Tekan Pernikahan Dini, BKKBN DIY Siapkan Modul Pendidikan
A
A
A
YOGYAKARTA - Maraknya kasus pernikahan di bawah umur mendapatkan perhatian serius Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) DIY. Dengan menganndeng PGRI, BKKBN telah menyiapkan modul pendidikan kesehatan reproduksi yang akan dimasukkan dalam pelajaran.
Kepala BKKBN DIY Aan Jumhana menjelaskan, saat ini kasus pernikahan dini, seks bebas, dan peredaran narkoba dikalangan remaja sangat mengkhawatirkan dan harus segera dicegah.
Untuk itu diperlukan langkah antisipasi dengan menggandeng berbagai pihak untuk bisa menekan kasus pernikahan dini, penyebaran narkotika dan seks bebas tersebut.
"Dengan PGRI kita sudah siapkan modul pendidikan. Nantinya pelajaran akan terintegrasi dengan pendidikan kesehatan reproduksi," ungkapnya kepada wartawan usai audiensi dengan Bupati Gunungkidul di Wonosari kemarin.
Dijelaskannya, dengan adanya modul pendidikan tersebut. Setiap mata pelajaran akan terintegrasi dengan pelatihan kesehatan reproduksi.
"Seperti pelajaran Biologi misalnya. Nanti sudah ada sisipan mengenai pentingnya mengetahui tentang kespro," imbuhnya.
Aan menambhakan,konseling terhadap para remaja merupakan program kependudukan dari BKKBN. Hal ini termasuk menjalankan materi kesehatan repoduksi (kespro) di lembaga pendidikan.
Harapannya siswa dapat mengetahui tentang kespro dengan benar sehingga bisa benar benar memahami risiko dan bisa menghindari seks bebas dan narkoba.
Selain upaya menggandeng institusi pendidikan,lanjutnya, BKKBN juga terus menekan tiga hal tersebut bersama organisasi masyarakat, kelompok pengajian, dan juga mahasiswa.
Bahkan di Gunungkidul sudha adapusat informasi dan kosneling mahasiswa (PIKMA) di Universitas Gunungkidul.
"Mereka rutin ikut dalam forum duta mahasiswa dan masuk juara pertama di DIY. Ini sebuah klinik konsultasi kespro yang digagas mahasiswa dan memiliki prestasi," pugkasnya.
Kepala BKKBN DIY Aan Jumhana menjelaskan, saat ini kasus pernikahan dini, seks bebas, dan peredaran narkoba dikalangan remaja sangat mengkhawatirkan dan harus segera dicegah.
Untuk itu diperlukan langkah antisipasi dengan menggandeng berbagai pihak untuk bisa menekan kasus pernikahan dini, penyebaran narkotika dan seks bebas tersebut.
"Dengan PGRI kita sudah siapkan modul pendidikan. Nantinya pelajaran akan terintegrasi dengan pendidikan kesehatan reproduksi," ungkapnya kepada wartawan usai audiensi dengan Bupati Gunungkidul di Wonosari kemarin.
Dijelaskannya, dengan adanya modul pendidikan tersebut. Setiap mata pelajaran akan terintegrasi dengan pelatihan kesehatan reproduksi.
"Seperti pelajaran Biologi misalnya. Nanti sudah ada sisipan mengenai pentingnya mengetahui tentang kespro," imbuhnya.
Aan menambhakan,konseling terhadap para remaja merupakan program kependudukan dari BKKBN. Hal ini termasuk menjalankan materi kesehatan repoduksi (kespro) di lembaga pendidikan.
Harapannya siswa dapat mengetahui tentang kespro dengan benar sehingga bisa benar benar memahami risiko dan bisa menghindari seks bebas dan narkoba.
Selain upaya menggandeng institusi pendidikan,lanjutnya, BKKBN juga terus menekan tiga hal tersebut bersama organisasi masyarakat, kelompok pengajian, dan juga mahasiswa.
Bahkan di Gunungkidul sudha adapusat informasi dan kosneling mahasiswa (PIKMA) di Universitas Gunungkidul.
"Mereka rutin ikut dalam forum duta mahasiswa dan masuk juara pertama di DIY. Ini sebuah klinik konsultasi kespro yang digagas mahasiswa dan memiliki prestasi," pugkasnya.
(nag)