Pilgub DKI Jakarta Harus Jauh dari Praktik Isu SARA
![Pilgub DKI Jakarta Harus...](https://a-cdn.sindonews.net/dyn/732/content/2016/09/15/171/1139565/pilgub-dki-jakarta-harus-jauh-dari-praktik-isu-sara-eeW-thumb.jpg)
Pilgub DKI Jakarta Harus Jauh dari Praktik Isu SARA
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah elite politik diminta tidak menggunakan isu SARA untuk menjatuhkan lawan pada Pilkada serentak 2017 mendatang. Pilgub DKI 2017 pun diharapkan jauh dari praktik isu SARA.
Harapan agar Pilgub DKI Jakarta 2017 jauh dari praktik isu SARA ini dikemukan oleh Masykurudin Hafidz dari JPPR, Sebastian Salang dari Formappi, Rumadi dari Lakpesdam PBNU, Iryanto Djou dari Aspirasi Indonesia, dan Ray Rangkuti dari LIMA Indonesia, dalam diskusi bertajuk "Pilkada Sehat dan Cerdas Tanpa SARA", di Jalan Sunda No 7, Jakarta Pusat, Kamis (15/9/2016).
Pengurus Lakpesdam PBNU Rumadi mengatakan, Pilkada Jakarta ini merupakan ujian terberat terkait dengan isu SAR. "Persoalannya, kita sulit menerima kenyataan bahwa agama dijadikan alat untuk jatuhkan orang. Melawan orang yang tidak disukai. Terjadi politisasi agama. Dipolitisasi sedemikian rupa, untuk mendapatkan keuntungan politik, itu yang kita tolak," kata Rumadi, tadi siang.
Menurut Rumadi, bila Pilkada Jakarta bisa lolos dari isu SARA, ke depan Indonesia pastinya akan lebih baik. Karena Jakarta ini test case yang jadi laboratorium politik paling menarik.
Aktivis Formappi Sebastian Salang mengungkapkan, SARA merupakan realitas sosial yang tidak bisa dibantah. Mestinya, ini justru disyukuri, karena ini menjadi perekat sosial yang membuat suatu bangsa menjadi kelompok yang kuat.
"Untuk konteks DKI Jakarta, kalau dicermati perkembangan belakangan ini, isu SARA dimanfaatkan kelompok elite. Isu ini, tidak berkembang di masyarakat," ungkapnya.
Aktivis Aspirasi Indonesia Iryanto Djou menambahkan, semua pihak harus mengawal Pilkada DKI menjadi pilkada yang cerdas. Karena seluruh porses pilkada merupakan pendidikan politik untuk publik.
"Begitu ada wacana menggangu penerapan prinsip demokrasi, itu merusak pendidikan politik. Jakarta jelas barometer, kalau gagal, bisa bermuara pada persoalan lebih serius ke depan," katanya.
Harapan agar Pilgub DKI Jakarta 2017 jauh dari praktik isu SARA ini dikemukan oleh Masykurudin Hafidz dari JPPR, Sebastian Salang dari Formappi, Rumadi dari Lakpesdam PBNU, Iryanto Djou dari Aspirasi Indonesia, dan Ray Rangkuti dari LIMA Indonesia, dalam diskusi bertajuk "Pilkada Sehat dan Cerdas Tanpa SARA", di Jalan Sunda No 7, Jakarta Pusat, Kamis (15/9/2016).
Pengurus Lakpesdam PBNU Rumadi mengatakan, Pilkada Jakarta ini merupakan ujian terberat terkait dengan isu SAR. "Persoalannya, kita sulit menerima kenyataan bahwa agama dijadikan alat untuk jatuhkan orang. Melawan orang yang tidak disukai. Terjadi politisasi agama. Dipolitisasi sedemikian rupa, untuk mendapatkan keuntungan politik, itu yang kita tolak," kata Rumadi, tadi siang.
Menurut Rumadi, bila Pilkada Jakarta bisa lolos dari isu SARA, ke depan Indonesia pastinya akan lebih baik. Karena Jakarta ini test case yang jadi laboratorium politik paling menarik.
Aktivis Formappi Sebastian Salang mengungkapkan, SARA merupakan realitas sosial yang tidak bisa dibantah. Mestinya, ini justru disyukuri, karena ini menjadi perekat sosial yang membuat suatu bangsa menjadi kelompok yang kuat.
"Untuk konteks DKI Jakarta, kalau dicermati perkembangan belakangan ini, isu SARA dimanfaatkan kelompok elite. Isu ini, tidak berkembang di masyarakat," ungkapnya.
Aktivis Aspirasi Indonesia Iryanto Djou menambahkan, semua pihak harus mengawal Pilkada DKI menjadi pilkada yang cerdas. Karena seluruh porses pilkada merupakan pendidikan politik untuk publik.
"Begitu ada wacana menggangu penerapan prinsip demokrasi, itu merusak pendidikan politik. Jakarta jelas barometer, kalau gagal, bisa bermuara pada persoalan lebih serius ke depan," katanya.
(whb)