Pengungsi Gunung Agung Mulai Jenuh
A
A
A
KLUNGKUNG - Warga Muncan, Karangasem, Bali, sudah 15 hari mengungsi di pengungsian GOR Sweca Pura, Klungkung. Sebelum Gunung Agung menjadi awas, warga Muncan sudah ada yang mengungsi.
Setelah dua pekan mengungsi, warga mulai jenuh lantaran tidak ada pekerjaan dan tidak memiliki penghasilan lagi. Salah satunya Made Sudiarsa, perempuan berusia 45 tahun ini biasanya mengasuh anak di desanya.
"Anaknya sekarang dibawa ke Denpasar jadi tidak ada yang diasuh. Saya juga ikut mengungsi di sini," ujarnya di Gor Sweca Pura, Jumat (6/10/2017).
Dia mengaku selama di pengungsian tidak ada pekerjaan. "Mau kerja apa juga. Ya begini ini nganggur. Cuma lihat tv, ngobrol bercanda saja sama tetangga lainnya," katanya.
Pihaknya berharap pemerintah bisa memberikan lapangan pekerjaan. "Ya biar tidak bosan dan kami ada penghasilan, kami berharap pemerintah juga menyediakan lapangan kerja," terangnya.
Hal itu juga dirasakan pengungsi yang lainnya, Ni Ayu Sumitri yang berasal dari desa yang sama. Dia mengaku selama di rumah menjadi tukang cuci, dan setiap harinya bisa menghasilkan uang Rp50.000 sampai Rp70.000.
Perempuan yang memiliki dua anak ini berharap selama di pengungsian ada yang bisa dikerjakan agar mendapatkan uang.
"Kalau kondisinya begini terus ya kami tidak punya apa-apa. Gimana mau kerja. Meski setiap hari kami mendapatkan nasi tapi ya sama saja pikiran tidak tenang," ujarnya.
Dia berharap situasi Gunung Agung bisa menjadi normal kembali, sehingga bisa kembali pulang ke rumah dan beraktivitas seperti biasa.
"Kami berdoa seperti itu, agar Gunung Agung tidak jadi meletus dan kami kembali ke rumah dan bisa kerja lagi," harapnya.
Setelah dua pekan mengungsi, warga mulai jenuh lantaran tidak ada pekerjaan dan tidak memiliki penghasilan lagi. Salah satunya Made Sudiarsa, perempuan berusia 45 tahun ini biasanya mengasuh anak di desanya.
"Anaknya sekarang dibawa ke Denpasar jadi tidak ada yang diasuh. Saya juga ikut mengungsi di sini," ujarnya di Gor Sweca Pura, Jumat (6/10/2017).
Dia mengaku selama di pengungsian tidak ada pekerjaan. "Mau kerja apa juga. Ya begini ini nganggur. Cuma lihat tv, ngobrol bercanda saja sama tetangga lainnya," katanya.
Pihaknya berharap pemerintah bisa memberikan lapangan pekerjaan. "Ya biar tidak bosan dan kami ada penghasilan, kami berharap pemerintah juga menyediakan lapangan kerja," terangnya.
Hal itu juga dirasakan pengungsi yang lainnya, Ni Ayu Sumitri yang berasal dari desa yang sama. Dia mengaku selama di rumah menjadi tukang cuci, dan setiap harinya bisa menghasilkan uang Rp50.000 sampai Rp70.000.
Perempuan yang memiliki dua anak ini berharap selama di pengungsian ada yang bisa dikerjakan agar mendapatkan uang.
"Kalau kondisinya begini terus ya kami tidak punya apa-apa. Gimana mau kerja. Meski setiap hari kami mendapatkan nasi tapi ya sama saja pikiran tidak tenang," ujarnya.
Dia berharap situasi Gunung Agung bisa menjadi normal kembali, sehingga bisa kembali pulang ke rumah dan beraktivitas seperti biasa.
"Kami berdoa seperti itu, agar Gunung Agung tidak jadi meletus dan kami kembali ke rumah dan bisa kerja lagi," harapnya.
(rhs)