Rivalitas Gus Ipul-Khofifah Mulai Terasa
A
A
A
SURABAYA - Pemilihan Gubernur Jawa (Pilgub) masih setahun lagi. Namun, rivalitas dua kandidat kuat, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dan Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mulai terasa. Setidaknya, terlihat dari kekuatan pendukung kedua calon.
Satu di antaranya adalah Forum Komunikasi Kiai Kampung Jawa Timur (FK3JT). Sabtu lalu, kelompok yang mengklaim memilik massa terdiri dari 12.000 kiai dan pesantren di Jatim ini berbelok arah mendukung Gus Ipul. Padahal, beberapa bulan lalu mereka mendeklarasikan dukungan kepada Khofifah.
Sebagai bentuk dukungan itu, FK3JT bahkan telah berkirim surat kepada Presiden Joko Widodo, meminta agar Khofifah diberi izin untuk maju sebagai calon gubernur Jawa Timur. Tak hanya itu, kelompok pimpinan KH Fahrur Rozi bahkan telah memilihkan calon pasangan untuk mendampingi Khofifah.
“Memang, awalnya kami mendukung Khofifah. Tetapi karena yang bersangkutan tak kunjung memberikan jawaban. Kami beralih. Semua ini juga karena keinginan mayoritas kiai kampung di Jawa Timur,” tegas Gus Fahrur, demikian kiai asal Pasuruan ini biasa disapa.
Fahrurrozi menceritakan, pihaknya sudah me-launching dukungan terhadap dua kader NU, Khofifah dan Gus Ipul, mulai bulan Rajab (Maret). Namun selama empat bulan ditunggu, Khofifah tak kunjung declare. “Supaya tidak ketinggalan kereta dalam menyosialisasikan (bakal calon gubernur), akhirnya kami bersepakat menjatuhkan pilihan pada Gus Ipul yang sudah pasti nyalon dan kendaraannya pasti (kemungkinan PKB),”katanya.
Mengapa tak sabar menunggu Khofifah deklarasi? “Kesabaran ada batasnya. Ini pilgub, bukan pilkades yang sosialisasinya hanya satu dua bulan. Pilgub perlu sosialisasi minimal setahun dan Bu Khofifah sudah saya tunggu empat bulan dan itu batas kesabaran kami,” ucapnya.
Terkait surat yang terlanjur dikirim ke Presiden Jokowi, Gus Fahrur tidak mempersoalkannya. Sebab, sampai hari ini pihaknya juga belum melihat dan memegang surat restu dari Presiden. “Kami sempat ke mendagri, karena katanya surat akan ditindaklanjuti. Tetapi nyatanya tidak ada kabar. Maka dukungan kami bulatkan ke Gus Ipul.”tuturnya.
Karena itu, sekalipun nanti Khofifah positif mencalonkan diri, FK3JT tetap akan istiqomah mendukung Gus Ipul. “Ini sudah bulat. Nasi sudah menjadi bubur, tidak bisa diubah lagi. Maka Insyaallah kami istiqomah ke Gus Ipul,”tutur pria berkumis ini.
Gus Fahrur menyampaikan, perubahan dukungan itu dilakukan murni karena keinginan FK3JT sendiri. Bukan atas bujukan atau iming-iming sesuatu dari Gus Ipul. “Tidak ada itu (imbalan sesuatu dari Gus Ipul). Sampai hari ini telepon saja tidak ada. Apalagi memberi imbalan,”akunya.
Sementara itu, sejumlah tokoh agama menilai langkah FK3JT tersebut adalah ‘akrobat politik’. Sebab, dalam masa yang tak begitu lama mereka telah berubah haluan. “Kalau tidak ada apa-apa (imbalan) tidak mungkin berubah seperti itu. Ini namanya akrobat politik,”sindir tokoh agama asal Lamongan, M Ahsan Rifai.
Di luar itu Rifai juga menyayangkan sikap politik FK3JT tersebut. Sebab tidak seharusnya tokoh agama ikut dalam urusan politik. “Kalau secara pribadi mungkin tidak masalah. Tetapi ini sudah membawa baju kiai kampung,”tuturnya.
Sementara itu, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa tak mau menanggapi sikap FK3JT tersebut. Sebab baginya, sebuah dukungan mestinya didapat secara alami. “Saya alami sekali, natural sekali. Jadi supaya kalau saya bilang check sound, frekuensi itu ya disamakan, nggak usah direkayasa-rekayasa. Gitu,”pungkas Khofifah seusai menghadiri acara di Mojokerto.
