Begini Riwayat Arya hingga Mengalami Obesitas Ekstrem
A
A
A
BANDUNG - Bobot tubuh Arya Permana (10) kini tercatat 186,8 kilogram. Angka itu mengalami penurunan dibanding saat ia mulai dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) yang mencapai 190 kilogram.
Ade Somantri (40), orangtua Arya, bertutur soal riwayat anaknya sehingga bisa mengalami obesitas.
Sepuluh tahun lalu, Arya yang merupakan anak kedua Ade dan Rokayah lahir dengan persalinan normal. "Lahirnya normal, waktu itu beratnya 3,8 kilogram," kata Ade, Kamis 14 Juli 2016.
Seiring berjalannya waktu, Arya tumbuh seperti anak-anak pada umumnya. Tidak ada tanda-tanda ia akan mengalami obesitas seperti sekarang.
Tapi diakuinya saat Arya berumur sekitar 4 tahun, ia sempat beberapa kali sakit dan tidak mau makan. Ade pun beberapa kali memeriksakan Arya ke dokter dan meminta obat atau vitamin penambah nafsu makan agar sang anak mau makan.
"Namanya anak-anak kadang suka mencret dan lain-lain. Kalau sudah begitu (sakit), minta ke dokter obat atau vitamin biar anak saya mau makan," ucapnya.
Saat itu tidak ada tanda-tanda keanehan. Tapi saat menginjak usia 5 tahun, pertumbuhan Arya justru drastis. Nafsu makannya meningkat pesat hingga membuat berat badannya bertambah besar.
Ia bahkan bisa makan sampai lima kali dalam sehari. "Antara usia 4-8 tahun itu beratnya mencapai 90 kilogram," ungkap Ade.
Setahun berselang alias saat usia 9 tahun, berat badan Arya bertambah jauh lebih besar. Saat itu beratnya mencapai 119 kilogram. Tak berhenti sampai disitu, Arya pun semakin besar hingga pernah mencapai bobot 192 kilogram di usia 10 tahun.
Dari situ, bobot Arya mengalami naik-turun setelah menjalankan saran dari berbagai pihak. Segala saran terkait makanan untuk Arya dicoba agar bobotnya berkurang.
Hasilnya, bobot Arya sempat turun menjadi 190 kilogram. Sepekan sebelum Lebaran, bobotnya kembali turun hingga 186 kilogram saat dirawat di RSHS.
Tapi setelah Lebaran, berat badannya naik hingga 192 kilogram. "Yang paling berat itu 192 kilogram, belum pernah lebih dari itu," ujar Ade.
Arya kemudian kembali ke RSHS untuk menjalani perawatan dan program penurunan berat badan sejak Senin 11 Juli 2016. Saat itu, berat badannya sudah 190 kilogram.
Program pengaturan makanan, olahraga, dan program pendukung lain yang dirancang tim dokter RSHS pun mulai membuahkan hasil. Berat badan Arya pelan-pelan berkurang dan saat ini tercatat 186,8 kilogram.
Ade pun bersyukur berat badan sang anak menurun dari hari ke hari. Ia berharap program dari tim dokter akan berhasil hingga akhirnya Arya bisa memiliki proporsi tubuh ideal seperti anak seusianya.
Tapi ia tak mau muluk-muluk. Untuk saat ini, ia mengamini harapan sang anak yang ingin berat badannya turun hingga 100 kilogram.
Bobot 100 kilogram dirasa akan bisa membuat Arya kembali beraktivitas seperti biasa, terutama pergi ke sekolah untuk belajar.
Sebab dalam kurun setahun terakhir, Arya justru sekolah di rumah dengan cara jemput bola yang dilakukan guru-gurunya.
Itu karena ia kesulitan untuk berjalan kaki ke sekolah meski hanya berjarak sekira 60 meter dari rumah. Alhasil, justru guru yang datang ke rumah Arya untuk mengajar.
"Sebenarnya (dengan berat badan saat ini) bisa sih ke sekolah. Tapi kalau dipaksakan suka muntah. Paling jalan kaki 20 meter, istirahat, jalan lagi sekian meter, istirahat lagi. Kalau dipaksakan, muntah," tutur Ade.
Ia pun bersyukur dengan perhatian yang diberikan guru dan pihak sekolahnya yaitu SDN Cipurwasari I, Tegalwaru, Karawang.
Sebab mereka menaruh perhatian terhadap Arya. Proses belajar yang dilakukan di rumah pun bukan permintaan keluarga, melainkan kesadaran pihak guru dan sekolah.
