Detik-Detik Menegangkan Tenggelamnya Kapal Pengangkut TKI
A
A
A
NONGSA - Seorang Anak Buah Kapal (ABK) pengangkut Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal yang tenggelam di perairan Kepulauan Riau (Kepri), Batam, menceritakan pengalamannya selamat dari musibah itu.
Pria berusia 28 tahun bernama Dodi ini mengaku sangat takut dan tidak menyangka musibah itu memakan korban jiwa yang sangat banyak.
"Saya takut kemarin, makanya saya berusaha menyelamatkan diri dan langsung kabur," kata Dodi sambil menangis, kepada wartawan, Jumat (4/11/2016).
Dodi melanjutkan, kapal tenggelam saat mendekati Pulau Batam. Saat itu, kapal menabrak karang dan terbalik. Sejumlah ABK dan penumpang dewasa langsung terjun ke laut yang tengah surut untuk mendorong kapal agar bisa kembali ke dalam air.
"Airnya surut. Saya gak tahu kapal bocor atau tidak. Yang jelas kami bisa melanjutkan perjalanan," terang Dodi.
Usai menabrak karang, Dodi meminta kepada Herman sang nahkoda kapal untuk segera mencari daratan. Namun nahas, belum sampai daratan, kapal terlebih dahulu dihantam badai di kedalaman 15 meter.
Saat kapal terbalik, Dodi mengaku masih melihat nahkodanya berusaha berenang dan menyelamatkan diri. Sementara rekannya sesama ABK yang bernama Darus saat itu sudah tidak terlihat.
"Kejadiannya begitu cepat. Saya tidak tahu kalau Darus masih hidup atau sudah mati. Setahu saya Darus tidak bisa berenang," jelasnya berurai air mata.
Dodi lalu berusaha menyelamatkan diri dengan berenang ke tepian bersama sejumlah TKI. Sementara nahkoda kapal yang merupakan warga Nongsa, Batam, berhasil melarikan diri.
"Saya sampai di Teluk Mata Ikan Nongsa langsung minta tolong sama nelayan sekitar," bebernya.
Dia mengatakan, biasanya para TKI diminta turun dari bibir pantai sekitar 100 meter di lokasi penjemputan, dan saat mereka turun dimintai uang Rp15 ribu perkepala.
"Saya cuma dibayar Rp1 juta untuk sekali jalan. Kalau uang Rp150 ribu bos yang suruh," ungkapnya.
Kapal yang mengangkut 101 penumpang, termasuk TKI, satu nahkoda, dan dua ABK tersebut memiliki panjang 16 meter dengan empat mesin berkapasitas 800 PK tanpa dilengkapi dengan Global Positioning System (GPS).
"Laporan dari sana ada 93 TKI, kami tidak hitung lagi saat mereka naik kapal. Kami juga cuma pakai kompas untuk penunjuk arah," tegasnya.
Sementara itu, pantauan wartawan di posko evakuasi jenazah Nongsa Point Marina, sejak hari pertama sampai hari ke tiga, sudah 54 jenazah yang ditemukan dan dibawa ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkara untuk diidentifikasi.
Sebanyak 41 orang berhasil selamat dan kini berbeda di selter penampungan. Sedang enam orang lagi masih hilang.
Pria berusia 28 tahun bernama Dodi ini mengaku sangat takut dan tidak menyangka musibah itu memakan korban jiwa yang sangat banyak.
"Saya takut kemarin, makanya saya berusaha menyelamatkan diri dan langsung kabur," kata Dodi sambil menangis, kepada wartawan, Jumat (4/11/2016).
Dodi melanjutkan, kapal tenggelam saat mendekati Pulau Batam. Saat itu, kapal menabrak karang dan terbalik. Sejumlah ABK dan penumpang dewasa langsung terjun ke laut yang tengah surut untuk mendorong kapal agar bisa kembali ke dalam air.
"Airnya surut. Saya gak tahu kapal bocor atau tidak. Yang jelas kami bisa melanjutkan perjalanan," terang Dodi.
Usai menabrak karang, Dodi meminta kepada Herman sang nahkoda kapal untuk segera mencari daratan. Namun nahas, belum sampai daratan, kapal terlebih dahulu dihantam badai di kedalaman 15 meter.
Saat kapal terbalik, Dodi mengaku masih melihat nahkodanya berusaha berenang dan menyelamatkan diri. Sementara rekannya sesama ABK yang bernama Darus saat itu sudah tidak terlihat.
"Kejadiannya begitu cepat. Saya tidak tahu kalau Darus masih hidup atau sudah mati. Setahu saya Darus tidak bisa berenang," jelasnya berurai air mata.
Dodi lalu berusaha menyelamatkan diri dengan berenang ke tepian bersama sejumlah TKI. Sementara nahkoda kapal yang merupakan warga Nongsa, Batam, berhasil melarikan diri.
"Saya sampai di Teluk Mata Ikan Nongsa langsung minta tolong sama nelayan sekitar," bebernya.
Dia mengatakan, biasanya para TKI diminta turun dari bibir pantai sekitar 100 meter di lokasi penjemputan, dan saat mereka turun dimintai uang Rp15 ribu perkepala.
"Saya cuma dibayar Rp1 juta untuk sekali jalan. Kalau uang Rp150 ribu bos yang suruh," ungkapnya.
Kapal yang mengangkut 101 penumpang, termasuk TKI, satu nahkoda, dan dua ABK tersebut memiliki panjang 16 meter dengan empat mesin berkapasitas 800 PK tanpa dilengkapi dengan Global Positioning System (GPS).
"Laporan dari sana ada 93 TKI, kami tidak hitung lagi saat mereka naik kapal. Kami juga cuma pakai kompas untuk penunjuk arah," tegasnya.
Sementara itu, pantauan wartawan di posko evakuasi jenazah Nongsa Point Marina, sejak hari pertama sampai hari ke tiga, sudah 54 jenazah yang ditemukan dan dibawa ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkara untuk diidentifikasi.
Sebanyak 41 orang berhasil selamat dan kini berbeda di selter penampungan. Sedang enam orang lagi masih hilang.
(san)