Kembangkan Geopark Ciletuh, Pemprov Jabar Ajukan 2 Lokasi Pengganti Bandara Citarate
A
A
A
BANDUNG - Pemprov Jawa Barat mengajukan dua lokasi bandara baru pengganti Bandara Citarate, Kabupaten Sukabumi, yang diminta Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Untuk diketahui, awalnya, Pemprov Jabar berharap Kemenhub mengembangkan Bandara Citarate yang dekat dengan kawasan Palabuhanratu. Namun, karena lokasinya dianggap terlalu jauh, Pemprov Jabar disarankan mencari lokasi lain.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Jabar Dedi Taufik mengatakan, dua lokasi baru ini direncanakan menjadi pengganti Bandara Citarate sebagai penunjang kawasan wisata Geopark Ciletuh, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.
"Kami mengajukan Cikembar dan Warung Kiara, suratnya segera dikirim," sebut Dedi di Bandung, Kamis (21/9/2017).
Menurutnya, dua lokasi tersebut sudah sesuai dengan permintaan Kemenhub yang meminta Pemprov Jabar untuk menyiapkan bandara di bagian selatan Jabar, mengingat tingginya potensi ekonomi dan pariwisata di kawasan tersebut.
"Kementerian inginnya lokasi bandara di Jabar Selatan mendekati ke Kota (Sukabumi), tidak lebih dari 30 kilometer," jelasnya.
Di Warung Kiara, kata Dedi, terdapat lahan sekitar 200-400 hektare. Namun, lahan tersebut harus dibebaskan karena statusnya Hak Guna Usaha (HGU). Selain itu, di dua lokasi ini pun terdapat hambatan karena banyak berdiri menara Sutet.
Agar proyek pembangunan bandara tersebut bisa berjalan lancar, kata Dedi, mesti ada koordinasi dengan pihak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Itu obstacle (hambatan) di lapangannya Sutet, jadi Kementerian Perhubungan harus koordinasi," katanya.
Meski begitu, lanjut Dedi, berdasarkan studi sementara, dua lokasi ini masih bisa digunakan untuk bandara, meski hanya untuk satu arah penerbangan, baik take off maupun landing. Satu arah ini, bisa diambil dari arah selatan atau utara. "Dari dua lokasi itu tinggal nanti ditentukan oleh kementerian layak yang mana," katanya.
Setelah kementerian memutuskan, langkah selanjutnya melakukan studi kelayakan dan penyusunan masterplan bandara. Menurut Dedi, kementerian harus menetapkan lahan bandara karena Presiden Joko Widodo menginginkan agar bandara di wilayah selatan Jabar itu segera dibangun. "Harus cepat karena targetnya 2020 sudah dibangun," tandasnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Jabar Iwa Karniwa mengatakan, keberadaan bandara yang representatif di wilayah Sukabumi merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mendongrak kawasan wisata Geopark Ciletuh-Palabuhanratu. "Kalau kawasan geopark mau maju memang harus ada bandara di sana," katanya.
Iwa meyakinkan, Kemenhub pun sudah memiliki pemikiran yang sejalan bahwa pembangunan bandara tersebut bertujuan untuk mendongkrak sektor pariwisata, terutama di Geopark Ciletuh.
"Supaya bisa dipakai pesawat komersial, sehingga sektor pariwisata di kawasan tersebut terus berkembang," jelasnya.
Iwa menambahkan, saat ini, sudah semakin banyak warga lokal yang memilih moda transportasi udara karena dapat menghemat waktu perjalanan, dibandingkan jalur darat atau laut.
Selain itu, transportasi udara dapat menjadi penghubung antara Provinsi Jabar dengan negara-negara di dunia. Karena itu, Iwa memastikan Pemprov Jabar siap mengucurkan anggaran pembangunan infrastruktur penunjang jika pemerintah hendak membangun bandara baru di Sukabumi.
"Dari sekarang juga alokasi anggaran untuk kawasan Sukabumi sudah kita anggarkan terus," pungkasnya.
Untuk diketahui, awalnya, Pemprov Jabar berharap Kemenhub mengembangkan Bandara Citarate yang dekat dengan kawasan Palabuhanratu. Namun, karena lokasinya dianggap terlalu jauh, Pemprov Jabar disarankan mencari lokasi lain.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Jabar Dedi Taufik mengatakan, dua lokasi baru ini direncanakan menjadi pengganti Bandara Citarate sebagai penunjang kawasan wisata Geopark Ciletuh, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.
"Kami mengajukan Cikembar dan Warung Kiara, suratnya segera dikirim," sebut Dedi di Bandung, Kamis (21/9/2017).
Menurutnya, dua lokasi tersebut sudah sesuai dengan permintaan Kemenhub yang meminta Pemprov Jabar untuk menyiapkan bandara di bagian selatan Jabar, mengingat tingginya potensi ekonomi dan pariwisata di kawasan tersebut.
"Kementerian inginnya lokasi bandara di Jabar Selatan mendekati ke Kota (Sukabumi), tidak lebih dari 30 kilometer," jelasnya.
Di Warung Kiara, kata Dedi, terdapat lahan sekitar 200-400 hektare. Namun, lahan tersebut harus dibebaskan karena statusnya Hak Guna Usaha (HGU). Selain itu, di dua lokasi ini pun terdapat hambatan karena banyak berdiri menara Sutet.
Agar proyek pembangunan bandara tersebut bisa berjalan lancar, kata Dedi, mesti ada koordinasi dengan pihak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Itu obstacle (hambatan) di lapangannya Sutet, jadi Kementerian Perhubungan harus koordinasi," katanya.
Meski begitu, lanjut Dedi, berdasarkan studi sementara, dua lokasi ini masih bisa digunakan untuk bandara, meski hanya untuk satu arah penerbangan, baik take off maupun landing. Satu arah ini, bisa diambil dari arah selatan atau utara. "Dari dua lokasi itu tinggal nanti ditentukan oleh kementerian layak yang mana," katanya.
Setelah kementerian memutuskan, langkah selanjutnya melakukan studi kelayakan dan penyusunan masterplan bandara. Menurut Dedi, kementerian harus menetapkan lahan bandara karena Presiden Joko Widodo menginginkan agar bandara di wilayah selatan Jabar itu segera dibangun. "Harus cepat karena targetnya 2020 sudah dibangun," tandasnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Jabar Iwa Karniwa mengatakan, keberadaan bandara yang representatif di wilayah Sukabumi merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mendongrak kawasan wisata Geopark Ciletuh-Palabuhanratu. "Kalau kawasan geopark mau maju memang harus ada bandara di sana," katanya.
Iwa meyakinkan, Kemenhub pun sudah memiliki pemikiran yang sejalan bahwa pembangunan bandara tersebut bertujuan untuk mendongkrak sektor pariwisata, terutama di Geopark Ciletuh.
"Supaya bisa dipakai pesawat komersial, sehingga sektor pariwisata di kawasan tersebut terus berkembang," jelasnya.
Iwa menambahkan, saat ini, sudah semakin banyak warga lokal yang memilih moda transportasi udara karena dapat menghemat waktu perjalanan, dibandingkan jalur darat atau laut.
Selain itu, transportasi udara dapat menjadi penghubung antara Provinsi Jabar dengan negara-negara di dunia. Karena itu, Iwa memastikan Pemprov Jabar siap mengucurkan anggaran pembangunan infrastruktur penunjang jika pemerintah hendak membangun bandara baru di Sukabumi.
"Dari sekarang juga alokasi anggaran untuk kawasan Sukabumi sudah kita anggarkan terus," pungkasnya.
(zik)