Miris, Lulusan SMK di Jabar Mayoritas Menganggur
A
A
A
BANDUNG - Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Jawa Barat mayoritas menjadi pengangguran. Pemerintah diminta mengevaluasi konsep pendidikan skill untuk tingkat pendidikan tersebut.
Saat ini, jumlah pengangguran di Jawa Barat sekitar 1,9 juta orang. Dari jumlah itu, sekitar 38,11% adalah lulusan SMA/SMK dengan rentang usia antara 20-24 tahun.
"Selama ini SMK selalu digembar-gemborkan pendidikan yang mencetak lulusan siap kerja. Tetapi buktinya lulusan SMK paling banyak menyumbang jumlah pengangguran di Jawa Barat," kata pengamat ekonomi dari Universitas Pasundan (Unpas) Acuviarta Kartabi, di Bandung Senin (25/9/2017).
Melihat kondisi itu, Acuviarta mempertanyakan konsep lulusan siap kerja yang selama ini didengungkan banyak pihak. Dia khawatir, konsep pendidikan SMK tidak sejalan dengan kebutuhan industri. Sehingga, lulusannya tidak bisa diserap perusahaan.
Acuviarta berharap, pemerintah mengkaji penyebaran SMK agar output yang dihasilkan lebih maksimal. Misalnya, SMK pariwisata lebih banyak dididikan di kawasan pariwisata. Jangan sampai, di daerah pelosok dibangun SMK otomotif yang notabene jauh dari industri otomotif.
Saat ini, di Jabar tercatat ada sekitar 279 SMK negeri. Dari jumlah itu, terdapat sekitar 1.374 kompetensi keahlian. Setiap tahunnya, ratusan SMK menyediakan 111.984 kursi bagi lulusan SMP.
Lebih lanjut Acuviarta mengatakan, potensi bertambahnya pengangguran di Jawa Barat sangat besar. Berbagai faktor eksternal seperti ekonomi turut berpengaruh pada terciptanya pengangguran baru.
"Saat ini, kita punya 35 juta angkatan kerja dan berpotensi meningkat. Apindo misalnya mengeluhkan diberlakukannya upah sektoral yang juga berpotensi terjadinya PHK akibat tingginya upah yang mesti dibayar perusahaan," pungkasnya.
Saat ini, jumlah pengangguran di Jawa Barat sekitar 1,9 juta orang. Dari jumlah itu, sekitar 38,11% adalah lulusan SMA/SMK dengan rentang usia antara 20-24 tahun.
"Selama ini SMK selalu digembar-gemborkan pendidikan yang mencetak lulusan siap kerja. Tetapi buktinya lulusan SMK paling banyak menyumbang jumlah pengangguran di Jawa Barat," kata pengamat ekonomi dari Universitas Pasundan (Unpas) Acuviarta Kartabi, di Bandung Senin (25/9/2017).
Melihat kondisi itu, Acuviarta mempertanyakan konsep lulusan siap kerja yang selama ini didengungkan banyak pihak. Dia khawatir, konsep pendidikan SMK tidak sejalan dengan kebutuhan industri. Sehingga, lulusannya tidak bisa diserap perusahaan.
Acuviarta berharap, pemerintah mengkaji penyebaran SMK agar output yang dihasilkan lebih maksimal. Misalnya, SMK pariwisata lebih banyak dididikan di kawasan pariwisata. Jangan sampai, di daerah pelosok dibangun SMK otomotif yang notabene jauh dari industri otomotif.
Saat ini, di Jabar tercatat ada sekitar 279 SMK negeri. Dari jumlah itu, terdapat sekitar 1.374 kompetensi keahlian. Setiap tahunnya, ratusan SMK menyediakan 111.984 kursi bagi lulusan SMP.
Lebih lanjut Acuviarta mengatakan, potensi bertambahnya pengangguran di Jawa Barat sangat besar. Berbagai faktor eksternal seperti ekonomi turut berpengaruh pada terciptanya pengangguran baru.
"Saat ini, kita punya 35 juta angkatan kerja dan berpotensi meningkat. Apindo misalnya mengeluhkan diberlakukannya upah sektoral yang juga berpotensi terjadinya PHK akibat tingginya upah yang mesti dibayar perusahaan," pungkasnya.
(nag)