Saat Risma Berkisah tentang Perjuangan Para Pahlawan

Jum'at, 10 November 2017 - 08:46 WIB
Saat Risma Berkisah tentang Perjuangan Para Pahlawan
Saat Risma Berkisah tentang Perjuangan Para Pahlawan
A A A
SURABAYA - Wawasan nasionalisme bisa dibangun secara kokoh dengan fondasi para pemuda. Aksi heroik, siasat perang sampai takbir kemenangan menjadi bumbu yang tak terlupakan dalam rentetan cerita 10 November di Surabaya. Di Kota Pahlawan, anak-anak di sekolah kembali digiring dalam 'medan perang', mereka diajak larut dalam Sekolah Kebangsaan.

Anggota Legiun Veteran sekaligus Koordinator Sekolah Kebangsaan Surabaya Supardi tetap berbicara lantang di tengah keriuhan di dalam Gedung Nasional Indonesia (GNI) Surabaya. Matanya masih awas memandang, paraunya menjangkau seluruh ruangan dan gesit tangannya menyibak banyak keraguan tentang usianya.

Pagi itu, ia menjadi guru pertama pada Sekolah Kebangsaan. Veteran yang kini berusia 85 tahun ini berkisah tentang betapa dahsyat perjuangan para pahlawan, khususnya Arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan kemerdekaan.

"Tujuan Sekolah Kebangsaan ini agar anak-anak tidak melupakan sejarah. Terlebih di Gedung GNI ada momentum sejarah luar biasa yakni lahirnya dr. Soetomo yang mendirikan Budi Utomo," katanya dengan tangkas, Kamis (9/11/2017).

Di gedung ini, katanya, melahirkan sumpah pemuda. Cikal bakal kesatuan yang begitu merekat bagi banyak kaum muda. Sebagai cucu dan cicit para pahlawan, anak-anak di sekolah harus memiliki semangat besar untuk meneruskan perjuangan para pahlawan dengan cara belajar yang lebih giat.

Bagi warga Surabaya, November identik dengan Hari Pahlawan. Ketika tepat pada 10 November 1945, Arek-Arek Suroboyo dengan gelora semangat dan pantang takut, berani melawan sekutu yang ingin kembali menjajah Indonesia melalui Surabaya. Kisah heroik itu abadi, hingga kini.

Menyambut datangnya bulan November tahun ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya kembali menggelar Sekolah Kebangsaan demi mewariskan semangat cinta tanah air kepada generasi muda era kekinian.

Sekolah Kebangsaan yang dikemas layaknya aktivitas belajar mengajar kali kedua ini berlangsung di GNI. Agenda tahunan ini dihadiri ratusan pelajar di Kota Surabaya. Dari tingkatan Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Mereka duduk lesehan di tengah pendopo dengan aroma perjuangan sejak dulu kala.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan beberapa veteran tampil sebagai seorang 'guru' yang berkisah tentang perjuangan para pahlawan dan juga semangat kepahlawanan.

Risma sendiri menjelaskan pentingnya diadakan Sekolah Kebangsaan tiap tahun. Sebab, selama ini Sekolah Kebangsaan penting diselenggarakan agar anak-anak tahu bahwa kemerdekaan yang diraih bukan karena diberi, tetapi merupakan hasil perjuangan para pahlawan. Warga Surabaya kala itu ikut bertempur dan ribuan orang gugur.

"Kalian bisa bersekolah dan beraktivitas seperti sekarang, karena hasil perjuangan. Karena itu, sudah seharusnya kalian meneruskan perjuangan para pahlawan. Tentunya tidak dengan mengangkat senjata, melainkan dengan belajar dan berani keluar dari zona nyaman," katanya.

Risma melanjutkan, para pahlawan berani dan mempunyai nyali demi mempertahankan kemerdekaan. "Karena itu, kalian jangan pernah merasa takut atau rendah diri. Kalian harus berani berjuang untuk memperebutkan keberhasilan. Apalagi kalian dibekali dengan ilmu pengetahuan. Gunakan apa yang kalian miliki untuk kemajuan kalian, orang tua, sesama dan bangsa Indonesia," jelas mantan Kepala Bappeko Surabaya ini.

Selama sekitar satu jam, Risma menyampaikan banyak pesan penting kepada para pelajar, antara lain tentang semangat kepahlawanan yang harus diwarisi, tentang pentingnya keberanian untuk bersaing dengan pelajar di seluruh dunia, tentang pentingnya menjadi pemenang di kota sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Juga tentang imbauan agar pelajar tidak terus bermain gadget melainkan belajar agar negara ini tidak dijajah oleh bangsa lain.

"Penjajahan sesungguhnya sudah terjadi. Jangan terlena dengan gadget, itu semua by design untuk menghancurkan bangsa ini. Kalau kalian ingin negara ini tidak dijajah kembali maka kalian harus bisa membagi waktu, jangan hanya main game terus. Waktu ini terbatas, jika kalian terlena maka negara lain akan masuk dan kalian akan menjadi penonton dan tidak bisa berbuat apa-apa."

Menariknya, Sekolah Kebangsaan tidak hanya digelar secara pasif, tetapi dikemas interaktif. Para pelajar bisa berinteraksi langsung dengan wali kota dan dengan mengajukan pertanyaan. Ada siswi yang mengajukan pertanyaan bagaimana caranya agar anak-anak mau belajar dengan rajin, ada juga pertanyaan apa prinsip wali kota dalam memimpin Surabaya. Hingga ada pertanyaan bagaimana agar generasi muda bisa selamat dari ancaman narkoba, minuman keras maupun pergaulan bebas.

Sekolah Kebangsaan merupakan agenda tahunan yang digagas Pemkot Surabaya sejak beberapa tahun lalu untuk menyambut Hari Pahlawan. Lokasi yang dipilih sebagai tempat Sekolah Kebangsaan tersebut tidak sembarangan, tetapi merupakan tempat-tempat yang sarat nilai sejarah karena dulunya menjadi 'saksi perjuangan' para pahlawan.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8506 seconds (0.1#10.140)