Waspadai Hoax dan Ujaran Kebencian Jelang Pilgub Jabar
A
A
A
BANDUNG - Anggota DPRD Jawa Barat Gatot Tjahyono mengingatkan publik untuk mewaspadai beredarnya hoax dan ujaran kebencian menjelang Pilgub Jawa Barat 2018 dan pilkada serentak di 16 kabupaten/kota. Publik harus punya kesadaran tinggi agar tidak tertipu dan tergiring dengan hoax dan ujaran kebencian yang ada.
Hoax dan ujaran kebencian sendiri dinilai sangat rawan terjadi, terutama di media sosial. Apalagi, baru-baru ini tertangkap jaringan yang merupakan 'produsen' hoax dan ujaran kebencian.
"Di media sosial itu rawan. Buktinya (pelaku) hoax itu sudah ketangkap kan, sudah mulai ada komplotannya saya kira rawan," kata Gatot, Senin (28/8/2017).
Sadar atas kondisi itu, pemerintah daerah, KPU, Bawaslu, hingga kepolisian harus mengambil berbagai langkah agar hoax dan ujaran kebencian tidak jadi 'peserta tambahan' di pilkada mendatang. Tapi, masyarakat juga harus berperan aktif agar hoax dan ujaran kebencian bisa diminimalisir.
"Saya kira masyarakat harus menjaga, termasuk tokoh-tokoh (masyarakat)," ucap Gatot.
Menurutnya, masyarakat jangan mudah percaya dengan informasi yang beredar, apalagi jika informasi tersebut mengarah pada SARA dan ujaran kebencian. Di sisi yang sama, para tokoh masyarakat atau pemimpin harus bisa jadi pihak yang mendinginkan publik.
"Kalau pemimpinnya baik, pemimpinnya bisa mengajak anak buahnya, warganya untuk menjaga toleransi, saya kira (pilgub dan pilkada serentak) tidak akan ada masalah," kata politikus PDIP itu.
Hoax dan ujaran kebencian sendiri dinilai sangat rawan terjadi, terutama di media sosial. Apalagi, baru-baru ini tertangkap jaringan yang merupakan 'produsen' hoax dan ujaran kebencian.
"Di media sosial itu rawan. Buktinya (pelaku) hoax itu sudah ketangkap kan, sudah mulai ada komplotannya saya kira rawan," kata Gatot, Senin (28/8/2017).
Sadar atas kondisi itu, pemerintah daerah, KPU, Bawaslu, hingga kepolisian harus mengambil berbagai langkah agar hoax dan ujaran kebencian tidak jadi 'peserta tambahan' di pilkada mendatang. Tapi, masyarakat juga harus berperan aktif agar hoax dan ujaran kebencian bisa diminimalisir.
"Saya kira masyarakat harus menjaga, termasuk tokoh-tokoh (masyarakat)," ucap Gatot.
Menurutnya, masyarakat jangan mudah percaya dengan informasi yang beredar, apalagi jika informasi tersebut mengarah pada SARA dan ujaran kebencian. Di sisi yang sama, para tokoh masyarakat atau pemimpin harus bisa jadi pihak yang mendinginkan publik.
"Kalau pemimpinnya baik, pemimpinnya bisa mengajak anak buahnya, warganya untuk menjaga toleransi, saya kira (pilgub dan pilkada serentak) tidak akan ada masalah," kata politikus PDIP itu.
(zik)