Pemudik Diimbau Gunakan Jalur Alternatif
A
A
A
BANDUNG - Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perhubungan mengimbau masyarakat yang hendak mudik Lebaran 2017 untuk memanfaatkan jalur-jalur alternatif untuk mengurai kemacetan dan penumpukan kendaraan di sepanjang jalur-jalur utama yang biasa dilintasi pemudik.
Staf Khusus Menteri Perhubungan Mayjen TNI Mar (Purn) Buyung Lalana mengatakan, jumlah pemudik pada Lebaran 2017 diprediksi sekitar 19,4 juta orang. Dengan prediksi tersebut, potensi kemacetan lalu lintas di jalur-jalur utama akan sangat besar.
"Banyak pergerakan yang akan terjadi di jalur mudik. Pesan dari Pak Menteri supaya di Jawa Barat gunakan jalan alternatif untuk mengurangi kemacetan," ujar Buyung seusai menjadi inspektur upacara dalam Apel Gelar Pasukan Angkutan Lebaran 2017/1438 Hijriah di Halaman Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa (13/6/2017).
Selain menyiapkan langkah antisipasi dengan melibatkan pihak kepolisian, Buyung memastikan Dinas Perhubungan (Dishub) Jabar pun telah menyiapkan kelayakan jalur-jalur alternatif dan jalur-jalur utama demi keamanan dan kenyamanan pemudik. Tidak hanya itu, pihaknya juga telah melakukan konsolidasi, mulai dari tingkat provinsi hingga kabupaten/kota.
Menurutnya, konsolidasi dilakukan untuk mengantisipasi berbagai risiko selama arus mudik berlangsung, seperti potensi terjadinya bencana alam. "Kita bertukar informasi di masing-masing daerah, terutama saat hari H Lebaran karena saat itu pasti ada pergerakan masyarakat untuk bersilaturahmi," katanya.
Melalui konsolidasi, lanjut Buyung, akan diperoleh berbagai pandangan, seperti bagaimana mengantisipasi terjadinya bencana alam. "Konsolidasi pun melibatkan banyak pihak, mulai kepolisian, TNI, hingga Basarnas," katanya.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Perhubungan Jabar Dedi Taufik mengaku telah menyiapkan jalur-jalur alternatif yang bisa dilalui pemudik, sehingga kemacetan di jalur utama dapat diminimalisasi.
"Seperti di jalur tengah ada Sadang, Kalijati (Subang), Cikamurang, Cijelag, Tomo, Kadipaten, kemudian masuk ke jalur tengah, yakni jalur Bandung-Cirebon," ujarnya.
Di jalur selatan, lanjut Dedi, pemudik dapat memanfaatkan jalur alternatif untuk menghindari jalur Nagreg dan Limbangan yang biasanya padat. Pemudik dapat menggunakan jalur dari Kabupaten Bandung, yakni Gedebage-Rancaekek-Majalaya-Cijapati-Kadungora hingga ke Leles dan kembali masuk jalur selatan.
Meski demikian, Dedi tidak menganjurkan jalur alternatif untuk angkutan umum berkapasitas besar. Sebab, lebar jalur-jalur alternatif yang sempit berpotensi menimbulkan kecelakaan.
"Kita tidak berikan bus melintas jalur alternatif karena busnya ada yang dari Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan Sumatera yang tidak hafal geometrik jalan alternatif, jalannya kan banyak turunan dan tanjakan. Khawatir orangnya belum tentu bisa mengendarai," katanya.
Dedi menambahkan, pihaknya telah mendeteksi 52 titik kemacetan di sepanjang jalur utama di Jabar. 17 titik di antaranya berada di jalur utara, 18 titik di jalur tengah, dan 17 titik di jalur selatan.
"Kami sudah mempersiapkan dengan matang masa angkutan Lebaran ini, mulai dari penyiapan sarana prasarana hingga pengecekan kelayakan kendaraan angkutan."
Staf Khusus Menteri Perhubungan Mayjen TNI Mar (Purn) Buyung Lalana mengatakan, jumlah pemudik pada Lebaran 2017 diprediksi sekitar 19,4 juta orang. Dengan prediksi tersebut, potensi kemacetan lalu lintas di jalur-jalur utama akan sangat besar.
"Banyak pergerakan yang akan terjadi di jalur mudik. Pesan dari Pak Menteri supaya di Jawa Barat gunakan jalan alternatif untuk mengurangi kemacetan," ujar Buyung seusai menjadi inspektur upacara dalam Apel Gelar Pasukan Angkutan Lebaran 2017/1438 Hijriah di Halaman Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa (13/6/2017).
Selain menyiapkan langkah antisipasi dengan melibatkan pihak kepolisian, Buyung memastikan Dinas Perhubungan (Dishub) Jabar pun telah menyiapkan kelayakan jalur-jalur alternatif dan jalur-jalur utama demi keamanan dan kenyamanan pemudik. Tidak hanya itu, pihaknya juga telah melakukan konsolidasi, mulai dari tingkat provinsi hingga kabupaten/kota.
Menurutnya, konsolidasi dilakukan untuk mengantisipasi berbagai risiko selama arus mudik berlangsung, seperti potensi terjadinya bencana alam. "Kita bertukar informasi di masing-masing daerah, terutama saat hari H Lebaran karena saat itu pasti ada pergerakan masyarakat untuk bersilaturahmi," katanya.
Melalui konsolidasi, lanjut Buyung, akan diperoleh berbagai pandangan, seperti bagaimana mengantisipasi terjadinya bencana alam. "Konsolidasi pun melibatkan banyak pihak, mulai kepolisian, TNI, hingga Basarnas," katanya.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Perhubungan Jabar Dedi Taufik mengaku telah menyiapkan jalur-jalur alternatif yang bisa dilalui pemudik, sehingga kemacetan di jalur utama dapat diminimalisasi.
"Seperti di jalur tengah ada Sadang, Kalijati (Subang), Cikamurang, Cijelag, Tomo, Kadipaten, kemudian masuk ke jalur tengah, yakni jalur Bandung-Cirebon," ujarnya.
Di jalur selatan, lanjut Dedi, pemudik dapat memanfaatkan jalur alternatif untuk menghindari jalur Nagreg dan Limbangan yang biasanya padat. Pemudik dapat menggunakan jalur dari Kabupaten Bandung, yakni Gedebage-Rancaekek-Majalaya-Cijapati-Kadungora hingga ke Leles dan kembali masuk jalur selatan.
Meski demikian, Dedi tidak menganjurkan jalur alternatif untuk angkutan umum berkapasitas besar. Sebab, lebar jalur-jalur alternatif yang sempit berpotensi menimbulkan kecelakaan.
"Kita tidak berikan bus melintas jalur alternatif karena busnya ada yang dari Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan Sumatera yang tidak hafal geometrik jalan alternatif, jalannya kan banyak turunan dan tanjakan. Khawatir orangnya belum tentu bisa mengendarai," katanya.
Dedi menambahkan, pihaknya telah mendeteksi 52 titik kemacetan di sepanjang jalur utama di Jabar. 17 titik di antaranya berada di jalur utara, 18 titik di jalur tengah, dan 17 titik di jalur selatan.
"Kami sudah mempersiapkan dengan matang masa angkutan Lebaran ini, mulai dari penyiapan sarana prasarana hingga pengecekan kelayakan kendaraan angkutan."
(zik)