Gubernur DIY Diminta Tak Lagi Gunakan Nama Bawono
A
A
A
YOGYAKARTA - Puluhan warga yang tergabung dalam Paguyuban Warga Jogja Istimewa (PWJI) melakukan aksi larung Bawono. Agenda yang dimulai dari Alun- Alun Selatan Yogyakarta ini dimulai dengan berdoa dan dilanjutkan dengan melarung sebuah peti dengan berbagai isi sebagai simbol hilangnya Bawono dan berganti menjadi Buwono, sesuai nama Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono, di Pantai Parangkusumo Bantul, Minggu (16/7/2017).
Ketua PWJI Sri Yadi menjelaskan, agenda larung ini merupakan dukungan warga Yogyakarta untuk penetapan kembali Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X sebagai gubernur untuk kedua kalinya. Warga tetap tidak menginginkan Raja Keraton Yogyakarta menggunakan nama Hamengku Bawono.
"Makanya kita melarung kuluk raja dan juga gedebok pisang sebagai simbol jenazah, Bawono sudah tidak ada lagi," katanya.
Dia menjelaskan, selain dukungan Sultan kembali menggunakan nama Hamengku Buwono, warga juga berharap Raja Keraton Yogyakarta benar-benar menjadi pimpinan dan dicontoh masyarakat.
Sri Yadi pun mengatakan langkah dukungan kembali ke Buwono ini juga sebagai bentuk respons pernyataan Sultan seusai acara open house dalam rangka Syawalan dengan masyarakat di Bangsal Kepatihan pada Senin (3/7/2017).
Saat itu, Sultan memilih tetap memakai nama Hamengku Buwono X dan tidak menggunakan sebutan Hamengku Bawono Kasepuluh dalam pengisian jabatan gubernur dan wakil gubernur periode 2017-2022.
Jawaban tegas Sultan saat Syawalan beberapa waktu juga terus direspons masyarakat. Karena waktu itu Sultan tidak menyinggung nama sesuai sabdaraja namun menggunakan dasar UU No 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY. "Memang bunyi UUK adalah Hamengku Buwono, sesuai UUK saja," tegas Sultan kala itu.
Ketua PWJI Sri Yadi menjelaskan, agenda larung ini merupakan dukungan warga Yogyakarta untuk penetapan kembali Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X sebagai gubernur untuk kedua kalinya. Warga tetap tidak menginginkan Raja Keraton Yogyakarta menggunakan nama Hamengku Bawono.
"Makanya kita melarung kuluk raja dan juga gedebok pisang sebagai simbol jenazah, Bawono sudah tidak ada lagi," katanya.
Dia menjelaskan, selain dukungan Sultan kembali menggunakan nama Hamengku Buwono, warga juga berharap Raja Keraton Yogyakarta benar-benar menjadi pimpinan dan dicontoh masyarakat.
Sri Yadi pun mengatakan langkah dukungan kembali ke Buwono ini juga sebagai bentuk respons pernyataan Sultan seusai acara open house dalam rangka Syawalan dengan masyarakat di Bangsal Kepatihan pada Senin (3/7/2017).
Saat itu, Sultan memilih tetap memakai nama Hamengku Buwono X dan tidak menggunakan sebutan Hamengku Bawono Kasepuluh dalam pengisian jabatan gubernur dan wakil gubernur periode 2017-2022.
Jawaban tegas Sultan saat Syawalan beberapa waktu juga terus direspons masyarakat. Karena waktu itu Sultan tidak menyinggung nama sesuai sabdaraja namun menggunakan dasar UU No 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY. "Memang bunyi UUK adalah Hamengku Buwono, sesuai UUK saja," tegas Sultan kala itu.
(zik)