Satu di antaranya adalah Forum Komunikasi Kiai Kampung Jawa Timur (FK3JT). Sabtu lalu, kelompok yang mengklaim memilik massa terdiri dari 12.000 kiai dan pesantren di Jatim ini berbelok arah mendukung Gus Ipul. Padahal, beberapa bulan lalu mereka mendeklarasikan dukungan kepada Khofifah.
Sebagai bentuk dukungan itu, FK3JT bahkan telah berkirim surat kepada Presiden Joko Widodo, meminta agar Khofifah diberi izin untuk maju sebagai calon gubernur Jawa Timur. Tak hanya itu, kelompok pimpinan KH Fahrur Rozi bahkan telah memilihkan calon pasangan untuk mendampingi Khofifah.
“Memang, awalnya kami mendukung Khofifah. Tetapi karena yang bersangkutan tak kunjung memberikan jawaban. Kami beralih. Semua ini juga karena keinginan mayoritas kiai kampung di Jawa Timur,” tegas Gus Fahrur, demikian kiai asal Pasuruan ini biasa disapa.
Fahrurrozi menceritakan, pihaknya sudah me-launching dukungan terhadap dua kader NU, Khofifah dan Gus Ipul, mulai bulan Rajab (Maret). Namun selama empat bulan ditunggu, Khofifah tak kunjung declare. “Supaya tidak ketinggalan kereta dalam menyosialisasikan (bakal calon gubernur), akhirnya kami bersepakat menjatuhkan pilihan pada Gus Ipul yang sudah pasti nyalon dan kendaraannya pasti (kemungkinan PKB),”katanya.
Mengapa tak sabar menunggu Khofifah deklarasi? “Kesabaran ada batasnya. Ini pilgub, bukan pilkades yang sosialisasinya hanya satu dua bulan. Pilgub perlu sosialisasi minimal setahun dan Bu Khofifah sudah saya tunggu empat bulan dan itu batas kesabaran kami,” ucapnya.
Terkait surat yang terlanjur dikirim ke Presiden Jokowi, Gus Fahrur tidak mempersoalkannya. Sebab, sampai hari ini pihaknya juga belum melihat dan memegang surat restu dari Presiden. “Kami sempat ke mendagri, karena katanya surat akan ditindaklanjuti. Tetapi nyatanya tidak ada kabar. Maka dukungan kami bulatkan ke Gus Ipul.”tuturnya.
Karena itu, sekalipun nanti Khofifah positif mencalonkan diri, FK3JT tetap akan istiqomah mendukung Gus Ipul. “Ini sudah bulat. Nasi sudah menjadi bubur, tidak bisa diubah lagi. Maka Insyaallah kami istiqomah ke Gus Ipul,”tutur pria berkumis ini.
Gus Fahrur menyampaikan, perubahan dukungan itu dilakukan murni karena keinginan FK3JT sendiri. Bukan atas bujukan atau iming-iming sesuatu dari Gus Ipul. “Tidak ada itu (imbalan sesuatu dari Gus Ipul). Sampai hari ini telepon saja tidak ada. Apalagi memberi imbalan,”akunya.
Sementara itu, sejumlah tokoh agama menilai langkah FK3JT tersebut adalah ‘akrobat politik’. Sebab, dalam masa yang tak begitu lama mereka telah berubah haluan. “Kalau tidak ada apa-apa (imbalan) tidak mungkin berubah seperti itu. Ini namanya akrobat politik,”sindir tokoh agama asal Lamongan, M Ahsan Rifai.
Di luar itu Rifai juga menyayangkan sikap politik FK3JT tersebut. Sebab tidak seharusnya tokoh agama ikut dalam urusan politik. “Kalau secara pribadi mungkin tidak masalah. Tetapi ini sudah membawa baju kiai kampung,”tuturnya.
Sementara itu, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa tak mau menanggapi sikap FK3JT tersebut. Sebab baginya, sebuah dukungan mestinya didapat secara alami. “Saya alami sekali, natural sekali. Jadi supaya kalau saya bilang check sound, frekuensi itu ya disamakan, nggak usah direkayasa-rekayasa. Gitu,”pungkas Khofifah seusai menghadiri acara di Mojokerto.
(wib)