Partai Perindo Bina Gapoktan Dorong Petani Produktif
A
A
A
CIREBON - Pertanian Indonesia kian menyusut, lahan dan petani semakin berkurang. “Kita harus mampu membangkitkan pertanian Indonesia,” kata Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo saat berdialog dengan petani di Desa Gagasari Gebang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis (22/29/2016).
HT menuturkan, selama ini petani menghadapi berbagai persoalan. Mulai dari lahan, pupuk, air, hingga persoalan tengkulak.
Sudah banyak permasalahan, petani pun kurang dari sisi kesejahteraan. Akibatnya profesi ini ditinggalkan oleh generasi muda.
“Kesejahteraan petani harus meningkat, agar regenerasi terjadi, Indonesia bisa swasembada pangan lagi,” kata HT. Mengutip data sensus BPS tahun 2013 rata-rata usia petani Indonesia 48 tahun.
Dihadapan ribuan petani HT menuturkan Partai Perindo akan mengatasi berbagai persoalan tersebut dengan membina gabungan kelompok tani (Gapoktan).
“Partai Perindo akan membina Gapoktan, mengatasi masalah pertanian secara berkesinambungan agar petani produktif,” ujarnya.
Dia menuturkan permasalahan pertanian harus diatasi dengan menyeluruh agar petani produktif, memilikin kualitas yang lebih baik dan harga hasil pertanian yang lebih baik. Sehingga kesejahteraan meningkat.
Hary menuturkan selama ini petani banyak bergantung pada tengkulak untuk modal awal mereka bercocok tanam.
Akibatnya hasil panen seringkali dibeli murah. Para petani lanjutnya juga akan diperbaiki pemasarannya agar harga jual yang mereka dapat lebih baik.
Hal tersebut menjawab berbagai persoalan yang disampaikan oleh Wakil dari kelompok tani bawang merah, Kodim. Dia mengungkapkan, selama ini yang membuat petani sulit berkembang adalah terkait minimnya sarana pertanian, persediaan air yang kurang terutama di saat kemarau dan harga pupuk yang tinggi.
“Di saat petani membutuhkan pupuk maka tidak ada. Kami nggak tahu apa itu karena disebabkan oleh permainan distributor atau pihak tertentu atau seperti apa,” jelas Kodim.
Menurutnya, jika tersedia pun harga pupuk yang dijual terkadang jauh melebihi harga eceran tertinggi yang telah ditetapkan Pemerintah. Dia juga mencermati adanya permainan tengkulak ketika petani memanen bawang merah. “Masyarakat kami disini kurang pengetahuan tentang masalah harga,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua LBH Perindo Ricky K Margono mengungkapkan, Partai Perindo mengetahui permasalahan petani bawang merah di Cirebon setelah terjun langsung ke bawah.
Sesuai dengan arahan dan komitmen Partai Perindo, ke depan pihaknya akan melakukan berbagai tindak lanjut.
“InsyaAllah kita akan jalankan program Partai Perindo di bidang pertanian,” ujarnya. (Elzam Zami)
HT menuturkan, selama ini petani menghadapi berbagai persoalan. Mulai dari lahan, pupuk, air, hingga persoalan tengkulak.
Sudah banyak permasalahan, petani pun kurang dari sisi kesejahteraan. Akibatnya profesi ini ditinggalkan oleh generasi muda.
“Kesejahteraan petani harus meningkat, agar regenerasi terjadi, Indonesia bisa swasembada pangan lagi,” kata HT. Mengutip data sensus BPS tahun 2013 rata-rata usia petani Indonesia 48 tahun.
Dihadapan ribuan petani HT menuturkan Partai Perindo akan mengatasi berbagai persoalan tersebut dengan membina gabungan kelompok tani (Gapoktan).
“Partai Perindo akan membina Gapoktan, mengatasi masalah pertanian secara berkesinambungan agar petani produktif,” ujarnya.
Dia menuturkan permasalahan pertanian harus diatasi dengan menyeluruh agar petani produktif, memilikin kualitas yang lebih baik dan harga hasil pertanian yang lebih baik. Sehingga kesejahteraan meningkat.
Hary menuturkan selama ini petani banyak bergantung pada tengkulak untuk modal awal mereka bercocok tanam.
Akibatnya hasil panen seringkali dibeli murah. Para petani lanjutnya juga akan diperbaiki pemasarannya agar harga jual yang mereka dapat lebih baik.
Hal tersebut menjawab berbagai persoalan yang disampaikan oleh Wakil dari kelompok tani bawang merah, Kodim. Dia mengungkapkan, selama ini yang membuat petani sulit berkembang adalah terkait minimnya sarana pertanian, persediaan air yang kurang terutama di saat kemarau dan harga pupuk yang tinggi.
“Di saat petani membutuhkan pupuk maka tidak ada. Kami nggak tahu apa itu karena disebabkan oleh permainan distributor atau pihak tertentu atau seperti apa,” jelas Kodim.
Menurutnya, jika tersedia pun harga pupuk yang dijual terkadang jauh melebihi harga eceran tertinggi yang telah ditetapkan Pemerintah. Dia juga mencermati adanya permainan tengkulak ketika petani memanen bawang merah. “Masyarakat kami disini kurang pengetahuan tentang masalah harga,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua LBH Perindo Ricky K Margono mengungkapkan, Partai Perindo mengetahui permasalahan petani bawang merah di Cirebon setelah terjun langsung ke bawah.
Sesuai dengan arahan dan komitmen Partai Perindo, ke depan pihaknya akan melakukan berbagai tindak lanjut.
“InsyaAllah kita akan jalankan program Partai Perindo di bidang pertanian,” ujarnya. (Elzam Zami)
(sms)