Senin, Korban Banjir Bandang Garut Wajib Masuk Sekolah
A
A
A
GARUT - Bupati Garut Rudy Gunawan menginstruksikan kepada seluruh siswa korban banjir bandang masuk sekolah mulai Senin 26 September 2016. Hal ini untuk memudahkan pendataan oleh pemerintah.
"Mengenai sekolah, semua diinstruksikan masuk ke sekolah," kata Rudy usai rapat evaluasi bencana, di Makodim 0611 Garut, Sabtu (24/9/2016).
Tidak hanya siswa, semua pengawas, kepala sekolah, guru, hingga kepala UPTD yang ada juga wajib datang ke sekolah. Tujuannya untuk membantu mempermudah pendataan siswa.
Pendataan itu dimaksudkan agar bisa diketahui secara pasti berapa siswa yang kini tidak memiliki seragam, tas, buku, dan sepatu. "Pokoknya siswa sekolah saja dulu, walaupun tidak punya seragam, mau pakai sandal, mau pakai apapun," ucapnya.
Rudy mengakui, hingga kini belum ada data pasti terkait jumlah siswa yang jadi korban banjir dan tidak memiliki perlengkapan sekolah. Jika mereka masuk sekolah, maka pendataan akan sesuai dengan fakta di lapangan.
Terkait bantuan berupa perlengkapan siswa, sejauh ini jumlahnya cukup melimpah. Selain dari pemerintah, perlengkapan sekolah itu juga berasal dari sumbangan berbagai pihak.
"Perlengkapan itu harus diberikan tepat sasaran. Sehingga pembagian perlengkapan sekolah akan dilakukan setelah pendataan riil benar-benar dilakukan," ungkapnya.
Soal lokasi yang akan jadi tempat belajar, Rudy mengatakan pihaknya akan menyiapkan tempat jika sekolah yang ada belum bisa dipakai karena terdampak banjir. Salah satu solusinya adalah mendirikan sekolah darurat berupa tenda.
Pihak Dinas Pendikdikan Kabupaten Garut sendiri akan segera bergerak untuk menjalankan instruksi tersebut. Salah satu rencana yang dibuat adalah menggabungkan siswa dari dua sekolah untuk ditempatkan di satu sekolah.
"Di luar itu, akan ada sekolah berupa tenda. Kami akan terus bergerak. Jangan sampai ada siswa yang tidak sekolah pada Senin nanti," sambung Kabid Pendidikan Dasar Disdik Kabupaten Garut Totong.
"Mengenai sekolah, semua diinstruksikan masuk ke sekolah," kata Rudy usai rapat evaluasi bencana, di Makodim 0611 Garut, Sabtu (24/9/2016).
Tidak hanya siswa, semua pengawas, kepala sekolah, guru, hingga kepala UPTD yang ada juga wajib datang ke sekolah. Tujuannya untuk membantu mempermudah pendataan siswa.
Pendataan itu dimaksudkan agar bisa diketahui secara pasti berapa siswa yang kini tidak memiliki seragam, tas, buku, dan sepatu. "Pokoknya siswa sekolah saja dulu, walaupun tidak punya seragam, mau pakai sandal, mau pakai apapun," ucapnya.
Rudy mengakui, hingga kini belum ada data pasti terkait jumlah siswa yang jadi korban banjir dan tidak memiliki perlengkapan sekolah. Jika mereka masuk sekolah, maka pendataan akan sesuai dengan fakta di lapangan.
Terkait bantuan berupa perlengkapan siswa, sejauh ini jumlahnya cukup melimpah. Selain dari pemerintah, perlengkapan sekolah itu juga berasal dari sumbangan berbagai pihak.
"Perlengkapan itu harus diberikan tepat sasaran. Sehingga pembagian perlengkapan sekolah akan dilakukan setelah pendataan riil benar-benar dilakukan," ungkapnya.
Soal lokasi yang akan jadi tempat belajar, Rudy mengatakan pihaknya akan menyiapkan tempat jika sekolah yang ada belum bisa dipakai karena terdampak banjir. Salah satu solusinya adalah mendirikan sekolah darurat berupa tenda.
Pihak Dinas Pendikdikan Kabupaten Garut sendiri akan segera bergerak untuk menjalankan instruksi tersebut. Salah satu rencana yang dibuat adalah menggabungkan siswa dari dua sekolah untuk ditempatkan di satu sekolah.
"Di luar itu, akan ada sekolah berupa tenda. Kami akan terus bergerak. Jangan sampai ada siswa yang tidak sekolah pada Senin nanti," sambung Kabid Pendidikan Dasar Disdik Kabupaten Garut Totong.
(san)