Tertarik Program Pengabdian Masyarakat, 12 Dosen Amerika Kunjungi UMM
A
A
A
MALANG - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menjadi satu-satunya kampus di Jawa Timur yang menjadi rujukan dosen-dosen dari 12 kampus di Amerika Serikat yang tergabung dalam ASIANetwork Faculty Enhancement Program (ANFEP), Senin (24/7/2017). Kegiatan yang bekerja sama dengan Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) UMM ini digelar di Auditorium Fakultas Ekonomi UMM.
Co-director ANFEP, Prof Siti Kusujiarti PhD menyatakan, UMM dipilih lantaran karakteristiknya yang unik. Kampus ini di bawah yayasan Muhammadiyah yang bernapaskan Islam, namun tetap mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. “Utamanya, yang sering kami dengar adalah pengabdian masyarakat yang banyak dilakukan UMM. Kami ingin belajar itu,” ungkapnya dalam siaran pers yang diterima SINDOnews dari Humas UMM, Senin (24/7/2017).
Program ini, lanjut Siti, bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan dan informasi pada dosen-dosen yang berkecimpung di Asian Studies. Nantinya, hasil dari berkeliling kampus ini akan diintegrasikan dalam kurikulum di kelas dan penelitian-penelitian sesuai dengan spesialisasi dosen.
Selain UMM, ada empat kampus lainnya yang dikunjungi ANFEP selama tiga minggu di Indonesia, yakni UIN Yogyakarta, Universitas Janabadra Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan Universitas Hindu Indonesia.
Fokus tema yang ingin dipelajari di berbagai kampus, yakni tentang masalah perubahan sosial, lingkungan, agama dan budaya. Di UMM, ke-12 dosen ini disuguhi presentasi tentang beberapa program penelitian, pengabdian masyarakat, dan pengembangan teknologi. Salah satunya, proyek UMM di bidang lingkungan yakni pembangunan PLTMH Sumber Maron di Desa Karangsuko, Kabupaten Malang.
Kepala PLTMH UMM, Ir Suwignyo MT memaparkan, pada 2009, sebanyak 1.100 warga di sekitar Sumber Maron mengandalkan energi listrik dari PLN. Sejak PLTMH dibangun oleh UMM pada 2014, jumlah warga yang menggunakan listrik meningkat menjadi 1.800 warga.
Presentasi juga dilakukan oleh kepala Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak (LP3A) UMM, Dra Thathit Manon Andini MHum terkait penelitian, seminar, dan talkshow, yang kerap dilakukan LP3A tentang isu gender, perempuan, dan anak.
Sementara, kepala unit Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) menguraikan tentang budaya lokal dan perbedaan agama di Malang. Perbincangan ini mengupas tentang harmoni kehidupan berbudaya di Malang dengan segala kekhasannya.
Terakhir, presentasi dilakukan oleh dosen Program Studi Hubungan Internasional Tony Dian Efendy MA tentang komunitas China di Malang. Identitas yang majemuk mempengaruhi komunitas China di Malang.
Ada lima macam identitas yang mempengaruhi komunitas China di Malang, yakni identitas sebagai WNI, identitas sebagai kelompok etnis, identitas berkaitan dengan agama, identitas berkaitan dengan daerah asal di Indonesia, dan identitas berkaitan dengan asal nenek moyang di Cina.
Perbincangan ini membangkitkan antusiasme peserta lantaran beberapa dosen berasal dari etnis China. Salah satunya Associate Professor of Asian Studies and Chinese Language Belmont University, Prof Qingjun Li PhD. Hal ini terlihat dari pertanyaan profesor yang banyak melakukan penelitian tentang agama dan identitas ini. Ia juga menceritakan tentang imigran China di Amerika Serikat.
Perihal kerja sama dengan ANFEP ke depan, Siti mengungkapkan UMM memiliki peluang yang besar. Pertemuan ini menjadi awal dari kerja sama selanjutnya. “Karena peserta berasal dari 12 kampus yang berbeda, jadi peluang untuk kerja sama antara UMM dengan masing-masing kampus tersebut bisa terjadi,” ujarnya.
