2.251 Mahasiswa UPGRIS Pecahkan Rekor MURI Membatik Terbanyak
A
A
A
SEMARANG - Sebanyak 2.251 mahasiswa baru Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) berhasil menciptakan rekor MURI (Museum Rekor-Dunia Indonesia) yakni membatik dengan teknik ikat celup oleh mahasiswa terbanyak.
Pemecahan rekor MURI itu dilakukan ribuan mahasiswa melalui media kaos, di lapangan Kampus IV UPGRIS, Jalan Gajah Raya, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (13/9/2017). Dalam catatan rekor Muri sebelumnya adalah aplikasi tir dye (batik teknik celup) yang dilakukan 1.532 peserta Jawajawijava di Jakarta pada 19 Februari 2011.
Rektor UPGRIS, Dr Muhdi menyatakan kegiatan membatik massal yang melibatkan ribuan mahasiswa baru itu tak hanya sekadar memcahkan rekor MURI, melainkan juga dalam rangka mengedukasi masyarakat untuk mencintai batik.
"Mudah-mudahan dengan kegiatan membatik ini, bukan hanya rekor MURI yang didapat, namun juga mampu mengedukasi masyarakat Indonesia. Bahwa berbatik itu keren, cantik, dan ganteng. Bahkan tidak akan kehilangan gaya mudanya," ucap Muhdi.
Rektor mengungkapkan, pihaknya sama sekali tak pernah menargetkan, karena setiap pemecahan rekor MURI selalu saja muncul dari inisiatif mahasiswa. ”Terkadang pernah dalam setahun memecahkan rekor dua kali, kosong juga pernah, bahkan tiga kali juga pernah,” ungkapnya.
Karena itu, pihaknya mengapresiasi aspirasi para mahasiswa yang dimotori badan eksekutif mahasiswa (BEM) untuk membuat aturan UPGRIS berbatik. “Nantinya pada setiap hari Kamis, mahasiswa akan memakai batik,” ujarnya.
Sementara, Senior Manager Muri Widayati menjelaskan bahwa, batik merupakan warisan budaya yang patut kita lestarikan agar senantiasa menjadi jati diri bangsa. “Untuk proses pembuatan batik ada berbagai cara, selain menggunakan canting seperti yang sering kita jumpai, pada kesempatan kali ini mahasiswa UPGRIS membuat batuk dengan teknik celup ikat,” jelas Wida.
Menurutya, cara tersebut lebih mudah yaitu dengan menggunakan bahan kaos warna dasar putih kemudian dibuat pola dengan cara diikat di beberapa bagian yang dikehendaki. Kemudian dicelupkan pada pewarna yang telah disiapkan. Setelah itu dibentangkan dan jadilah batik yang sudah bermotif,” jelasnya.
Wida menyebutkan, UPGRIS dalam kesempatan kali ini telah mencatatkan prestasinya di MURI untuk kedua belas kalinya. Dia berharap, ke depannya para mahasiswa terus berkarya dengan menunjukkan prestasi terbaik di bidangnya masing-masing.
Pemecahan rekor MURI itu dilakukan ribuan mahasiswa melalui media kaos, di lapangan Kampus IV UPGRIS, Jalan Gajah Raya, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (13/9/2017). Dalam catatan rekor Muri sebelumnya adalah aplikasi tir dye (batik teknik celup) yang dilakukan 1.532 peserta Jawajawijava di Jakarta pada 19 Februari 2011.
Rektor UPGRIS, Dr Muhdi menyatakan kegiatan membatik massal yang melibatkan ribuan mahasiswa baru itu tak hanya sekadar memcahkan rekor MURI, melainkan juga dalam rangka mengedukasi masyarakat untuk mencintai batik.
"Mudah-mudahan dengan kegiatan membatik ini, bukan hanya rekor MURI yang didapat, namun juga mampu mengedukasi masyarakat Indonesia. Bahwa berbatik itu keren, cantik, dan ganteng. Bahkan tidak akan kehilangan gaya mudanya," ucap Muhdi.
Rektor mengungkapkan, pihaknya sama sekali tak pernah menargetkan, karena setiap pemecahan rekor MURI selalu saja muncul dari inisiatif mahasiswa. ”Terkadang pernah dalam setahun memecahkan rekor dua kali, kosong juga pernah, bahkan tiga kali juga pernah,” ungkapnya.
Karena itu, pihaknya mengapresiasi aspirasi para mahasiswa yang dimotori badan eksekutif mahasiswa (BEM) untuk membuat aturan UPGRIS berbatik. “Nantinya pada setiap hari Kamis, mahasiswa akan memakai batik,” ujarnya.
Sementara, Senior Manager Muri Widayati menjelaskan bahwa, batik merupakan warisan budaya yang patut kita lestarikan agar senantiasa menjadi jati diri bangsa. “Untuk proses pembuatan batik ada berbagai cara, selain menggunakan canting seperti yang sering kita jumpai, pada kesempatan kali ini mahasiswa UPGRIS membuat batuk dengan teknik celup ikat,” jelas Wida.
Menurutya, cara tersebut lebih mudah yaitu dengan menggunakan bahan kaos warna dasar putih kemudian dibuat pola dengan cara diikat di beberapa bagian yang dikehendaki. Kemudian dicelupkan pada pewarna yang telah disiapkan. Setelah itu dibentangkan dan jadilah batik yang sudah bermotif,” jelasnya.
Wida menyebutkan, UPGRIS dalam kesempatan kali ini telah mencatatkan prestasinya di MURI untuk kedua belas kalinya. Dia berharap, ke depannya para mahasiswa terus berkarya dengan menunjukkan prestasi terbaik di bidangnya masing-masing.
(rhs)