8 Kandidat Cagub Jabar Curah Gagasan
A
A
A
BANDUNG - Delapan kandidat cagub Jawa Barat tampil mengemukakan pendapatnya tentang Jabar di panggung Silaturahmi dan Curah Gagasan Bakal Calon Gubernur/Wakil Gubernur yang digagas DPD PDIP Jabar, Rabu (25/10/2017).
Kedelapan kandidat cagub Jabar tersebut yakni Abdy Yuhana, Agung Suryamal, Irjen Pol Anton Charliyan, Deddy Mizwar, Dedi Mulyadi, Sutrisno, dan Puti Guntur Soekarno. Dalam waktu lima menit saja, satu per satu mereka tampil dan mengemukakan pendapatnya tentang kelebihan dan kekurangan Jabar sekaligus solusinya.
Hampir seluruh kandidat umumnya menyebut Jabar masih dihadapkan pada dua persoalan besar, yakni kemiskinan dan kesenjangan pembangunan. Hal ini seperti yang disampaikan Abdy Yuhana, Agung Suryamal Sutikno, dan Irjen Pol Anton Charliyan yang tampil lebih dulu.
"Dibutuhkan pemimpin Jabar yang visioner," sebut Irjen Pol Anton Charliyan.
Bahkan, Deddy Mizwar pun mengakui, tingkat kemiskinan masyarakat Jabar masih tinggi. Menurut Wakil Gubernur Jabar itu, kondisi tersebut tak lepas dari rendahnya indeks gini rasio akibat pemerataan penduduk yang belum ideal. Deddy pun menyebut, reformasi birokrasi menjadi salah satu solusi untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi Jabar.
"Semua akan tercapai dengan reformasi birokrasi. Dan, pemimpin yang dibutuhkan Jabar adalah pemimpin yang punya kapasitas, integritas, dan harus bebas KKN," tegasnya.
Persoalan kemiskinan pun jadi sorotan Iwa Karniwa. Sekda Jabar itu bertekad menekan angka kemiskinan di Jabar jika dirinya terpilih sebagai gubernur/wakil gubernur Jabar, agar masyarakat Jabar hidup lebih sejahtera.
"Data 2011 hingga 2016 tingkat kemiskinan di Jabar menurun 0,3. Ke depan kalau saya ditakdirkan (jadi gubernur) bisa lebih diturunkan 100% dari sekarang atau 0,6%, ini kerja keras yang harus dicapai," katanya.
Hal yang sama diungkapkan Bupati Majalengka Sutrisno dan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Namun, keduanya sama-sama menyoroti kebijakan fiskal yang dinilainya belum tepat, sehingga pembangunan di Jabar belum merata. Menurut keduanya, dibutuhkan evaluasi fiskal yang menyeluruh terhadap kabupaten/kota di Jabar.
Dedi Mulyadi juga menyebut, untuk mencapai masyarakat Jabar yang sejahtera, diperlukan integrasi kepemimpinan yang baik. Dia menyebut, gubernur, bupati dan wali kota, serta kepala desa harus berintegrasi untuk melahirkan sebuah kebijakan fiskal yang tepat.
"Gubernur itu administratif, tidak punya wilayah, tidak punya penduduk, tapi anggarannya besar. Anggaran itu harus diintegrasikan secara menyeluruh kepada kabupaten/kota," jelas Dedi.
Puti Guntur Soekarno yang tampil terakhir menyebut, kemiskinan dan kesenjangan pembangunan di Jabar masih tinggi. Selain kemiskinan, Puti menyoroti berbagai persoalan yang masih dihadapi perempuan di Jabar yang dinilainya tak terselesaikan. (Baca Juga: Soetardjo Kartohadikoesoemo, Gubernur Pertama Jawa Barat(zik)
Kedelapan kandidat cagub Jabar tersebut yakni Abdy Yuhana, Agung Suryamal, Irjen Pol Anton Charliyan, Deddy Mizwar, Dedi Mulyadi, Sutrisno, dan Puti Guntur Soekarno. Dalam waktu lima menit saja, satu per satu mereka tampil dan mengemukakan pendapatnya tentang kelebihan dan kekurangan Jabar sekaligus solusinya.
Hampir seluruh kandidat umumnya menyebut Jabar masih dihadapkan pada dua persoalan besar, yakni kemiskinan dan kesenjangan pembangunan. Hal ini seperti yang disampaikan Abdy Yuhana, Agung Suryamal Sutikno, dan Irjen Pol Anton Charliyan yang tampil lebih dulu.
"Dibutuhkan pemimpin Jabar yang visioner," sebut Irjen Pol Anton Charliyan.
Bahkan, Deddy Mizwar pun mengakui, tingkat kemiskinan masyarakat Jabar masih tinggi. Menurut Wakil Gubernur Jabar itu, kondisi tersebut tak lepas dari rendahnya indeks gini rasio akibat pemerataan penduduk yang belum ideal. Deddy pun menyebut, reformasi birokrasi menjadi salah satu solusi untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi Jabar.
"Semua akan tercapai dengan reformasi birokrasi. Dan, pemimpin yang dibutuhkan Jabar adalah pemimpin yang punya kapasitas, integritas, dan harus bebas KKN," tegasnya.
Persoalan kemiskinan pun jadi sorotan Iwa Karniwa. Sekda Jabar itu bertekad menekan angka kemiskinan di Jabar jika dirinya terpilih sebagai gubernur/wakil gubernur Jabar, agar masyarakat Jabar hidup lebih sejahtera.
"Data 2011 hingga 2016 tingkat kemiskinan di Jabar menurun 0,3. Ke depan kalau saya ditakdirkan (jadi gubernur) bisa lebih diturunkan 100% dari sekarang atau 0,6%, ini kerja keras yang harus dicapai," katanya.
Hal yang sama diungkapkan Bupati Majalengka Sutrisno dan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Namun, keduanya sama-sama menyoroti kebijakan fiskal yang dinilainya belum tepat, sehingga pembangunan di Jabar belum merata. Menurut keduanya, dibutuhkan evaluasi fiskal yang menyeluruh terhadap kabupaten/kota di Jabar.
Dedi Mulyadi juga menyebut, untuk mencapai masyarakat Jabar yang sejahtera, diperlukan integrasi kepemimpinan yang baik. Dia menyebut, gubernur, bupati dan wali kota, serta kepala desa harus berintegrasi untuk melahirkan sebuah kebijakan fiskal yang tepat.
"Gubernur itu administratif, tidak punya wilayah, tidak punya penduduk, tapi anggarannya besar. Anggaran itu harus diintegrasikan secara menyeluruh kepada kabupaten/kota," jelas Dedi.
Puti Guntur Soekarno yang tampil terakhir menyebut, kemiskinan dan kesenjangan pembangunan di Jabar masih tinggi. Selain kemiskinan, Puti menyoroti berbagai persoalan yang masih dihadapi perempuan di Jabar yang dinilainya tak terselesaikan. (Baca Juga: Soetardjo Kartohadikoesoemo, Gubernur Pertama Jawa Barat(zik)