Masih Ada Modal Sosial di Tengah Bencana

Kamis, 29 September 2016 - 18:35 WIB
Masih Ada Modal Sosial...
Masih Ada Modal Sosial di Tengah Bencana
A A A
RABU 28 September 2016 saya akhirnya sampai ke Garut. Kedatangan saya bersama tim IZI yang ketiga kalinya ini sekalian menemani rombongan dari Rohis Badan Kebijakan Fiskal (BKF) yang akan memberikan sejumlah bantuan langsung ke korban banjir bandang di Garut.

Alhamdulillah perjalanan kami dimudahkan Allah. Dari Jakarta berangkat pukul 09.00 WIB dan tepat pukul 13.20 WIB, kami tiba di Masjid Agung Garut untuk salat Dzuhur sekalian koordinasi dengan tim yang ada di sana.

Dari situ kami bergerak menuju lokasi korban banjir dan bertemu langsung dengan Asep Saepuloh, ketua RW 10 Desa Haur Panggung, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut. Dia menjadi mitra kami dalam membantu menyalurkan bantuan untuk warga yang membutuhkan.

Di RW 10 terdapat 171 kepala keluarga (KK) yang terdampak banjir bandang atau 680 jiwa. Mereka tersebar di 5 RT, yaitu RT 01-05. Di RT 01 terdapat 14 KK, RT 02 berjumlah 9 KK, RT 03 berjumlah 73 KK, RT 04 berjumlah 68 KK, dan RT 05 berjumlah 57 KK. Kondisi paling parah menimpa RT 03 dan RT 04. ”Alhamdulillah meski air setinggi 2 meter lebih tapi tak ada korban jiwa,” kata Asep.

Menurut cerita Asep, banyak warga yang salah memperkirakan banjir kali ini. Kampung ini memang sering terlanda banjir namun ketinggiannya biasanya setinggi lutut orang dewasa. Air pun datiag perlahan sehingga warga memiliki waktu untuk memindahkan barang-barang berharga dan memastikan semua anggota keluarganya selamat.

Namun banjir kali ini memang luar biasa. Hanya dalam hitungan kurang dari 2 jam air tiba-tiba tinggi dan bergelombang serta menyapu secara cepat apa saja yang dilewati. Pintu, mebel, kursi, meja, kulkas, televisi, dan perabotan warga lainnya pun langsung terseret banjir.

Warga bahkan tidak bisa berpikir panjang. Mereka tidak sempat memastikan kondisi keluarganya masing-masing karena begitu air datang. Yang ada dalam benaknya adalah bagaimana secepatnya keluar dari banjir bercampur lumpur pekat penuh sampah serta barang-barang yang terhanyut.

Selanjutnya warga yang selamat langsung memanggil-manggil tetangganya sekaligus langsung membantu bila ada yang butuh pertolongan. Saat banjir datang, Asep beserta warga yang berhasil menghindari banjir menginstruksikan warga lainnya ke atap rumah dan bertahan di sana hingga air surut.

Di tengah bencana, tampak solidaritas sebenarnya di antara warga. Ternyata moral dan filosofi orang Sunda untuk ”silih asah, silih asih, serta silih asuh” mewujud nyata dan menyelamatkan mereka. Saling tolong dan peduli tak terkikis dan hilang di tengah geliat Garut yang semakin metropolis. Garut yang tumbuh menjadi kota pariwisata dan semakin menarik minat investor untuk masuk, tak menghilangkan modal sosial warganya.

Saat ini sejumlah bantuan sudah masuk ke warga di RW 10. Namun sebenarnya kebutuhan seluruh warga belum terpenuhi secara memadai. Hal ini mengingat beragamanya kebutuhan, sementara bantuan yang masuk masih terbatas.

Saat ini yang masih dibutuhkan warga adalah air bersih, peralatan mandi, peralatan sekolah untuk anak-anak, karpet, alat-alat kebersihan, kebutuhan bayi dan makanannya, serta uang. Ketika kami tanya kenapa butuh uang, Asep dengan tersenyum menjawab ’bagaimana bisa tenang pak? Saya dan warga tak pegang uang sama sekali. Saya punya, mungkin juga warga lain punya, tapi banyak yang terbawa banjir entah ke mana’.

Ketika kami lihat perkampungan Asep dan sekitarnya, tampak sejumlah warga masih belum bekerja dan masih bingung. Apalagi melihat lumpur di mana-mana, sementara di saat yang sama ada begitu banyak orang datang, bertanya-tanya, dan mendokumentasikan mereka.

Bencana sepertinya bukan hanya mengubah sebagian kota Garut yang indah menjadi rusak dan sebagiannya dalam kondisi yang parah. Bencana ternyata menjadikan Garut jadi tujuan ”wisata bencana”. Ada begitu banyak orang dari luar Garut datang, menunjukkan simpati dengan membawa barang-barang bantuan.

Ada pula sebagian lain yang kepo, hanya ingin melihat dari dekat, seberapa parah kondisi bencana sebenarnya. Mereka yang datang hanya ingin mengambil gambar sendiri dan ber-selfie di tengah situasi bencana.

Nana Sudiana
Direktur Kemitraan IZI
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2693 seconds (0.1#10.140)