyarakat Sleman untuk ikut berperan serta menjaga kelestarian satwa dan puspa di wilayahnya,” kata Bupati Sleman Sri Purnomo saat peringatan hari cinta puspa dan satwa nasional (HCPSN) tingkat DIY yang dipusatkan di Agro Wisata Bhumi Merapi Pakem, Minggu (3/12/2017).
Sri Purnomo menjelaskan, keberadaan puspa dan satwa tersebut penting, terutama dalam menjaga ekosistem. Untuk itu keberadaannya harus terus dijaga dan dipertahankan. Di antaranya tidak memburu dan mengambil puspa dan satwa tersebut. Apalagi puspa dan satwa di alam itu merupakan daya dukung lingkungan yang menjadi modal pembangunan
“HCPSN ini diharapkan dapat menjadi momen dalam membangun kesadaran serta membentuk kecintaan terhadap puspa dan satwa agar keanekaragaman hayati tetap lestari,” harapnya.
Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengatakan, selain untuk meningkatkan kepedulian, perlindungan, pelestarian puspa dan satwa nasional, peringatan HCPSN ini juga untuk menumbuhkan dan mengingatkan akan pentingya puspa dan satwa dalam kehidupan. Karena itu perlu dijaga dan dilestarikan keberadaannya.
“Ini yang harus menjadi perhatian bersama,” kata Sultan dalam sambutannya yang dibacakan Asekda Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemda DIY Sigit Sapto Raharjo.
Selain upacara, HCPSN tingkat DIY tersebut juga diisi dengan pameran satwa, seperti Ayam Kalkun, Ayam Pelung, dan beberapa burung, penanaman pohon serta kontes burung berkicau piala Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLH).
“Saya mengajak masyarakat Sleman untuk ikut berperan serta menjaga kelestarian satwa dan puspa di wilayahnya,” kata Bupati Sleman Sri Purnomo saat peringatan hari cinta puspa dan satwa nasional (HCPSN) tingkat DIY yang dipusatkan di Agro Wisata Bhumi Merapi Pakem, Minggu (3/12/2017).
Sri Purnomo menjelaskan, keberadaan puspa dan satwa tersebut penting, terutama dalam menjaga ekosistem. Untuk itu keberadaannya harus terus dijaga dan dipertahankan. Di antaranya tidak memburu dan mengambil puspa dan satwa tersebut. Apalagi puspa dan satwa di alam itu merupakan daya dukung lingkungan yang menjadi modal pembangunan
“HCPSN ini diharapkan dapat menjadi momen dalam membangun kesadaran serta membentuk kecintaan terhadap puspa dan satwa agar keanekaragaman hayati tetap lestari,” harapnya.
Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengatakan, selain untuk meningkatkan kepedulian, perlindungan, pelestarian puspa dan satwa nasional, peringatan HCPSN ini juga untuk menumbuhkan dan mengingatkan akan pentingya puspa dan satwa dalam kehidupan. Karena itu perlu dijaga dan dilestarikan keberadaannya.
“Ini yang harus menjadi perhatian bersama,” kata Sultan dalam sambutannya yang dibacakan Asekda Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemda DIY Sigit Sapto Raharjo.
Selain upacara, HCPSN tingkat DIY tersebut juga diisi dengan pameran satwa, seperti Ayam Kalkun, Ayam Pelung, dan beberapa burung, penanaman pohon serta kontes burung berkicau piala Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLH).
(rhs)