Diduga Ada Mafia Haji Gentayangan di Kemenag Karawang
A
A
A
KARAWANG - Kantor Kemeterian Agama (Kemenag) Kabupaten Karawang dituding membiarkan praktik mafia haji bergentayangan.
Akibatnya banyak calon jemaah haji yang sudah mendaftar dan membayar lunas akhirnya tidak bisa berangkat ke tanah suci karena namanya tidak ada dalam daftar keberangkatan.
Oknum orang dalam di Kemenag, diduga bekerja sama dengan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) untuk memilih calon jamaah yang berani membayar lebih tinggi dari pembayaran resmi.
Salah satu korban seperti yang dialami pasangan suami istri Naid (87) dan Mami (87), warga Desa Batujaya, Kecamatan Batujaya, yang mendaftar tahun 2013 dan melunasi pembayaran secara bersamaan.
Namun dari Kemenag hanya muncul nama istrinya saja. Sedangkan Naid tidak tercantum dalam daftar jamaah yang akan berangkat tahun 2015.
"Padahal pembayaran sudah lunas termasuk sudah mengikuti manasik haji sebanyak 17 kali. Kok bisa tiba-tiba namanya hilang," kata Rosi Rosmiawati (34), yang mengaku anak dari pasangan ini, kemarin.
Rosi menduga ayahnya tidak jadi berangkat karena ulah oknum yang ada dikemenag yang mencari untung sendiri kepada calon jemaah haji. Apalagi orang tuanya dirayu untuk memberikan uang lagi agar bisa berangkat haji.
"Masa harus bayar lagi padahal semua sudah dibayar lunas. Ini pasti ada permaianan dengan pihak KBIH, karena itu disampaikan oleh pihak KBIH," katanya.
Menurut Rosi keluarganya meluapkan kecewa kepada kemenag dan KBIH Nurul Anwar di Batujaya.
Menurutnya, adalah aneh jika ayahnya tidak ada didalam daftar keberangkatan karena pembayaran sudah lunas, bahkan sudah mengkuti manasik haji.
"Kalau sudah lunas dan ikut manasik biasanya memang sudah pasti berangkat. Tapi ini malah hanya ibu saya aja yang bisa berangkat," katanya.
Karena penasaran, Rosi akhirnya mencari tahu alasan ayahnya tidak bisa berangkat ke kemenag dan KBIH.
Rosi mengakui pernah di rayu oleh yayasan penyalur haji supaya memberikan uang agar ayahnya bisa berangkat. "Kita di alo (rayu-red) pihak KBIH, supaya nama si bapak keluar diminta uang lagi. Bukti bayaran sudah ada," katanya.
Rosi lalu menanyakan kepada kemenag dan menemui Kasi Haji Kemenag, Casmita. Namun oleh Casmita Rosi diperlakukan tidak sewajarnya oleh seorang pejabat pelayan masyarakat.
"Waktu kita sampaikan keluhan dia malah asyik bermain HP, dan tidak bisa memberikan kepastian," katanya.
Sementara itu Kepala Kemenag Karawang, Sopian, membantah bila kantor yang dipimpinnya banyak mafia haji bergentayangan.
Terkait masalah keberangkatan calon jemaah haji ditentukan dari pusat bukan kemenag Karawang. "Gimana ada mafia kalau kita sendiri tidak bisa memutuskan siapa yang akan berangkat," kata Sopian.
Sopian menegaskan tidak ada permaianan dalam menentukan keberangkatan calon jemaah haji.
Apalagi proses penetuan keberangkatan haji menggunakan sistem komputerisasi jadi sulit dilakukan jika ada permainan. "Jadi masalah itu tidak benar, tidak ada mafia kok di kantor saya," pungkasnya.
Akibatnya banyak calon jemaah haji yang sudah mendaftar dan membayar lunas akhirnya tidak bisa berangkat ke tanah suci karena namanya tidak ada dalam daftar keberangkatan.
Oknum orang dalam di Kemenag, diduga bekerja sama dengan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) untuk memilih calon jamaah yang berani membayar lebih tinggi dari pembayaran resmi.
Salah satu korban seperti yang dialami pasangan suami istri Naid (87) dan Mami (87), warga Desa Batujaya, Kecamatan Batujaya, yang mendaftar tahun 2013 dan melunasi pembayaran secara bersamaan.
Namun dari Kemenag hanya muncul nama istrinya saja. Sedangkan Naid tidak tercantum dalam daftar jamaah yang akan berangkat tahun 2015.
"Padahal pembayaran sudah lunas termasuk sudah mengikuti manasik haji sebanyak 17 kali. Kok bisa tiba-tiba namanya hilang," kata Rosi Rosmiawati (34), yang mengaku anak dari pasangan ini, kemarin.
Rosi menduga ayahnya tidak jadi berangkat karena ulah oknum yang ada dikemenag yang mencari untung sendiri kepada calon jemaah haji. Apalagi orang tuanya dirayu untuk memberikan uang lagi agar bisa berangkat haji.
"Masa harus bayar lagi padahal semua sudah dibayar lunas. Ini pasti ada permaianan dengan pihak KBIH, karena itu disampaikan oleh pihak KBIH," katanya.
Menurut Rosi keluarganya meluapkan kecewa kepada kemenag dan KBIH Nurul Anwar di Batujaya.
Menurutnya, adalah aneh jika ayahnya tidak ada didalam daftar keberangkatan karena pembayaran sudah lunas, bahkan sudah mengkuti manasik haji.
"Kalau sudah lunas dan ikut manasik biasanya memang sudah pasti berangkat. Tapi ini malah hanya ibu saya aja yang bisa berangkat," katanya.
Karena penasaran, Rosi akhirnya mencari tahu alasan ayahnya tidak bisa berangkat ke kemenag dan KBIH.
Rosi mengakui pernah di rayu oleh yayasan penyalur haji supaya memberikan uang agar ayahnya bisa berangkat. "Kita di alo (rayu-red) pihak KBIH, supaya nama si bapak keluar diminta uang lagi. Bukti bayaran sudah ada," katanya.
Rosi lalu menanyakan kepada kemenag dan menemui Kasi Haji Kemenag, Casmita. Namun oleh Casmita Rosi diperlakukan tidak sewajarnya oleh seorang pejabat pelayan masyarakat.
"Waktu kita sampaikan keluhan dia malah asyik bermain HP, dan tidak bisa memberikan kepastian," katanya.
Sementara itu Kepala Kemenag Karawang, Sopian, membantah bila kantor yang dipimpinnya banyak mafia haji bergentayangan.
Terkait masalah keberangkatan calon jemaah haji ditentukan dari pusat bukan kemenag Karawang. "Gimana ada mafia kalau kita sendiri tidak bisa memutuskan siapa yang akan berangkat," kata Sopian.
Sopian menegaskan tidak ada permaianan dalam menentukan keberangkatan calon jemaah haji.
Apalagi proses penetuan keberangkatan haji menggunakan sistem komputerisasi jadi sulit dilakukan jika ada permainan. "Jadi masalah itu tidak benar, tidak ada mafia kok di kantor saya," pungkasnya.
(nag)