Trauma Orang Asing, Tangis Yusuf Maulana Pecah

Kamis, 08 Desember 2016 - 06:21 WIB
Trauma Orang Asing,...
Trauma Orang Asing, Tangis Yusuf Maulana Pecah
A A A
CIREBON - Yusuf Maulana (16 bulan), memasang ekspresi ketakutan dan matanya mulai mengeluarkan air mata ketika sang ayah menyibakkan kaus yang dikenakan si bocah. Dari balik kaus itu, tampaklah perut Yusuf yang membusung dengan dugaan tumor ganas bersemayam di dalamnya.

Ayah Yusuf, Kawiri (28), seorang tukang rongsok (pemulung), dan sang ibu, Rohimah (26), warga Desa Tegalgubug Lor, Blok III RT 02/01, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, berupaya menenangkan sang anak.

Menurut Rohimah, Yusuf trauma bila baju yang dikenakannya disibakkan di depan orang asing sebagaimana pengalamannya menjalani prosedur medis selama ini.

"Trauma, dikiranya mau disuntik. Dikira orang asing yang melihat kondisinya itu perawat dan mau menyuntik," ungkap Rohimah seraya memerhatikan Kawiri merapatkan kembali kaus Yusuf.

Yusuf merupakan anak pertama dari pasangan ini yang diperkirakan menderita tumor ganas dan kelenjar getah bening. Penyakit yang dideritanya membuat bocah itu mengalami pembesaran pada perut maupun lehernya.

"Tapi sudah sekitar dua minggu ini, sepulang dari RS Hasan Sadikin (RSHS), Bandung, bengkak di lehernya mengempis," kata Rohimah lagi.

Menurut Rohimah, sakit Yusuf dimulai ketika bocah itu menderita campak saat berusia 10 bulan. Selama berhari-hari, badan Yusuf panas disertai sesak napas, sekalipun telah diperiksakan ke dokter. Hingga pada suatu waktu, dengan kondisi yang belum juga membaik, Yusuf harus dirawat di RSUD Arjawinangun, Kabupaten Cirebon.

Perawatan yang diterima Yusuf tidaklah tuntas, hanya lima hari, akibat terkendala biaya. Badan Yusuf masih panas, napas pun masih sesak, dengan perut dan leher membengkak layaknya penderita gondongan. Sakit Yusuf membuat Kawiri yang menjadi tukang rongsok di Jakarta pulang kampung dan tak lagi bekerja.

Yusuf pun kembali diperiksakan, namun tak kunjung sehat sehingga akhirnya harus dirawat di ICU RSUD Gunung Jati, Kota Cirebon, selama sepuluh hari. Yusuf kemudian mendapat perawatan lanjutan di RSHS selama tiga minggu.

Kondisinya sempat membaik dan tak lagi sesak napas, meski perutnya masih membengkak. Menurut dokter di sana, terang Rohimah, Yusuf diperkirakan menderita limfoma yakni salah satu jenis kanker darah yang terjadi ketika limfosit B atau T (sel darah putih yang menjaga daya tahan tubuh) menjadi abnormal dengan membelah lebih cepat dari sel biasa atau hidup lebih lama dari biasanya.

Limfoma pada akhirnya akan membentuk tumor, yang tumbuh dan mengambil ruang jaringan dan organ di sekitarnya. Kondisi itu akan menghentikan asupan oksigen dan nutrien untuk jaringan atau organ tersebut.

"Yusuf sempat dibilang tak bertahan lama karena penyakitnya, begitu kata dokter di RS Gunung Jati maupun RSHS. Tapi alhamdulillah sampai sekarang masih bertahan," ucap Rohimah yang bersama keluarga kecilnya masih tinggal menumpang di rumah orangtuanya.

Selain pembengkakan pada perut dan leher, penyakit itu membuat kulit Yusuf kuning dan kukunya rusak. Segala prosedur medis yang harus dijalaninya itulah membuat Yusuf trauma. Dia kerap menangis, terutama ketika ada orang asing hendak melihat kondisinya.

Kondisi terburuk yang pernah dihadapi Rohimah terjadi di awal sakit Yusuf enggan makan. Selama sekitar dua bulan Yusuf hanya mengonsumsi Air Susu Ibu (ASI). Yusuf juga pernah tak bisa tidur selama dua hari karena sakit yang dialaminya.

Rohimah tak mengetahui pasti awal mula penyakit Yusuf mengingat kehamilan dan kelahirannya yang normal. Namun, informasi medis yang diterimanya menyebut, kemungkinan penyakit Yusuf bisa dari makanan ataupun flu.

"Bisa pula karena jatuh, ketika hamil saya pernah jatuh dari motor bersama suami. Begitu juga Yusuf pernah jatuh di rumah," katanya.

Secara medis, limfoma dapat ditangani melalui kemoterapi dan kadang-kadang radioterapi atau transplantasi sumsum tulang. "Rencananya, Jumat (9/12/2016) ini Yusuf harus menjalani kemoterapi di RSHS. Kami harus ke sana," ujarnya.

Akibat sang suami tak lagi bekerja, kondisi ekonomi keluarga itu tak stabil. Sejumlah donatur pun sempat membantu keluarga ini, salah satunya jurnalis Cirebon yang kemarin menyerahkan donasi yang telah terkumpul.

"Yang membuat kami bingung bila Yusuf harus dioperasi. Kemo saja setidaknya butuh minimal 22 kali dalam setahun," kataRohimah.

Dia dan Kawiri pun berharap kondisi Yusuf lekas membaik. Mereka merindukan sang anak tumbuh seperti anak-anak sehat lainnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6345 seconds (0.1#10.140)