Hari Raya Nyepi Tanpa Ogoh-ogoh di Desa Adat Renon
A
A
A
DENPASAR - Perayaan Hari Raya Nyepi biasanya selalu identik dengan Ogoh-ogoh. Namun, di Desa Adat Pakraman Renon sudah puluhan tahun tidak pernah membuat Ogoh-ogoh pada Hari Raya Nyepi.
Padahal Desa Adat Pakraman Renon merupakan salah satu desa tertua di Kota Denpasar. Desa ini sudah ada sejak 913 Masehi atau sekitar 835 caka dan memiliki empat banjar. Ternyata ada alasan tersendiri Desa Adat Renon tidak membuat Ogoh-ogoh saat Hari Raya Nyepi.
Bendesa Desa Adat Pakraman Renon, Denpasar, Made Sutama mengatakan, pertama kali Desa Adat Pakraman Renon membuat Ogoh-ogoh pada 1985. Sebelum Ogoh-ogoh itu diarak, dilakukan upacara adat terlebih dahulu. Namun, setelah itu Ogoh-ogoh bergerak-gerak seperti hidup.
"Pada saat pertama kali akan mengarak, Ogoh-ogohnya serasa hidup, jadi membuat orang yang mau menariknya ketakutan,"ujarnya, Minggu (26/3/2017).
Kemudian semua warga kembali ke puranya masing-masing. Namun, tiba-tiba ada yang kesurupan. "Di dua tempat yang berbeda ada orang yang kesurupan dan mengatakan tidak boleh mengarak Ogoh-ogoh," ucapnya.
Sejak itu masyarakat Desa Renon percaya tidak boleh mengarak Ogoh-ogoh. Namun, pada 1995 ada warga yang mencoba membuat Ogoh-ogoh kembali. Tapi kejadian serupa terulang kembali, ketika Ogoh-ogoh akan diarak, bergerak-gerak seperti hidup kembali.
"Waktu itu sekitar 10 tahun, baru kami membuat Ogoh-ogoh lagi, tapi hal serupa juga terjadi lagi. Sejak itulah kami tidak pernah membuatnya lagi," terangnya.
Padahal Desa Adat Pakraman Renon merupakan salah satu desa tertua di Kota Denpasar. Desa ini sudah ada sejak 913 Masehi atau sekitar 835 caka dan memiliki empat banjar. Ternyata ada alasan tersendiri Desa Adat Renon tidak membuat Ogoh-ogoh saat Hari Raya Nyepi.
Bendesa Desa Adat Pakraman Renon, Denpasar, Made Sutama mengatakan, pertama kali Desa Adat Pakraman Renon membuat Ogoh-ogoh pada 1985. Sebelum Ogoh-ogoh itu diarak, dilakukan upacara adat terlebih dahulu. Namun, setelah itu Ogoh-ogoh bergerak-gerak seperti hidup.
"Pada saat pertama kali akan mengarak, Ogoh-ogohnya serasa hidup, jadi membuat orang yang mau menariknya ketakutan,"ujarnya, Minggu (26/3/2017).
Kemudian semua warga kembali ke puranya masing-masing. Namun, tiba-tiba ada yang kesurupan. "Di dua tempat yang berbeda ada orang yang kesurupan dan mengatakan tidak boleh mengarak Ogoh-ogoh," ucapnya.
Sejak itu masyarakat Desa Renon percaya tidak boleh mengarak Ogoh-ogoh. Namun, pada 1995 ada warga yang mencoba membuat Ogoh-ogoh kembali. Tapi kejadian serupa terulang kembali, ketika Ogoh-ogoh akan diarak, bergerak-gerak seperti hidup kembali.
"Waktu itu sekitar 10 tahun, baru kami membuat Ogoh-ogoh lagi, tapi hal serupa juga terjadi lagi. Sejak itulah kami tidak pernah membuatnya lagi," terangnya.
(wib)