JR Saragih Tekankan Pentingnya Kerukunan
A
A
A
MEDAN - Bupati Simalungun JR Saragih terus menekankan persoalan pentingnya kerukunan umat beragama. Sebab, jika masyarakat mudah digoyang dengan isu agama, maka akan meruntuhkan bangsa.
“Saya ada disini menjadi bukti bahwa kerukunan beragama itu sangat kuat di Sumatera Utara. Saya beragama Kristen tetapi saya mendukung umat Islam. Artinya para ulama mendukung saya, karena para ulama melihat bukan karena agama saya melainkan atas apa yang saya perbuat selama ini di Simalungun,” tuturnya saat menghadiri silahturahmi dan buka puasa bersama dengan para ulama, ustad, tokoh agama di Rumah Sufi dan Peradaban di Jalan Suluh, Medan, Sumut, Minggu (11/6/2017).
JR Saragih mengatakan, selama dua periode menjabat sebagai bupati tidak pernah memandang berbeda antara suku, budaya, agama dalam memberikan layanan. Sebagai pemimpin dia menyampaikan bahwa agama bukanlah sesuatu hal yang harus dibenturkan, melainkan sebagai perekat untuk saling bergandeng tangan.
Dia menegaskan, Sumut harus bergerak cepat dalam memperbaiki kemajemukan beragaman. Serta harus memiliki pemimpin yang bijaksana, memiliki kepercayaan tinggi, dan dekat dengan masyarakat.
Sementara Wakil Ketua Gerindra Sumatera Utara Sugiat Santoso yang ikut hadir dalam acara tersebut mengatakan, apa yang disampaikam JR Saragih sudah tepat. Dia mengatakan, membangun Sumut bukan sebatas pembangunan saja melainkan harmonisasi di masyarakat. Sebab, bila masyarakat tidak rukun otomatis pembangunan akan sulit dilakukan.
“Apa yang dilakukan JR Saragih adalah mengharmonisasi kerukunan beragama sehingga bisa menjadi contoh buat seluruh Sumatera Utara. Terlebih pascapilkada DKI Jakarta menjadi imbas ke daerah seakan-akan ada rasa saling mencurigai,” ujarnya.
Keberadaan orang nomor satu di Simalungun di tengah-tengah tokoh agama Islam menjadi bukti adanya tali persaudaraan. Secara tidak langsung menjadi simbol kerukunan beragama di Sumatera Utara.
“Jangan sampai ada konflik di Sumatera Utara apalagi ini sudah mendekati pilkada. Jangan sampai ada gesekan antar umat beragama. Kita harus membangun keharmonisan sehingga Sumatera Utara bisa menjadi daerah percontohan. Saya baru mendengar bila ada kepala daerah berbicara seperti itu yang memikirkan moril dan spiritual masyarakat,” katanya.
“Saya ada disini menjadi bukti bahwa kerukunan beragama itu sangat kuat di Sumatera Utara. Saya beragama Kristen tetapi saya mendukung umat Islam. Artinya para ulama mendukung saya, karena para ulama melihat bukan karena agama saya melainkan atas apa yang saya perbuat selama ini di Simalungun,” tuturnya saat menghadiri silahturahmi dan buka puasa bersama dengan para ulama, ustad, tokoh agama di Rumah Sufi dan Peradaban di Jalan Suluh, Medan, Sumut, Minggu (11/6/2017).
JR Saragih mengatakan, selama dua periode menjabat sebagai bupati tidak pernah memandang berbeda antara suku, budaya, agama dalam memberikan layanan. Sebagai pemimpin dia menyampaikan bahwa agama bukanlah sesuatu hal yang harus dibenturkan, melainkan sebagai perekat untuk saling bergandeng tangan.
Dia menegaskan, Sumut harus bergerak cepat dalam memperbaiki kemajemukan beragaman. Serta harus memiliki pemimpin yang bijaksana, memiliki kepercayaan tinggi, dan dekat dengan masyarakat.
Sementara Wakil Ketua Gerindra Sumatera Utara Sugiat Santoso yang ikut hadir dalam acara tersebut mengatakan, apa yang disampaikam JR Saragih sudah tepat. Dia mengatakan, membangun Sumut bukan sebatas pembangunan saja melainkan harmonisasi di masyarakat. Sebab, bila masyarakat tidak rukun otomatis pembangunan akan sulit dilakukan.
“Apa yang dilakukan JR Saragih adalah mengharmonisasi kerukunan beragama sehingga bisa menjadi contoh buat seluruh Sumatera Utara. Terlebih pascapilkada DKI Jakarta menjadi imbas ke daerah seakan-akan ada rasa saling mencurigai,” ujarnya.
Keberadaan orang nomor satu di Simalungun di tengah-tengah tokoh agama Islam menjadi bukti adanya tali persaudaraan. Secara tidak langsung menjadi simbol kerukunan beragama di Sumatera Utara.
“Jangan sampai ada konflik di Sumatera Utara apalagi ini sudah mendekati pilkada. Jangan sampai ada gesekan antar umat beragama. Kita harus membangun keharmonisan sehingga Sumatera Utara bisa menjadi daerah percontohan. Saya baru mendengar bila ada kepala daerah berbicara seperti itu yang memikirkan moril dan spiritual masyarakat,” katanya.
(wib)