Warga Palembang Keluhkan Pemadaman Listrik
A
A
A
PALEMBANG - Warga Palembang mengeluhkan pemadaman listrik secara bergilir yang dilakukan PLN. Aliran listrik yang byar pet selama tiga hari terakhir sangat mengganggu berbagai aktivitas warga.
“Sudah lebih dari dua hari ini listrik hidup dan mati. Siang-siang, mati selama dua jam. Lalu hidup dan akhirnya mati. Menyebalkan itu, listrik mati saat jam-jam cukup genting, seperti pagi hari, atau malah menjelang malam,” keluh Rusli (38) warga Jalan Letnan Saisohar, Palembang.
Kekesalan Rusli menjadi karena pemadaman listrik dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Akibatnya, usaha kuliner yang dijalani sering terganggu, seperti tidak lagi bisa mendapatkan es batu untuk minuman dan tidak bisa memanaskan nasi. “Sering hidup mati itu, malah membuat banyak peralatan listrik jadi mudah rusak,”ucapnya.
Keluhan yang sama diungkapkan Rusmi, 34 warga jalan Rama Raya, Kecamatan Sukarame. Ibu rumah tangga yang masih menggunakan listrik 900 VA di rumahnya ini mengatakan, masih ragu atas kebijakan PLN untuk mencabut subsidi. Menurut dia, PLN harus mempertimbangkan mutu listrik yang disalurkan sebelum menarik subsidi. “Jika listrik sering mati, konsumsen malah terbeban biaya mahal dan pastinya menyulitkan pelanggan,”katanya.
Menanggapi keluhan masyarakat, Deputi Manajer Hukum dan Humas PLN Wilayah Sumatera Selatan, Lili Hendro Purnomo mengatakan, penyebab dilakukan pemadaman bergilir karena beberapa kawasan tersentuh pembangunan light rail transit (LRT) dan flyover. Sering terjadi gangguan distribusi listrik karena banyak unsur tranmisi, misalnya tiang listrik yang terganggu.
“Di beberapa kawasan itu memang sering byapet. PLN sedang intensnya melakukan pembenahan atas pemidahan misalnya tiang listrik. Lokasi pembangunan LRT dan flyover membuat banyak tiang listrik harus dipindahkan, baik dipindahkan sementara atau permanen. Karena itu, mau tidak mau memang harus mematikan distribusinya,”ujarnya.
Kondisi ini, kata Lili juga membuat PLN serba salah. Pembangunan yang lebih mengedepankan urusan infrastuktur sering tidak koordinasi dengan distribusi keelektronikan. Akibatnya saat memaksakan pembangunan di satu lokasi, padahal di lokasi tersebut juga terdapat sambung distribusi listrik maka PLN tidak bisa berbuat banyak.
“Untuk urusan dispensasi bisa diurus, asalkan unsurnya memenuhi, di antaranya listrik padam 3 hari berturut-turut tanpa informasi dan sosialisasi. Dua tahun ini, belum ada pelanggan mengurus dispensasi dan jika alasannya karena pemindahan jaringan maka tidak bisa diurus dispensasinya,” terang Lili.
“Sudah lebih dari dua hari ini listrik hidup dan mati. Siang-siang, mati selama dua jam. Lalu hidup dan akhirnya mati. Menyebalkan itu, listrik mati saat jam-jam cukup genting, seperti pagi hari, atau malah menjelang malam,” keluh Rusli (38) warga Jalan Letnan Saisohar, Palembang.
Kekesalan Rusli menjadi karena pemadaman listrik dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Akibatnya, usaha kuliner yang dijalani sering terganggu, seperti tidak lagi bisa mendapatkan es batu untuk minuman dan tidak bisa memanaskan nasi. “Sering hidup mati itu, malah membuat banyak peralatan listrik jadi mudah rusak,”ucapnya.
Keluhan yang sama diungkapkan Rusmi, 34 warga jalan Rama Raya, Kecamatan Sukarame. Ibu rumah tangga yang masih menggunakan listrik 900 VA di rumahnya ini mengatakan, masih ragu atas kebijakan PLN untuk mencabut subsidi. Menurut dia, PLN harus mempertimbangkan mutu listrik yang disalurkan sebelum menarik subsidi. “Jika listrik sering mati, konsumsen malah terbeban biaya mahal dan pastinya menyulitkan pelanggan,”katanya.
Menanggapi keluhan masyarakat, Deputi Manajer Hukum dan Humas PLN Wilayah Sumatera Selatan, Lili Hendro Purnomo mengatakan, penyebab dilakukan pemadaman bergilir karena beberapa kawasan tersentuh pembangunan light rail transit (LRT) dan flyover. Sering terjadi gangguan distribusi listrik karena banyak unsur tranmisi, misalnya tiang listrik yang terganggu.
“Di beberapa kawasan itu memang sering byapet. PLN sedang intensnya melakukan pembenahan atas pemidahan misalnya tiang listrik. Lokasi pembangunan LRT dan flyover membuat banyak tiang listrik harus dipindahkan, baik dipindahkan sementara atau permanen. Karena itu, mau tidak mau memang harus mematikan distribusinya,”ujarnya.
Kondisi ini, kata Lili juga membuat PLN serba salah. Pembangunan yang lebih mengedepankan urusan infrastuktur sering tidak koordinasi dengan distribusi keelektronikan. Akibatnya saat memaksakan pembangunan di satu lokasi, padahal di lokasi tersebut juga terdapat sambung distribusi listrik maka PLN tidak bisa berbuat banyak.
“Untuk urusan dispensasi bisa diurus, asalkan unsurnya memenuhi, di antaranya listrik padam 3 hari berturut-turut tanpa informasi dan sosialisasi. Dua tahun ini, belum ada pelanggan mengurus dispensasi dan jika alasannya karena pemindahan jaringan maka tidak bisa diurus dispensasinya,” terang Lili.
(wib)