Festival Bupolo Pertegas Nilai Toleransi di Maluku
A
A
A
AMBON - Untuk mempertegas toleransi antara umat beragama di Maluku, Kabupaten Buru menggelar Festival Bupolo di Jalan Simpan Lima, Kota Namlea, Rabu 11 Oktober 2017 sore. Kegiatan ini mengakomodir seluruh golongan, budaya, ras, dan agama.
Bupati Buru Ramly Umasugi saat melepaskan peserta Festival Bupolo mengatakan, identitas keberagaman harus dilestarikan demi tercapainya subuah karakter bangsa yang beradab. Apalagi di Pulau Buru banyak suku, agama dan golongan hidup saling berdampingan.
“Di tanah Bupolo, terdiri dari berbagai agama, suku, dan golongan. Untuk merawat perbedaan ini tetap rukun dalam satu bingkai perdamaian, kita selalu memperlakukan mereka secara adil dengan tidak menghilangkan identitas masing-masing,” kata Umasugi.
Menurut dia, festival yang dilakukan selain untuk menyambut HUT ke-18 Kabupaten Buru, juga untuk menunjukan pesona Bupolo dan mempertegas toleransi kepada khalayak Maluku. Dia mengatakan, dengan merawat keragaman, Maluku dan Indonesia akan mencapai tujuan hidup yang harmonis dan sejahtera, tanpa dihantui rasa takut.
“Saya ajak seluruh masyarakat agar tetap menjaga hubungan kemanusian ini. Berbeda identitas dan keyakinan, bukan berarti kita juga berbeda. Namun, tetap menjadi modal untuk merawat kebhinekaan kita,” ujarnya.
Bupati Buru Ramly Umasugi saat melepaskan peserta Festival Bupolo mengatakan, identitas keberagaman harus dilestarikan demi tercapainya subuah karakter bangsa yang beradab. Apalagi di Pulau Buru banyak suku, agama dan golongan hidup saling berdampingan.
“Di tanah Bupolo, terdiri dari berbagai agama, suku, dan golongan. Untuk merawat perbedaan ini tetap rukun dalam satu bingkai perdamaian, kita selalu memperlakukan mereka secara adil dengan tidak menghilangkan identitas masing-masing,” kata Umasugi.
Menurut dia, festival yang dilakukan selain untuk menyambut HUT ke-18 Kabupaten Buru, juga untuk menunjukan pesona Bupolo dan mempertegas toleransi kepada khalayak Maluku. Dia mengatakan, dengan merawat keragaman, Maluku dan Indonesia akan mencapai tujuan hidup yang harmonis dan sejahtera, tanpa dihantui rasa takut.
“Saya ajak seluruh masyarakat agar tetap menjaga hubungan kemanusian ini. Berbeda identitas dan keyakinan, bukan berarti kita juga berbeda. Namun, tetap menjadi modal untuk merawat kebhinekaan kita,” ujarnya.
(wib)