Teringat Pesan Kiai Hasyim Muzadi, Santri di Blitar Salat Gaib
A
A
A
BLITAR - Ratusan santri Pondok Pesantren Nurul Ulum di Kota Blitar menggelar salat gaib dan doa bersama untuk mantan Ketua Umum PBNU KH Ahmad Hasyim Muzadi yang telah berpulang Kamis (16/3/2017) pagi ini. Meninggalnya Kiai Hasyim yang terakhir berkunjung ke ponpes Nurul Ulum setahun lalu itu telah menyisakan duka cukup mendalam. “Kita semua disini merasa sangat kehilangan, “ ujar pengasuh Ponpes Nurul Ulum Ali Mahfud kepada wartawan.
Di tiap pondok pesantren berbasis jam’iyah nahdlatul ulama sontak mendirikan salat gaib berjamaah. Seluruh pengurus dan warga nahdliyin mulai tingkat ranting (desa), MWC (kecamatan) hingga cabang, lembaga pendidikan NU, madrasah diniyah hingga jamaah yasin juga melakukanya. Tidak hanya di wilayah Kota, tetapi juga warga NU di Kabupaten Blitar. Selain salat gaib warga nahdliyin juga berencana melanjutkan dengan doa tahlil.
Melalui jaringan komunikasi media sosial whatsapp (WA) pimpinan tertinggi PCNU mengeluarkan instruksi salat gaib dan tahlil secara tertulis.
Selain memang tokoh nahdliyin yang dihormati, kata Ali banyak kenangan membekas saat Kiai Hasyim berkunjung ke ponpes.
“Terutama kepedulian beliau pada pendidikan. Itu saat beliau berkunjung kesini setahun lalu, “jelasnya.
Sosok Kiai Hasyim memunculkan citra Islam yang teduh, damai dan toleran. Gaya komunikasinya ramah, sabar dan selalu terselipi ujaran jenaka. Syifa' Nurda Mu'affa, 17 salah seorang santri ponpes masih mengingat bagaimana Kiai Hasyim berpesan kepada para santri untuk rajin belajar, pantang menyerah dan selalu bangga menjadi warga nahdliyin. “Itu kunjungan beliau setahun yang lalu. Dan kami semua masih mengingatnya dengan baik, “ ujarnya.
Hal senada disampaikan Ketua Gerakan Pemuda Ansor Kota Blita Hartono bahwa Kiai Hasyim merupakan tokoh NU yang sangat dihormati warga nahdliyin. Atas kepergiannya sudah selazimnya bila warga nahdliyin merasa sangat kehilangan.
Sebab tokoh agama yang teduh, damai dan toleran sekaliber Kiai Hasyim di negeri ini tidak banyak jumlahnya. “Karena itu kami warga NU Blitar melakukan salat gaib dan doa bersama untuk beliau, “ tandasnya.
Di tiap pondok pesantren berbasis jam’iyah nahdlatul ulama sontak mendirikan salat gaib berjamaah. Seluruh pengurus dan warga nahdliyin mulai tingkat ranting (desa), MWC (kecamatan) hingga cabang, lembaga pendidikan NU, madrasah diniyah hingga jamaah yasin juga melakukanya. Tidak hanya di wilayah Kota, tetapi juga warga NU di Kabupaten Blitar. Selain salat gaib warga nahdliyin juga berencana melanjutkan dengan doa tahlil.
Melalui jaringan komunikasi media sosial whatsapp (WA) pimpinan tertinggi PCNU mengeluarkan instruksi salat gaib dan tahlil secara tertulis.
Selain memang tokoh nahdliyin yang dihormati, kata Ali banyak kenangan membekas saat Kiai Hasyim berkunjung ke ponpes.
“Terutama kepedulian beliau pada pendidikan. Itu saat beliau berkunjung kesini setahun lalu, “jelasnya.
Sosok Kiai Hasyim memunculkan citra Islam yang teduh, damai dan toleran. Gaya komunikasinya ramah, sabar dan selalu terselipi ujaran jenaka. Syifa' Nurda Mu'affa, 17 salah seorang santri ponpes masih mengingat bagaimana Kiai Hasyim berpesan kepada para santri untuk rajin belajar, pantang menyerah dan selalu bangga menjadi warga nahdliyin. “Itu kunjungan beliau setahun yang lalu. Dan kami semua masih mengingatnya dengan baik, “ ujarnya.
Hal senada disampaikan Ketua Gerakan Pemuda Ansor Kota Blita Hartono bahwa Kiai Hasyim merupakan tokoh NU yang sangat dihormati warga nahdliyin. Atas kepergiannya sudah selazimnya bila warga nahdliyin merasa sangat kehilangan.
Sebab tokoh agama yang teduh, damai dan toleran sekaliber Kiai Hasyim di negeri ini tidak banyak jumlahnya. “Karena itu kami warga NU Blitar melakukan salat gaib dan doa bersama untuk beliau, “ tandasnya.
(sms)