"Itu gurunya yang mau datang ke rumah karena melihat anak saya tidak sekolah, padahal anaknya berprestasi," pungkasnya.
Ade Somantri (40), orangtua Arya, bertutur soal riwayat anaknya sehingga bisa mengalami obesitas.
Sepuluh tahun lalu, Arya yang merupakan anak kedua Ade dan Rokayah lahir dengan persalinan normal. "Lahirnya normal, waktu itu beratnya 3,8 kilogram," kata Ade, Kamis 14 Juli 2016.
Seiring berjalannya waktu, Arya tumbuh seperti anak-anak pada umumnya. Tidak ada tanda-tanda ia akan mengalami obesitas seperti sekarang.
Tapi diakuinya saat Arya berumur sekitar 4 tahun, ia sempat beberapa kali sakit dan tidak mau makan. Ade pun beberapa kali memeriksakan Arya ke dokter dan meminta obat atau vitamin penambah nafsu makan agar sang anak mau makan.
"Namanya anak-anak kadang suka mencret dan lain-lain. Kalau sudah begitu (sakit), minta ke dokter obat atau vitamin biar anak saya mau makan," ucapnya.
Saat itu tidak ada tanda-tanda keanehan. Tapi saat menginjak usia 5 tahun, pertumbuhan Arya justru drastis. Nafsu makannya meningkat pesat hingga membuat berat badannya bertambah besar.
Ia bahkan bisa makan sampai lima kali dalam sehari. "Antara usia 4-8 tahun itu beratnya mencapai 90 kilogram," ungkap Ade.
Setahun berselang alias saat usia 9 tahun, berat badan Arya bertambah jauh lebih besar. Saat itu beratnya mencapai 119 kilogram. Tak berhenti sampai disitu, Arya pun semakin besar hingga pernah mencapai bobot 192 kilogram di usia 10 tahun.
Dari situ, bobot Arya mengalami naik-turun setelah menjalankan saran dari berbagai pihak. Segala saran terkait makanan untuk Arya dicoba agar bobotnya berkurang.
Hasilnya, bobot Arya sempat turun menjadi 190 kilogram. Sepekan sebelum Lebaran, bobotnya kembali turun hingga 186 kilogram saat dirawat di RSHS.
Tapi setelah Lebaran, berat badannya naik hingga 192 kilogram. "Yang paling berat itu 192 kilogram, belum pernah lebih dari itu," ujar Ade.
Arya kemudian kembali ke RSHS untuk menjalani perawatan dan program penurunan berat badan sejak Senin 11 Juli 2016. Saat itu, berat badannya sudah 190 kilogram.
Program pengaturan makanan, olahraga, dan program pendukung lain yang dirancang tim dokter RSHS pun mulai membuahkan hasil. Berat badan Arya pelan-pelan berkurang dan saat ini tercatat 186,8 kilogram.
Ade pun bersyukur berat badan sang anak menurun dari hari ke hari. Ia berharap program dari tim dokter akan berhasil hingga akhirnya Arya bisa memiliki proporsi tubuh ideal seperti anak seusianya.
Tapi ia tak mau muluk-muluk. Untuk saat ini, ia mengamini harapan sang anak yang ingin berat badannya turun hingga 100 kilogram.
Bobot 100 kilogram dirasa akan bisa membuat Arya kembali beraktivitas seperti biasa, terutama pergi ke sekolah untuk belajar.
Sebab dalam kurun setahun terakhir, Arya justru sekolah di rumah dengan cara jemput bola yang dilakukan guru-gurunya.
Itu karena ia kesulitan untuk berjalan kaki ke sekolah meski hanya berjarak sekira 60 meter dari rumah. Alhasil, justru guru yang datang ke rumah Arya untuk mengajar.
"Sebenarnya (dengan berat badan saat ini) bisa sih ke sekolah. Tapi kalau dipaksakan suka muntah. Paling jalan kaki 20 meter, istirahat, jalan lagi sekian meter, istirahat lagi. Kalau dipaksakan, muntah," tutur Ade.
Ia pun bersyukur dengan perhatian yang diberikan guru dan pihak sekolahnya yaitu SDN Cipurwasari I, Tegalwaru, Karawang.
Sebab mereka menaruh perhatian terhadap Arya. Proses belajar yang dilakukan di rumah pun bukan permintaan keluarga, melainkan kesadaran pihak guru dan sekolah.
"Itu gurunya yang mau datang ke rumah karena melihat anak saya tidak sekolah, padahal anaknya berprestasi," pungkasnya.
(nag)