Survei LSI, Masyarakat Ingin Gubernur Baru di Maluku
A
A
A
AMBON - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network mencatat, sebagian besar masyarakat di Maluku menginginkan adanya gubernur Baru. Temuan ini ditemuan setelah menggelar survei Pilkada Maluku sejak 27 September hingga 5 Oktober.
Lingkaran Survei Indonesia mencatat sebanyak 43,8% menginginkan adanya gubernur Baru di Maluku. Keinginan punya gubernur baru ini meningkat jika dibandingkan survei sebelumnya.
Dimana, pada Mei 2017, mereka yang menginginkan gubernur baru hanya sebesar 32,3%. Angka ini naik hingga 11,5% . Jika sentimen publik akan gubernur baru ini terus meningkat, maka dapat berpotensi menjadi tsunami anti petahana.
“Ada perubahan cukup signifikan pada survei kali ini. Yang ingin gubernur lama atau petahana hanya di angka 31,2% ,” kata peneliti LSI Ikrama Masloman, di Hotel The City, kawasan Jalan Telukabessy, Kecamatan Sirimau Ambon, Maluku, Rabu (18/10/2017).
Ikrama mengatakan, ada tiga alasan mendasar yang membuat sentimen gubernur baru ini meningkat diantaranya, sebanyak 52,4% mayoritas publik Maluku merasa hidupnya stagnan, 65,4% menginginkan adanya perubahan dan 31,2% yang ingin petahan kembali pimpin Maluku.
“Keinginan perubahan itu biasanya diikuti dengan keinginan adanya gubernur baru. Sebagai petahana tentunya ini bukan elektabilitas yang memadai,” kata Ikrama.
LSI mencatat, masyarakat yang mendukung Maluku punya gubernur baru hampir merata di semua segmen pemilih. Baik laki-laki maupun perempuan. Jadi mulai dari segmen agama, pendidikan, kelas ekonomi dan lainnya.
Sementara yang menginginkan gubernur lama atau petahan hanya berputar pada segmen pegawai negeri sipil (PNS) dan pengusaha. “Tentu dengan hasil ini, terbuka lebar bagi penantang untuk mewujudkan keinginan adanya gubernur baru di Maluku,” katanya.
Data LSI mencatat, sejumlah calon gubernur yang memperoleh dukungan dan berpotensi menjadi gubernur baru di Maluku dan berpeluang menggeser Said Assagaf (petahan), diantaranya, Murad Ismail (10,9) persen, Barnabas Orno (8,8), Abdullah Vanath (8,4), Abdullah Tuasikal (6,8), Richard Louhenapessy (6,5) dan Herman Koedoebun (5,4).
Survei dilakukan sejak 27 September - 5 Oktober 2017, dengan metode tatap muka terhadap 660 responden. Responden dipilih menggunakan multistage random sampling dengan margin error kira-kira 3,9%. Survei didanai sendiri dengan kualitatif riset.
“Nah, mereka-mereka ini sangat berpeluang untuk menjadi Gubernur Maluku. Hal ini karena, popularitas calon petahana sudah sampai puncaknya. Di lain sisi, elektabilitasnya juga sudah stagnan dengan angka 32,3%,” sebut Ikrama.
Lingkaran Survei Indonesia mencatat sebanyak 43,8% menginginkan adanya gubernur Baru di Maluku. Keinginan punya gubernur baru ini meningkat jika dibandingkan survei sebelumnya.
Dimana, pada Mei 2017, mereka yang menginginkan gubernur baru hanya sebesar 32,3%. Angka ini naik hingga 11,5% . Jika sentimen publik akan gubernur baru ini terus meningkat, maka dapat berpotensi menjadi tsunami anti petahana.
“Ada perubahan cukup signifikan pada survei kali ini. Yang ingin gubernur lama atau petahana hanya di angka 31,2% ,” kata peneliti LSI Ikrama Masloman, di Hotel The City, kawasan Jalan Telukabessy, Kecamatan Sirimau Ambon, Maluku, Rabu (18/10/2017).
Ikrama mengatakan, ada tiga alasan mendasar yang membuat sentimen gubernur baru ini meningkat diantaranya, sebanyak 52,4% mayoritas publik Maluku merasa hidupnya stagnan, 65,4% menginginkan adanya perubahan dan 31,2% yang ingin petahan kembali pimpin Maluku.
“Keinginan perubahan itu biasanya diikuti dengan keinginan adanya gubernur baru. Sebagai petahana tentunya ini bukan elektabilitas yang memadai,” kata Ikrama.
LSI mencatat, masyarakat yang mendukung Maluku punya gubernur baru hampir merata di semua segmen pemilih. Baik laki-laki maupun perempuan. Jadi mulai dari segmen agama, pendidikan, kelas ekonomi dan lainnya.
Sementara yang menginginkan gubernur lama atau petahan hanya berputar pada segmen pegawai negeri sipil (PNS) dan pengusaha. “Tentu dengan hasil ini, terbuka lebar bagi penantang untuk mewujudkan keinginan adanya gubernur baru di Maluku,” katanya.
Data LSI mencatat, sejumlah calon gubernur yang memperoleh dukungan dan berpotensi menjadi gubernur baru di Maluku dan berpeluang menggeser Said Assagaf (petahan), diantaranya, Murad Ismail (10,9) persen, Barnabas Orno (8,8), Abdullah Vanath (8,4), Abdullah Tuasikal (6,8), Richard Louhenapessy (6,5) dan Herman Koedoebun (5,4).
Survei dilakukan sejak 27 September - 5 Oktober 2017, dengan metode tatap muka terhadap 660 responden. Responden dipilih menggunakan multistage random sampling dengan margin error kira-kira 3,9%. Survei didanai sendiri dengan kualitatif riset.
“Nah, mereka-mereka ini sangat berpeluang untuk menjadi Gubernur Maluku. Hal ini karena, popularitas calon petahana sudah sampai puncaknya. Di lain sisi, elektabilitasnya juga sudah stagnan dengan angka 32,3%,” sebut Ikrama.
(sms)