Golkar, PDIP, Hanura Gunakan Format Koalisi Permanen di Jabar
A
A
A
BANDUNG - Tiga partai politik (parpol) masing-masing Golkar, PDIP, dan Hanura, berusaha menggunakan format koalisi permanen dalam menghadapi Pilgub Jabar dan pilkada di 16 kota dan kabupaten di Jawa Barat. Format ini masih membuka kesempatan kepada parpol lain untuk ikut bergabung.
Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi menegaskan, pihaknya tetap membuka ruang untuk menjalin komunikasi dan konsolidasi menjelang pilkada serentak 2018.
"Kepada semuanya kita berkomunikasi, hanya yang paling intens itu dengan PDIP dan Hanura, untuk pilkada serentak di kabupaten dan kota juga," jelas Dedi kepada SINDOnews, Rabu (20/9/2017)
Format koalisi permanen yang dilakukan ketiga partai ini, menurut Dedi, karena konstelasi yang dibangun bukan saja dalam rangka menghadapi Pemilihan Gubernur Jawa Barat, melainkan pilkada kabupaten/kota. "Subang, Ciamis, Banjar kan sudah diputuskan. Itu bagian dari hasil komunikasi aktif kami dengan PDIP," katanya.
Terlepas dari dinamika yang berkembang di internal Partai Golkar, secara institusi, partai yang dipimpin oleh Dedi Mulyadi di Jawa Barat tersebut lebih menekankan pada konsolidasi internal dan penguatan basis secara eksternal. Langkah ini diambil agar elektabilitas Partai Golkar di Jawa Barat terus meningkat.
"Kita utamakan soliditas. Hasilnya, Partai Golkar di Jawa Barat saat ini lebih baik dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Elektabilitas partai tetap terjaga, sementara di daerah lain ada penurunan tajam," tegasnya.
Tentang peluang Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang disebut-sebut akan dicalonkan sebagai Gubernur Jawa Barat, Dedi memilih berpegang pada mekanisme internal partainya dalam memutuskan pilihan politik.
Menurut dia, sampai hari ini Partai Golkar masih belum melakukan pembahasan tentang Pilgub Jawa Barat dan masih cenderung melakukan berbagai pembicaraan terkait pilkada di kabupaten dan kota di wilayah itu.
"Di Partai Golkar itu ada mekanisme internal, rekomendasi pencalonan dan penetapan pencalonan. Tetapi kan pendaftarannya juga masih jauh. Jadi, Partai Golkar lebih fokus membahas pilkada. Dua minggu ini intens membahas itu, belum ke pilgub," pungkasnya.
Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi menegaskan, pihaknya tetap membuka ruang untuk menjalin komunikasi dan konsolidasi menjelang pilkada serentak 2018.
"Kepada semuanya kita berkomunikasi, hanya yang paling intens itu dengan PDIP dan Hanura, untuk pilkada serentak di kabupaten dan kota juga," jelas Dedi kepada SINDOnews, Rabu (20/9/2017)
Format koalisi permanen yang dilakukan ketiga partai ini, menurut Dedi, karena konstelasi yang dibangun bukan saja dalam rangka menghadapi Pemilihan Gubernur Jawa Barat, melainkan pilkada kabupaten/kota. "Subang, Ciamis, Banjar kan sudah diputuskan. Itu bagian dari hasil komunikasi aktif kami dengan PDIP," katanya.
Terlepas dari dinamika yang berkembang di internal Partai Golkar, secara institusi, partai yang dipimpin oleh Dedi Mulyadi di Jawa Barat tersebut lebih menekankan pada konsolidasi internal dan penguatan basis secara eksternal. Langkah ini diambil agar elektabilitas Partai Golkar di Jawa Barat terus meningkat.
"Kita utamakan soliditas. Hasilnya, Partai Golkar di Jawa Barat saat ini lebih baik dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Elektabilitas partai tetap terjaga, sementara di daerah lain ada penurunan tajam," tegasnya.
Tentang peluang Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang disebut-sebut akan dicalonkan sebagai Gubernur Jawa Barat, Dedi memilih berpegang pada mekanisme internal partainya dalam memutuskan pilihan politik.
Menurut dia, sampai hari ini Partai Golkar masih belum melakukan pembahasan tentang Pilgub Jawa Barat dan masih cenderung melakukan berbagai pembicaraan terkait pilkada di kabupaten dan kota di wilayah itu.
"Di Partai Golkar itu ada mekanisme internal, rekomendasi pencalonan dan penetapan pencalonan. Tetapi kan pendaftarannya juga masih jauh. Jadi, Partai Golkar lebih fokus membahas pilkada. Dua minggu ini intens membahas itu, belum ke pilgub," pungkasnya.
(zik)