Sementara Wakil Rektor I Bidang Akademik UMM Prof Syamsul Arifin dalam sambutannya mengungkapkan, kerja sama internasional menjadi bidang yang selalu dikembangkan di UMM. Dengan Amerika Serikat, UMM telah bekerja sama di beberapa program di antaranya, UMM pernah melatih 70 relawan dari organsisasi Peace Corps AS pada 2015 lalu.
Co-director ANFEP, Prof Siti Kusujiarti PhD menyatakan, UMM dipilih lantaran karakteristiknya yang unik. Kampus ini di bawah yayasan Muhammadiyah yang bernapaskan Islam, namun tetap mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. “Utamanya, yang sering kami dengar adalah pengabdian masyarakat yang banyak dilakukan UMM. Kami ingin belajar itu,” ungkapnya dalam siaran pers yang diterima SINDOnews dari Humas UMM, Senin (24/7/2017).
Program ini, lanjut Siti, bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan dan informasi pada dosen-dosen yang berkecimpung di Asian Studies. Nantinya, hasil dari berkeliling kampus ini akan diintegrasikan dalam kurikulum di kelas dan penelitian-penelitian sesuai dengan spesialisasi dosen.
Selain UMM, ada empat kampus lainnya yang dikunjungi ANFEP selama tiga minggu di Indonesia, yakni UIN Yogyakarta, Universitas Janabadra Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan Universitas Hindu Indonesia.
Fokus tema yang ingin dipelajari di berbagai kampus, yakni tentang masalah perubahan sosial, lingkungan, agama dan budaya. Di UMM, ke-12 dosen ini disuguhi presentasi tentang beberapa program penelitian, pengabdian masyarakat, dan pengembangan teknologi. Salah satunya, proyek UMM di bidang lingkungan yakni pembangunan PLTMH Sumber Maron di Desa Karangsuko, Kabupaten Malang.
Kepala PLTMH UMM, Ir Suwignyo MT memaparkan, pada 2009, sebanyak 1.100 warga di sekitar Sumber Maron mengandalkan energi listrik dari PLN. Sejak PLTMH dibangun oleh UMM pada 2014, jumlah warga yang menggunakan listrik meningkat menjadi 1.800 warga.
Presentasi juga dilakukan oleh kepala Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak (LP3A) UMM, Dra Thathit Manon Andini MHum terkait penelitian, seminar, dan talkshow, yang kerap dilakukan LP3A tentang isu gender, perempuan, dan anak.
Sementara, kepala unit Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) menguraikan tentang budaya lokal dan perbedaan agama di Malang. Perbincangan ini mengupas tentang harmoni kehidupan berbudaya di Malang dengan segala kekhasannya.
Terakhir, presentasi dilakukan oleh dosen Program Studi Hubungan Internasional Tony Dian Efendy MA tentang komunitas China di Malang. Identitas yang majemuk mempengaruhi komunitas China di Malang.
Ada lima macam identitas yang mempengaruhi komunitas China di Malang, yakni identitas sebagai WNI, identitas sebagai kelompok etnis, identitas berkaitan dengan agama, identitas berkaitan dengan daerah asal di Indonesia, dan identitas berkaitan dengan asal nenek moyang di Cina.
Perbincangan ini membangkitkan antusiasme peserta lantaran beberapa dosen berasal dari etnis China. Salah satunya Associate Professor of Asian Studies and Chinese Language Belmont University, Prof Qingjun Li PhD. Hal ini terlihat dari pertanyaan profesor yang banyak melakukan penelitian tentang agama dan identitas ini. Ia juga menceritakan tentang imigran China di Amerika Serikat.
Perihal kerja sama dengan ANFEP ke depan, Siti mengungkapkan UMM memiliki peluang yang besar. Pertemuan ini menjadi awal dari kerja sama selanjutnya. “Karena peserta berasal dari 12 kampus yang berbeda, jadi peluang untuk kerja sama antara UMM dengan masing-masing kampus tersebut bisa terjadi,” ujarnya.
Sementara Wakil Rektor I Bidang Akademik UMM Prof Syamsul Arifin dalam sambutannya mengungkapkan, kerja sama internasional menjadi bidang yang selalu dikembangkan di UMM. Dengan Amerika Serikat, UMM telah bekerja sama di beberapa program di antaranya, UMM pernah melatih 70 relawan dari organsisasi Peace Corps AS pada 2015 lalu.
(mcm)